Laut yang Bersinar

43 59 6
                                    

Di sebuah desa yang jauh dari pusat kota Shanghai, Cina. Desa yang tenang, damai, sunyi, dan tentunya bagus dikunjungi untuk menenangkan pikiran.

Pada suatu hari, di tepi laut Messina, terlihat dua bocah sedang asyik bermain layang-layang. Angin laut yang kencang, membuat layang-layang dengan mudahnya terbang. Xi Hanyi, bocah laki-laki, tampak tersenyum tanpa beban. Sedangkan Chang Xinai, bocah perempuan, tengah memandangi bocah laki-laki di sampingnya.

"Xinai, apa yang kau lihat?" tanya Hanyi tiba-tiba, sehingga membuat Xinai mengalihkan pandangannya.

"Tidak. Aku tidak melihat apa-apa," jawab Xinai gugup.

Mereka lalu saling diam. Sambil melihat ke atas, memandangi layang-layang masing-masing. Meskipun mereka masih tujuh tahun, namun kondisi diam tidak ada yang berbicara seperti ini sangatlah mengganggu. Akhirnya Xinai lah yang berusaha memulai obrolan.

"Aku ingin segera dewasa," kata Xinai menerawang.

Hanyi hanya menoleh sebentar, sambil mengerutkan dahi, tanda dia tidak mengerti. Kemudian dia kembali beralih ke layang-layangnya.

Xinai melanjutkan, "Aku ingin segera dewasa, agar aku bisa mengungkapkan apapun yang aku mau, tanpa harus takut atau malu lagi."

"Xinai, apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti. Sudahlah kita fokus main layang-layang saja."

Merasa tak diacuhkan, Xinai lantas melempar benang layang-layang yang ada di genggamannya. Lalu dia beranjak pergi. Hanyi yang tidak tahu apa-apa, dibuat bingung karenanya. Namun, setelah cukup lama, akhirnya dia sadar apa kesalahannya. Dia pun mengejar kepergian Xinai.

Dan selalu sama, setiap kali Xinai marah, sedih, ataupun ingin sendiri, dia selalu berada di bawah pohon bambu di belakang rumahnya. Hanyi mendapati Xinai tengah menangis sambil memeluk lututnya, lantas Hanyi pun mendekatinya.

"Maaf."

Xinai mendongakkan kepalanya, dan terlihatlah wajah sembab Xinai akibat menangis. Melihat Hanyi datang dan meminta maaf, Xinai sontak berdiri dan memeluk Hanyi erat, seolah-olah tidak ingin melepaskan Hanyi. Hanyi terkejut atas perlakuan Xinai yang tiba-tiba.

"Aku menyukaimu, Hanyi. Maukah kau selalu bersamaku?"

***

20 tahun kemudian ...

Hanyi dan Xinai tumbuh dewasa bersama. 20 tahun adalah waktu yang lama bagi Xinai, namun semuanya telah tergantikan dengan dirinya yang bisa selalu bersama Hanyi. Mereka tetaplah sama seperti seperti saat masih kecil, yaitu bermain layang-layang dari pagi hingga senja, yang membedakan hanyalah hubungan mereka berdua saja. Mereka masih tetap suka bermain layang-layang di tepi laut Messina.

Suatu hari mereka tengah beristirahat dengan duduk, sementara layang-layang, mereka tancapkan di tanah. Mereka beristirahat sambil memandang langit yang berwarna jingga, akibat terbenamnya sang surya. Hanyi membuka suara.

"Xinai," panggil Hanyi.

"Hm," jawab Xinai masih memandang langit.

"Xinai," panggil Hanyi lagi, sambil mendekat ke Xinai.

Kali ini Xinai menoleh dan langsung mendapati wajah Hanyi tepat di depannya.

"Ada apa?" tanya Xinai gugup.

Hanyi hanya diam, dia menatap dalam mata Xinai, seakan-akan dia tidak mendengar pertanyaan Xinai barusan. Xinai yang ditatap seperti itu pun salah tingkah. Dia berusaha mengalihkan pandangannya, namun tatapan Hanyi semakin intens, dia sengaja memegang bahu Xinai agar tidak membuang muka.

"Biarkan seperti ini sebentar," kata Hanyi pelan.

Xinai pun menyerah, dia menuruti perkataan Hanyi. Saat itu matahari benar-benar terbenam, pemandangan itu membuat suasana semakin romantis. Momen itu diakhiri Hanyi dengan ciuman lembut di bibir Xinai.

Another Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang