7

640 3 0
                                    

Karena cuaca sekarang semakin tidak menentu Bi Asri menyarankan diriku untuk selalu membawa payung di dalam tas. Katanya 'supaya kalau tiba-tiba hujan datang sudah ada payung, jadi si aden gak basah kuyup deh'
Aku hanya menanggapinya dengan senyuman, terkesan kaku memang tapi inilah diriku. Bi Asri memang benar kadang cuaca berubah-ubah yang pas siangnya panas terik lalu justru saat sore hujan datang, Jadi ku bawa saja payungnya.

Seperti biasa, aku bangun pagi,pakai baju, sarapan lalu berangkat ke sekolah di antar oleh supirku.

Saat diriku berjalan di koridor sekolah banyak pasang mata yang memperhatikanku, mereka juga berbisik-bisik. Aku hanya memperhatikan mereka saja tanpa mau peduli soal perkataan mereka, mungkin mereka menertawakanku karena membawa payung pada saat musim kemarau. Mereka belum tahu saja, aku juga membawa sweter di tas ku, hanya untuk jaga-jaga saja.

Sampai di kelas, aku langsung duduk di tempatku tanpa menghiraukan teman kelasku yang mulai berbisik-bisik sambil tertawa karena melihatku membawa payung ke sekolah.

Reza langsung menepuk bahuku setelah dia duduk di tempatnya
'Lo ngapain bawa payung di musim kemarau kayak gini?? Sinting lo ya?? Atau jangan-jangan tuh payung supaya lo gak item lagi' reza mulai terbahak-bahak karena kalimat terakhir yg dia sebutkan
'Enak saja! Papaku menyuruhku membawanya, katanya biar jaga-jaga sekarangkan musim lagi gak nentu. Kadang hujan kadang panas, jadi disuruh buat persiapan. Gituu'
Kataku meyakinkan reza
'Ohh,,.. gitu tohh. Bokap lo perhatian juga sama lo, iri gw' katanya dengan nada kecewa
Aku hanya tersenyum menanggapi balasannya, lalu aku menyuruhnya bersabar.

Pelajaran pertama adalah kimia, gurunya asik, dia masih muda sekitar umur 29 keatas dan yang pasti dia juga cantik.
Aku melirik ke arah meja adel tapi dia tidak ada, tasnya ad tapi orangnya tidak ada. Apa dia bolos? Tapi, sepertinya tidak dia bukan tipekal gadis seperti itu. Atau mungkin dia sedang sakit, jadi dia di bawa ke UKS. Aku banyak sekali memikirkan alasan kenapa adel tidak masuk kelas sampai-sampai aku sudah tidak fokus dengan pelajaran kimia.
Saat aku melamun karena memikirkan adelia sebuah benda tumpul mengenai kepalaku, aku langsung sadar dan berteriak 'aww,, siapa yang ngelempar spidol ini??' Sontak semua siswa dikelas langsung tertawa, bukan tawa mereka yang ku takutkan tapi sebuah teriakan dari depan kelas yang memanggil namaku. Aku menelan ludahku dengan susah payah.
'Kamu kenapa melamun?? Kamu sudah merasa pintar ya, sudah tidak memperhatikan penjelasan saya, teriak seenaknya lagi!!! Mau kamu apa?? Kamu mau saya keluarin 1 semester dari pelajaran saya??' Kata bu Ica dengan suara lantang dan sangar.
'Maaf bu, saya khilaf'
'Awas kalau kamu ngulangin kesalahan yang sama!! Kamu tidak akan masuk ke pelajaran kimia selama 1 semester!!'
Aku bergidik ngeri dengan ancaman guru kimia tersebut.
Saat ku lihat Reza dia malah menahan tawanya sambil melirikku. Jika saja tidak ada guru mungkin sekarang si reza sudah ku pukul kepalanya. 'Menyebalkan'. Umpatku dalam hati.

Tokk,,,tok,,tokk

'Maaf bu, saya minta maaf karena telah mengganggu proses belajar dan mengajar ibu. Anak yg bernama justin albert di panggil ke ruang kepala sekolah. Saya permisi bu'. Setelah itu, siswa tersebut langsung pergi.

Aku di panggil oleh bu ica, lalu di suruh ke ruang kepala sekolah. Di perjalanan aku mulai berfikir soal kesalahan apa yg telah ku perbuat sampai-sampai dipanggil ke ruang kepala sekolah.

Saat sudah mengetok pintu, aku lalu membuka pintu bercat coklat keemasan tersebut. Di dalam ku lihat adel yg tengah duduk sambil mulai memainkan handphonenya. Aku terkejut bukan main, tapi lamunanku segera buyat saat pak kepala sekolah menyuruhku untuk duduk disebelah adel.

'Bapak minta maaf karena telah memanggil kamu secara tiba-tiba pada saat jam pelajaran berlangsung'
'Tidak apa-apa pak, it's okay,'
'Oke.. langsung saja, bapak memanggil kamu ke sini karena bapak mau menyampaikan sebuah permintaan tolong dari ayahnya adel. Beliau berpesan kalau kamu harus mengajari adelia pelajaran yg tidak dia sanggupi, dengan kata lain kamu akan menjadi guru les untuk adel. Dan bapak harap kamu sanggup, bapak tidak suka adanya penolakan.'
'Baik pak, akan saya lakukan'. Kataku pasrah
Lalu beliau menyuruh kami untuk kembali ke kelas. Di jalan menuju kelas, sudah banyak anak siswa yg mulai berkeliaran artinya sudah saatnya jam istirahat. Tidak banyak kata yang terucap di bibirku ataupun adel selama perjalanan yg ada hanya kesunyian.




First KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang