Jurang Aristokrat

43 17 0
                                    

Sebuah kisah romansa klasik antara pria kaya dan wanita biasa-biasa saja. Pertemuan pertama hingga pertemuan-pertemuan berikutnya. Dan secara kebetulan semesta senantiasa mendukung mereka. Namun kebetulan hanya terjadi sekali. Kalau dua kali sengaja namanya. Jurang pemisah membuat akhir kisah ini terlihat jelas. Betapa seorang aristokrat sejati dan pejuang harga diri tak harus saling memiliki. Kalau kalian malas baca karena sudah tahu endingnya, tak masalah. Tapi proses mereka jatuh hati perlu kalian ketahui.

Banyuarka Tanuja, seorang aktuaris di perusahaan asuransi Tanuja Life. Yang digadang-gadang akan mewarisi aset terbesar Tanuja Group. Yaitu Tanuja Life sendiri.

Sosoknya sering digambarkan berlebihan oleh orang-orang apalagi sejak Banyu aktif di kegiatan-kegiatan sosial, semakin sempurnalah seorang Banyuarka. Usia 27 tahun lulusan S2 universitas ternama di Aussie membuatnya menjadi idaman kaum hawa baik muda ataupun ibu-ibu depan kompleks perumahannya. Menantu idaman katanya.

"Mau ya Nak Banyu, masa anak Ibu mohon-mohon terus nggak dikasih kesempatan," kurang lebih begitulah nasib Banyu jika bertemu ibu-ibu tetangga.

Dan Banyu hanya bisa menolak halus bahwa dia tidak ingin menjalin suatu hubungan dalam waktu dekat.

Kesempurnaan tidak menjadikannya mudah dipercaya begitu saja. Karena Banyuarka tidak lebih dari manusia penuh cela hingga sosok Tsana pun tak mampu mempertahankannya.

Tsana Mayunda, aktivis muda lulusan FISIP UI. Mimpinya menjadi dokter spesialis namun semesta mengujinya lewat aktivis. Itu Tsana empat tahun lalu, sekarang dia bangga pernah menjadi anak FISIP.

Belum memiliki pekerjaan tetap memaksanya tetap bersyukur dengan cukup menjadi aktivis di beberapa organisasi sosial.

"Tsana hari ini kamu kan yang gantiin saya berangkat seminar?" Sarah, rekan seperjuangan Tsana namun lebih dulu bergabung.

"Iya Mbak, yang lain pada sibuk. Cuma saya yang nganggur."

"Maaf ya Na, kalo saja anak saya mau ditinggal, pasti saya yang berangkat."

Sarah merasa tidak enak membiarkan Tsana pergi sendirian. Dia menawarkan orang lain untuk menemani Tsana.

"Nggak perlu Mbak, saya sendiri juga berani," Tsana kemudian memesan ojol dan pamit pada Sarah.

Tanuja Life selalu mengadakan seminar akhir tahun dalam rangka evaluasi kinerja selama satu tahun. Entah demi nama baik atau bukan, Tanuja Life juga mengundang beberapa organisasi sosial di luar perusahaan.

Setelah menunjukkan kartu identitasnya, Tsana melihat lift yang segera tertutup jika dia tidak bergegas mencegahnya. Mengorbankan sebelah kakinya sebagai sekat yang membuat lift kembali terbuka. Tanpa Tsana sadari pria di dalam sana diam-diam mengamati aksinya.

Semesta punya begitu banyak rencana agar dua orang di dalam lift tak hanya diam seribu bahasa.

"Banyuarka," kata pria itu seraya mengulurkan tangan.

Tsana menyambut uluran itu sambil tersenyum, "Tsana. Tsana Mayunda."

"Kamu karyawan di sini?" bagi Banyu perkenalan itu bukan sebatas tahu nama tapi berlanjut ke topik-topik berikutnya.

"Bukan, Pak. Saya aktivis dari Masyarakat Terbuka."

Banyu mengangguk takzim tanpa melepas pandangan dari Tsana. Tsana awalnya yang merasa biasa saja, sekarang mulai waspada ketika Banyu semakin mendekat ke arahnya.

"Jadi belum punya pekerjaan?" semakin Banyu mendekat ke arahnya semaki Tsana mundur hingga di pojok lift.

Dalam situasi seperti ini, Tsana tidak punya pilihan selain menendang tulang keringnya.

Another Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang