Sudah beberapa minggu ini Shafa berangkat dan pulang diantar Aldo. Mereka mulai punya pembicaraan di dalam mobil. Tapi tetap saja lebih banyak diam. Mengingat Aldo yang memang irit bicara.
Sedangkan Gio masih gencar mendekati Shafa lagi. Ia tak lagi sibuk dengan wanita-wanita mainannya. Gio kini sibuk mengikuti kemana pun Shafa pergi. Mengeluarkan jurus-jurus gombal dan rayuannya pada Shafa agar dia mau balikan lagi dengannya. Atau lebih tepatnya selalu mengganggu Shafa dan membuat Shafa susah move on.
Kini mereka sedang berada di kantin. Shafa, Fira, Leony, dan Gio.
"Sayang, makan yang banyak yaa" kata Gio mesra pada Shafa.
"Geli ah Gio. Mulut lu ntar gue sumpal pake pentol jumbo baru tau rasa" kata Shafa kesal.
"Sumpel pake bibir kamu aja sayang." jawab Gio tersenyum jahil.
"Giooooo" Shafa kesal sekali dengan kehadiran makhluk astral itu.
"Udah ah Gio. Lu ganggu Shafa mulu. Pergi sana. Hush hush." Usir Fira.
"Jahat banget sih lu berdua nggak ada yang mau bantuin gue apa?"
"Ngapain bantuin orang yang udah nyakitin temen kita?" jawab Leony. Gio hanya mendengus.
"Genks, gue ke toilet bentar ya." Pamit Shafa.
"Gue temenin?" Leony
"Nggak usah. Gue sendiri aja."
Shafa pergi ke toilet sendirian. Setelah ia melesaikan 'bisnis' nya dan hendak keluar dari toilet, ia dikejutkan akan keberadaan Refa dan teman-temannya. Mereka mengepung Shafa membuatnya tak bisa keluar dari kamar mandi.
"Minggir, Ref. Gue mau keluar!" perintah Shafa yang tidak dipedulikan Refa.
"Lo pikir bisa segampang itu, keluar dari sini? Tentu enggak. Gue masih mau main-main sama lo, bitch!" kata Refa sembari mendorong Shafa kasar sehingga gadis itu masuk lagi bilik kamar mandi.
"Lo mau apa sih, Ref. Gue nggak ada urusan sama lo." kata Shafa malas.
"Tapi gue ada, jalang! Lo tuh cewe ga tau malu banget sih! Udah mutusin dan permaluin Gio di depan umum dan sampe sekarang masih nempel terus sama Gio. Dasar cewek nggak tau diri!" Bentak Shafa sambil mendorong Shafa membuat gadis itu kini jatuh terduduk.
"Iya. Pasti lo juga yang nyuruh Gio buat nggak deket-deket sama kita lagi! Sok posesif. Nggak tau diri! Lo kira lo siapa hah?" sahut salah satu teman Refa sambil menjambak rambut Shafa kuat kuat.
"Aaaa.." Shafa merintih kesakitan.
Plak Plak Plak. Mereka semua melancarkan aksi mereka. Menampar, menjambak, memukul, bahkan menyiram Shafa dan menyelupkan wajah Shafa ke bak kamar mandi. Memar, lebam, dan luka sudah memenuhi sekujur tubuh Shafa. Keadaannya sudah sangat berantakan. Shafa tak berdaya di ruang sempit itu. Ia ketakutan. Ia kesakitan. Dan tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka terlalu banyak.
"Brakk" Pintu depan toilet terbuka.
"Aldo.." gumam salah satu teman Refa.
"Apaan sih lo, Do. Ini kamar mandi cewek." sahut Refa berani. Salah satu teman Refa menyembunyikan dan mendekap mulut Shafa di ruang toilet paling pojok yang tadi menjadi tempat mereka membuly Shafa.
"Mana Shafa?!" tanya Aldo tajam pada Refa.
"Shafa nggak ada disini. Udah lah lo cari di tempat lain aja. Ini urusan cewek. Lo nggak perlu ikut campur!" Refa benar-benar tidak tau apa yang harus ia tanggung jawabkan atas kalimatnya barusan.
"Gue nggak main-main Refa. Lo tau kan, gue juga bisa habisin cewek." ancam Aldo.
"Shafa emang nggak ada. Ngapain juga sih lo nyariin dia? Apa hubungan lo sama dia?" tanya Refa.
Aldo tak mempedulikan perkataan Refa barusan. Ia mendobrak satu per satu pintu toilet. Hingga toilet ujung..
"Astaga Shafa.." Gumam Aldo yang kemudian telah melayangkan tinjunya ke Refa. Ia benar-benar tidak main-main dengan perkataannya.
"Aaaw!" Rintih Refa kesakitan
"APA YANG KALIAN LAKUIN KE DIA, HUH?!" bentak Aldo marah yang membuat semua gadis di ruangan itu bergetar.
Aldo kemudian langsung menuju Shafa dan menggendongnya. Sebelum ia keluar dari toilet, ia melirik ke arah Refa, menjambak rambut Refa ke belakang dan berbisik tepat ditelinganya.
"Lo bisa main-main sesuka lo. Tapi nggak sama gadis gue. Tamat riwayat lo Refaudrey Nathalie." Refa lemas. Ia berlutut disana.
Aldo keluar, yang digantikan beberapa siswi yang juga anak buah Aldo. Clarissa, badgirl paling ganas di sekolah itu. Kalau Aldo rajanya, maka Clarissa ratunya.
"Kalian bermain dengan orang yang salah, honey." sahut Clarissa sambil menyeringai licik.
Sedangkan Aldo membawa Shafa ke mobilnya. Ia hendak mendudukkan Shafa di kursi penumpang. Tapi Shafa malah mengeratkan pelukan tangannya pada Aldo.
"Gue takut.. hiks." gumam Shafa terisak.
"Ada gue, Shaf. Nggak ada yang bisa sakitin lo lagi." bisik Aldo yang dapat membuat Shafa sedikit tenang. Ia mulai merenggangkan pelukannya dan melepaskannya.
Aldo langsung menuju bangku kemudi dan menjalankan mobilnya. Ia menuju ke apartemennya. Ia tidak mungkin membawa pulang Shafa ke rumahnya dalam keadaan seperti ini. Tak lupa ia menyelimuti Shafa dengan jaketnya dan juga mematikan AC mobilnya.
