Sudah seminggu sejak putusnya Shafa dan Gio. Gosip-gosip tentang itu pun sudah tak terdengar lagi. Jujur Shafa belum move on dari Gio. Susah untuk melupakan kenangan indah selama setahun. Iya kenangan indah. Baginya, semua waktu yang ia habiskan dengan Gio adalah indah. Kecuali malam itu. Gio selalu menjadi sumber kebahagiaannya. Sebelum malam itu.
Tapi ia tidak menyesal dengan keputusannya. Karna dengan kejadian malam itu, ia tahu betapa bejadnya kelakuan Gio di belakangnya. Sebenarnya, Shafa bukan tipe orang yang mempermasalahkan kelakuan buruk seseorang. Namun, ia sudah terlanjur sayang dengan Gio. Dan sakit rasanya mengetahui bahwa dia bukan lah satu-satunya bagi Gio ketika Gio adalah satu-satunya baginya.
Dan ia sudah tak lagi murung. Shafa memang belum bisa melupakan kenangan-kenangannya dengan Gio. Tapi ia bukan tipe gadis yang suka sedih berlarut-larut. Ia sudah melepaskan Gio bersama rasa sakit yang ia berikan. Kini hanya kenangan indah yang terkenang. Dan waktunya bagi Shafa untuk membuka lembaran baru.
SHAFA POV
Jujur gue capek banget. Enggak. Ini bukan soal perasaan. Badan gue bener-bener capek. Bu Dian daritadi nyuruh gue mindahin buku-buku dari perpustakaan lama ke gedung perpustakaan yang baru. Ingin menolak tapi nggak enak sama Bu Dian yang udah tua dan harus mindahin buku-buku itu sendiri. Lagipula gue juga lagi jam kosong.
Dan jadilah gue mondar-mandir sambil bawa setumpuk buku yang tingginya bahkan bikin gue ga bisa lihat jalan. Tapi nggak papa lah. Itung-itung olahraga sambil amal. Tapi ketika dijalan, tiba-tiba,
"Bukk"
Gue nggak sengaja nabrak sesuatu atau lebih tepatnya seseorang yang membuat gue dan buku-buku yang gue bawa jatuh dengan naasnya.
"Sorry Sorry" Sahutku memohon maaf pada orang yang gue tabrak.
Gue belom sempet lihat mukanya karna sibuk beresin buku-buku yang tergeletak dilantai. Sedangkan orang yang gue tabrak cuman berdiri diam dihadapan gue. Setelah selesai membereskan buku-buku itu, gue berdiri lagi,
"Sor-" Gue kaget waktu lihat siapa yang gue tabrak. Aldo, badboy paling ditakutin di sekolah atau bahkan sampe sekolah lain juga.
"Sorry yah." kata gue cepat kemudian langsung melesat pergi sebelum gue ngga selamat.
ALDO POV
Gue baru aja keluar dari ruang BK. Dengerin ceramah guru BK yang bikin kuping gue panas. Tepat ketika gue baru keluar dari ruangan laknat itu, seseorang nabrak gue. Kalo aja yang menabraknya orang lain dan bukan gadis ini, mungkin orang yang menabraknya itu tidak akan selamat.
Tapi ini berbeda. Tanpa melihat wajahnya pun gue tahu siapa dia.
rambutnya..
punggungnya..
sepatunya..
"sorry sorry" bahkan suaranya..
gue sudah sangat hafal dengan segala hal tentang gadis yang bikin gue sejak lama memendam perasaan gue. Hanya saja, kini gue ngga tau harus berbuat apa. Ketika gadis yang sudah lama gue suka berada di hadapan gue. Ketika gue selalu menghindar untuk dekat dengannya. Kini ia dihadapan gue. Jantung dan pikiran apalagi hati gue bener-bener nggak bisa dikendaliin. Apa pertemuan kali ini tanda untuk gue mulai mengejar cinta yang terlalu takut buat gue kejar?