Berantem

60 6 1
                                    

Gio ternyata pergi ke lapangan. Tempat Aldo berada. Entah darimana Gio tau itu. Sesampainya di hadapan Aldo, Gio langsung meluncurkan tinjunya pada Aldo. Aldo yang tidak terima pun membalasnya. Dan begitulah akhirnya pertengkaran antar mereka yang tidak dapat dihentikan. Atau lebih tepatnya tidak ada yang berani menghentikannya.

Di sisi lain, Shafa membuka handphonenya ketika handphonenya bergetar tanda pesan masuk

Rama : Gio Aldo berantem
Shafa : Bukan urusan gue

Jawabnya kemudian mengembalikan handphonenya ke laci meja. Namun tak lama, benda itu bergetar lagi.

Daniel : Buruan ke lapangan sekarang!
Daniel : Penting!

Rere : mantan lo kesambet apaan dah. buruan nih sadarin.

Rama : Cuman lo yang bisa hentiin mereka
Shafa : Gue bukan siapa2

Rama : Shit! Lo mau mereka mati?

"Sreeett" Suara kursi bergesekan dengan lantai. Shafa langsung berdiri dan "Pak!"

"Iya, ada apa Shafa?" tanya pak guru bingung karna gerakan tiba-tiba Shafa. Shafa pun kini mendapat tatapan bertanya seluruh penghuni kelas.

Shafa berpikir sejenak mencari alasan. "Mmmhh.. Saya izin ke kamar mandi, Pak."

"Oh. Iya silahkan."

Shafa berjalan keluar kemudian berlari ke lapangan. Benar saja. Kondisi Aldo dan Gio sudah memprihatinkan. Terutama Gio yang babak belur dihajar Aldo. Parahnya, teman-temannya hanya diam sambil menonton takut.

"GIO!" Teriak Shafa yang membuat keduanya menghentikan aktifitas saling tinju mereka. Dulu dan sekarang. Sama. Hanya Shafa yang dapat menghentikan Gio.

Kini ketiganya berada di UKS. Teman-teman mereka setuju untuk membiarkan mereka bertiga sendiri. Tau betul jika sudah ada pawangnya semua akan aman terkendali.

"Apa-apaan sih kalian berantem kaya bocah aja." omel Shafa.

"Lihat dong, Shaf. Kondisi gue lebih parah. Jangan salahin gue dong." jawab Gio tak mau disalahkan.

"Lu pikir gue percaya? Pasti lo yang mulai, Gi" jawab Shafa

"Lo lebih belain dia?" tanya Gio tak percaya. Sedangkan Aldo hanya tersenyum tipis.

"Kalian berdua salah. Nih obatin lukanya." Kata Shafa memberikan obat luka kepada keduanya.

"Obatin"

"Obatin"

Ucap keduanya bersamaan kemudian sama-sama membuang muka. Dan Shafa memilih untuk mengobati Gio lebih dulu karna kondisinya yang memprihatinkan. Gio pun tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan Aldo kembali membuang muka. Shafa duduk di sebelah Gio dan mengobati luka Gio perlahan-lahan. Gio sangat menikmati perlakuan Shafa itu. Bisa sedekat ini lagi dengan Shafa. Ia sangat merindukan gadisnya ini. Di sisi lain, Aldo yang terbakar api cemburu menuangkan obat luka asal.

"Aw. Sakit Shaf. Pelan-pelan dong." rintih Gio kesakitan.

"Ini juga udah pelan kok. Lagian lu juga. Kalo mau berantem tuh cari lawan yang sepadan." kata Shafa yang membuat Aldo menahan tawa mengejek. Sedangkan Gio cemberut.

"Nggak sayang nyawa apa lu?" lanjut Shafa.

"Enggak." Jawab Gio yang membuat kening Shafa mengerut bingung.

"Gue sayang nya sama lo." Lanjut Gio sambil senyum cengengesan. 

"Pletak" Sebuah benda yang entah apa di lempar keras entah kemana oleh Aldo.

Shafa menatap Aldo yang sepertinya sedang emosi takut. Sedangkan Gio menampakkan senyum kemenangannya. Shafa melanjutkan mengobati Gio. Kali ini ia menekan lebih kuat luka Gio. Sengaja sebagai hukuman atas ucapan Gio tadi.

"Aw. Sakit tau sayang." rintih Gio lagi.

"Sayang sayang pala lu peyang?" jawab Shafa menekan luka Gio lagi gemas.

Hening beberapa menit.

"Sorry." Kata Shafa tiba-tiba entah pada siapa. Ia masih fokus pada kegiatannya.

"Sorry kata-kata gue tadi kelewatan." lanjut Shafa merasa bersalah.

Gio tau kata itu Shafa tujukan padanya.

"Nggak mau." Jawab Gio yang tanpa Shafa duga.

"Gue nggak mau maafin lo sebelum lo mau balikan sama gue." Kata Gio tersenyum penuh arti.

Shafa menatap mata Gio. Memicingkan matanya tak percaya akan apa yang ia dengar. Kemudian berhenti melanjutkan aktifitasnya.

"Lo udah selesai nih diobatinnya. Udah sana pergi. Gantian kak Aldo." kata Shafa kesal.

"Maksud lo, lo nyuruh gue ninggalin kalian disini berdua?" tanya Gio tak percaya.

"Apaan sih lo Gio. Lebay ah." jawab Shafa.

"Gue nggak mau Shafa." Katanya sambil melirik Aldo sekilas.

"Gue udah selesai kok. Nggak perlu diobatin." Kata Aldo tiba-tiba kemudian melenggang keluar dengan santainya seperti tak terjadi apa-apa.

"Kak Aldo.." kata Shafa menghentikan langkah Aldo.

Aldo menoleh dan, "Hm?"

"Kakak sama Gio disuruh ke ruang BK."

Aldo hanya manggut-manggut kemudian pergi lagi.

"Lo juga. Buruan ke BK sana!" perintah Shafa.

"Nggak bisa jalan. Mau dipapah kamu." pinta Gio manja.

"Nggak usah manja Gio. Gue mau ke kelas." Kata Shafa kemudian pergi meninggalkan Gio sendiri.

ShafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang