Keluargaku Berbeda

87 56 8
                                    

Seperti biasa, matahari musim panas New York tidaklah sepanas hati keluarga Maurer pagi itu. Sebuah keluarga yang setiap paginya pasti ribut. Sekecil apapun itu, bahkan bisa dikatakan lebih kecil dari atom pun, masalah selalu saja ada, dan terus dibesar-besarkan.

Pagi itu keluarga Maurer sedang makan bersama di ruang makan, seperti rutinitas orang pada umumnya, sarapan sebelum berangkat kerja ataupun sekolah. Yang berbeda mereka tidak bicara satu sama lain. Mereka semua diam, hanya bunyi benturan antara sendok dan piring mereka yang mengiringi selama sarapan. Namun di tengah mereka sarapan terjadi insiden kecil.

"Hei kau!" panggil Tn. Maurer kepada Ny. Maurer yang tidak lain adalah istrinya sendiri.

"Kenapa?" tanya balik Ny. Maurer.

"Coba kau rasakan sendiri," kata Tn. Maurer sambil menyuguhkan sebuah risoles ke piring istrinya.

Sang istri pun menurut dan mulai memasukkan risoles itu ke dalam mulutnya.

"Bagaimana?" tanya Tn. Maurer.

"Ini masih mentah," jawabnya jujur.

"Nah kau tahu juga," katanya sambil menggebrak meja makan keras-keras.

"Apa aku seekor binatang sehingga dengan teganya kau memberiku makanan yang masih mentah."

"Apa? Apa lagi?" tanya Ny. Maurer menantang.

"Kau ..."

Belum sempat Tn. Maurer menjawab, seseorang yang dari tadi hanya duduk dan makan sambil diam akhirnya bangkit dan berhasil menyita perhatian pasangan Maurer itu.

"Mau kemana kau?" tanya Ny. Maurer.

"Duduk dan lanjutkan sarapanmu."

"Aku tidak bisa makan dalam kondisi seperti ini, aku akan berangkat sekolah dulu. Alexa apa kau tidak ikut?"

"Ah iya kak tunggu sebentar."

"Alexa, kembali duduk dan jangan ikuti kakakmu. Kau harus menghabiskan makananmu dulu. Banyak orang di luar sana yang setiap harinya tidak bisa makan seperti kita," cerocos Ny. Maurer.

"Ayo Alexa, kita bisa terlambat," ajak Evand Maurer, yang notabenenya adalah kakak Alexa Maurer.

"Alexa kembali, Alexa .... Alexa .... What The Hell You All!" omel Ny. Maurer.

"Aku tidak segan-segan untuk menceraikanmu, kalau kau terus membuat telingaku merah karena teriakan sialmu itu, bulshit!" kata Tn. Maurer seraya pergi dan tersisa Ny. Maurer saja di rumah itu, atau bahkan rumah itu tidak layak disebut rumah karena penghuninya adalah para iblis yang haus akan kemurkaan.

***

Di sepanjang lorong menuju kelas, baik Alexa maupun Evand mereka saling diam. Mereka memang jarang berbicara satu sama lain. Mereka hanya terpaut dua tahun, Alexa kelas 1 SMA sedangkan Evand kelas 3. Alexa sekilas melihat seorang pria yang dia cari. Satu-satunya orang yang mau berteman dengannya. Alexa berlari mengejar pria itu yang tidak lain adalah Bryan Mcvager.

"Bryan!" teriak Alexa. "Bryan!!" kali ini lebih keras dan berhasil. Bryan menoleh setelah teriakan kedua.

"Oh Alexa ada apa?"

Tanpa menjawab Alexa langsung memeluk tubuh Bryan. Merasa kaget sekaligus bingung, Bryan menanyakannya lagi.

"Ada apa? Hei apa kau menangis?" tanyanya lembut.

Alexa masih memeluk Bryan, menyembunyikan wajahnya di dada bidang Bryan. Namun Bryan berhasil melepaskannya, dan membuat wajah Alexa menatap wajahnya.

Another Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang