Jam istirahat pun berdering nyaring. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Gio sudah bersiap melancarkan rencananya yaitu meyakinkan Shafa bahwa mereka tidak perlu putus. Ia langsung melesat ke bangku Shafa dan kedua sahabatnya yang masih terus menatapnya tak suka.
"Shaf, aku mau ngomong." Kata Gio memberanikan diri.
"Ngomong aja." Jawab Shafa sambil sibuk dengan catatannya. Malas menatap atau pun melirik pria yang mengajaknya bicara itu.
"Berdua, Shaf." pinta Gio memohon.
"Sorry gue sibuk." Jawab Shafa sibuk.
"Please, Shaf. Kita ngga bisa berakhir kaya gini. Seenggaknya biarin gue ngomong." pinta Gio lagi.
Kali ini Shafa menoleh ke arah Gio. Menatapnya tepat di manik matanya. Yang membuat jantung pria yang ditatapnya itu berdegup kencang. Lalu ia melihat ke sekeliling kelas yang sudah kosong.
"Fir, Le, kalian duluan aja." kata Shafa pada kedua sahabatnya.
"Lo nggak papa kita tinggal, Shaf?" Tanya Leony tidak yakin dan sekilas melirik ke arah Gio.
"Iya. Udah sana."
"Oke, Shaf kalo itu mau lo." Kata Leony.
"Awas lu kalo apa-apain temen gue." Kata Fira mengingatkan. Kemudian melenggang pergi bersama Leony. Yang tentu tidak dipedulikan oleh Gio. Matanya tak sedetik pun beralih dari Shafa. Gadis yang dicintainya.
Setelah melihat kepergian kedua sahabatnya, Shafa kembali fokus pada catatannya seraya berkata, "Apa?"
"Aku nggak ada apa-apa sama Reva, Shaf."
"Gue tau."
"Kamu tau??" Tanya Gio bingung.
"Dia cuman salah satu mainan lo kan." kata Shafa tanpa berpaling dari catatannya.
"Aku nggak main-main sama kamu, Shaf. Aku serius sama kamu. Please kita jangan putus." kata Gio memohon dengan frustasi.
"Kalo lo serius lo nggak bakal main-main di belakang gue. Bukan sekali atau dua kali. Tapi lo sering, Gi. Lo pikir cewe macam apa yang terima digituin?"
"Aku tau aku salah, Shaf. Aku minta maaf. Please maafin aku. Aku bakal berubah. Aku nggak bakal kayak gitu lagi. Ak nggak bakal deket sama cewe manapun lagi. Cuman kamu satu-satunya buat aku. Aku nggak bakal sakitin kamu lagi. Aku bakal lindungin kamu. aku bakal bahagiain kamu. Please kasih aku kesempatan kedua." mohonnya panjang lebar.
"Hal paling penting dari hubungan adalah kepercayaan. Dan gue udah kehilangan itu. Itu alasan kenapa kita harus putus."
"Please Shaf. Percaya sama aku. Aku nggak akan ngelakuin itu lagi. Aku bakal jadiin kamu satu-satunya cewek di hidup aku. Aku akan lakuin apa aja buat kamu. Please jangan putus. Please jangan tinggalin aku. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu, Shaf."
Akhirnya Shafa berdiri dari duduknya menoleh menghadap Gio. Mereka berhadap-hadapan dan saling tatap.
"Kamu masih bisa hidup tanpa aku, Gi. Dunia ini nggak akan runtuh hanya karna kita putus. Pembicaraan kita selesai sampai disini." Kata Shafa kemudian melenggang pergi.
Gio masih menatap kepergian Shafa. "Tapi dunia aku runtuh tanpa kamu, Shaf." gumam Gio pelan yang tentu tak terdengar siapa pun karna kelas sedang kosong.