Sayang

82 6 5
                                    

Keesokan harinya, Mama Shafa tidak mengizinkan Shafa masuk sekolah karna kondisi Shafa yang masih memar-memar. Shafa pun tak punya pilihan lain selain menikmatinya. Ia pun memilih untuk membaca beberapa novel dan meminum susu coklat hangat yang sudah dibuatkan mamanya.

Tapi tak lama kemudian, mamanya muncul dari balik pintu kamarnya, "Sayang, ada temen kamu tuh jengukin."

Shafa mengangkat sebelah alisnya, "Hah? Siapa mah?" Tidak mungkin kan Fera dan Leony menjenguknya, secara ini masih jam sekolah.

"Kamu lihat saja sendiri, nak. Mama mau lanjutin masak."

Shafa pun keluar menuju ruang tamu. Betapa terkejutnya ia melihat siapa yang datang. TIdak-tidak. Bukan Aldo. Bukan juga Gio. Tapi keduanya.

"Kalian-"

"Gue dateng duluan. Dia ngikut-ngikut." potong Gio sebelum Shafa menuntaskan ucapannya.

"Jelas-jelas gue dateng duluan." timpal Aldo tak terima.

"Kalian ngapain disini?" tanya Shafa polos.

"Jenguk kamu lah sayang" jawab Gio manja. Aldo memutar bola matanya malas.

"Gue udah ngga papa. Udah sana pulang." Usir Shafa.

"Ih kok aku diusir sih, sayang" 

"Jijik banget Gio. Ngga usah pake sayang-sayangan segala napa." Kesal Shafa.

"Kan emang aku sayang sama kamu." jawab Gio membuat Shafa jengah.

Dan Aldo yang hanya menjadi penonton adegan tidak mesra remaja yang bukan pasangan itu hanya bisa merutuki Gio dalam hatinya. Dalam pikirannya, ia telah melayangkan tinjunya berkali-kali pada laki-laki tidak tahu malu di depannya ini. Tapi tentu tidak akan benar-benar ia lakukan. Lebih tepatnya tidak di depan Shafa.

"Lo balik istirahat lagi aja. Gue cuman nganter ini." Katanya memberikan tas kertas berwarna coklat yang sepertinya isinya makanan. 

"Eh. Ngga usah deh kak. Ngerepotin aja." tolak Shafa.

"Gue taruh sini ya." Kata Aldo sembari menaruh tas coklat tersebut di meja tanpa mempedulikan penolakan Shafa. "Yaudah kalo gitu kita balik dulu."

"Kita???" Tanya Gio mengangkat sebelah alisnya.

"Iya. Lo juga balik. Nggak lihat kalo Shafa butuh istirahat?" Jawab Aldo sinis.

"Oke. Yaudah aku balik dulu ya sayang. Kalo kangen telpon aja." Pamit Gio cengengesan.

Kemudian keduanya pun pergi. Dan meninggalkan Shafa kembali dengan buku-bukunya.

---

"SHAFAAAAAAA!!!!" Suara nyaring dan tidak merdu yang mengganggu ketenangan hari Shafa itu berasal dari kedua sahabatnya yang sedang menjenguknya.

Keduanya masih mengenakan seragam sekolah mereka karna mereka langsung meluncur ke rumah Shafa sepulang sekolah.

"Shaf, lo nggak papa kan???"

"Iya Shaf. Kita khawatir banget sama lo."

"OMG! Muka lo sampe ngga berbentuk gini Shaf!"

"Refa jahat banget sih. Dasar cewek ngga tau terima kasih."

"Harusnya waktu itu kita temenin lo ke toilet, Shaf."

"Iya Shaf. Kalo gitu kan mereka ngga bakal ngapa-ngapain lo."

"Coba aja sampe gue ketemu tuh cewek kecentilan. Gue abisin dah."

Oceh Fera dan Leony tanpa jeda.

"Kalian berisik amat sih. Kalian nih mau jengukin atau mau ganggu ketenangan hari libur gue?" Tanya Shafa dengan nada kesal.

"Dua-duanya. hehe." Keduanya cengengesan

"Lagian lu bolos ngga ngajak-ngajak." Sahut Fera

"Lah emang kalo gue ngajak. Lu pada mau ikutan?" Tanya Shafa lagi.

"Ngga juga sih. hehe." Kali ini Leony yang menyahut sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Sejujurnya, Shafa masih shock dan sedikit trauma atas kejadian kemarin. Tak peduli berapa buku yang selesai ia baca hari itu, pikirannya terus kembali pada kejadian kemarin. Ia pun masih dapat merasakan rasa takut yang ia rasakan saat itu. Namun, kedatangan kedua sahabat baiknya ini cukup menghiburnya. 

Mereka menghabiskan waktu bersama hingga malam. Refa dan Leony memutuskan untuk menginap di rumah Shafa. Dan malam itu, mereka atau lebih tepatnya Shafa kedatangan tamu yang tidak terduga.

Aldo. Lelaki itu datang lagi ke rumah Shafa. Kali ini tidak sampai masuk ke dalam rumah. Ia hanya berdiri bersandar di sisi mobilnya sambil memainkan HP nya ketika Shafa menemuinya.

"Kok dateng lagi kak?" Suara Shafa sedikit mengejutkan Aldo karena Shafa muncul tanpa suara sedikitpun.

"Nih." Aldo memberikan kantong plastik kecil entar berisi apa.

"Duh kok ngerepotin terus sih kak. Nggak usah deh kak. Yang tadi aja udah cukup." tolak Shafa lagi.

"Gue belom nembak aja udah ditolak mulu." bisik Aldo pada dirinya sendiri.

"Kenapa kak? Sorry ngga denger." kata Shafa mengerutkan keningnya bingung.

"Ini obat oles buat luka memar. Lo tau kan gue sering babak belur. Gue biasa pakai ini. Dan ini manjur banget." jelas Aldo.

"Yaudah deh kalo gitu. Makasih yah kak." Kata Shafa menerima pemberian Aldo.

Aldo hanya mengangguk kemudian memasukkan tangannya ke saku celana. Masih bersandar di sisi mobil, ia memerhatikan gadis di depannya itu. Untuk beberapa detik sunyi diantara mereka. Namun, tak berapa lama, Shafa memecah kesunyian diantara mereka.

"Kak. Gue boleh tanya sesuatu?" 

"Tanya aja." Jawab Aldo masih menatap Shafa tepat di matanya.

"Kenapa kakak baik banget sama gue?" Tanya Shafa memberanikan diri.

Aldo diam sejenak, kemudian menjawab. "Emang salah, kalo gue baik sama lo?"

"Ya enggak sih kak. Mungkin gue aja yang salah nilai lo sebelumnya. Dan setelah kenal lo, lo sebenernya orang baik."

Aldo lagi-lagi diam sejenak, kemudian menjawab. "Gue bukan orang baik. Dan gue cuman baik sama orang-orang yang gue sayang."

Shafa diam tidak mengerti maksud perkataan Aldo. Namun tak berapa lama, pipinya bersemu merah yang membuat kedua ujung bibir Aldo terangkat membentuk senyuman. Shafa kemudian hanya menunduk dan tidak berkata apa-apa. Aldo mengacak pelan rambut Shafa kemudian pamit pulang.

Shafa menatap kepergian mobil Aldo masih dengan pipinya yang terasa panas. Sejujurnya ia masih bingung dengan perkataan Aldo. Namun, otak cerdasnya itu dengan bodohnya berpikir hal yang sangat tidak logis baginya. Hal yang tidak pernah terlintas dalam imajinasinya sekalipun. Namun, mengapa hatinya bahagia ketika hal bodoh itu muncul dalam pikirannya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang