Sabtu, 10 Juni 2017, 00.45
Dini hari di sebuah gang kecil nan kumuh, kegelapan masih melanda. Bumi hanya ditemani cahaya bulan dan temaram lampu di ujung gang. Tampak dari kejauhan, seorang wanita tengah berlari dari kejaran seorang pria yang memakai pakaian serba hitam dan tudung hitam pula. Teriakan wanita itu seolah teredam, termakan oleh kegelapan. Sekujur tubuh wanita itu penuh luka dan darah serta keringat yang terus mengucur. Sementara sang pria berlari dengan santai seraya menyeringai seolah ini hanya permainan baginya. Di tangannya terdapat sebilah pisau yang ujungnya lancip, yang pastinya sangat tajam.
Wanita itu terus berlari hingga ke ujung gang, dan dia terlihat pasrah setelah dia mendapati gang buntu di depannya. Deru napas wanita itu semakin tidak beraturan tatkala dia terpojok di gang buntu.
"Kumohon jangan bunuh aku! Jangan bunuh aku!"
Sang pria semakin mendekat, dia semakin senang dengan reaksi si wanita. Sang pria mulai mengangkat pisaunya tinggi-tinggi dan setelah itu terdengar jeritan wanita yang sangat memilukan. Pria itu menusuk sebanyak lima kali di tubuh wanita itu.
***
Sabtu, 10 Juni 2017, 06.45
Dalam sekejap daerah gang yang semula sepi, seakan tak berpenghuni, berubah menjadi lautan manusia. Banyak warga sekitar berbondong- bondong ke TKP hanya untuk melihat polisi serta jaksa dari kota yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus yang diduga sebagai kasus pembunuhuan.
Tentu saja itu hanya alibi warga, yang ada mereka penasaran serta terkejut, pasalnya ini adalah pembunuhan pertama yang terjadi di desa mereka. Namun dengan keadaan TKP yang penuh orang, tentulah sangat mengganggu proses penyelidikan polisi, sehingga salah satu dari anggota kepolisian menyuruh warga untuk menjauh dari TKP.
"Maaf ibu-ibu, bapak-bapak, demi kelancaran pihak kami dalam melakukan olah TKP, kami mohon kerja samanya dengan kalian jangan sampai melintasi garis polisi. Mengerti?" kata Tony mencoba menjelaskan dengan sabar.
Tidak menjauh, para warga malah semakin mendekat dan penasaran lantaran terdengar seruan seorang polisi yang menyatakan bahwa telah ditemukan bercak darah di tembok, namun hanya sedikit dan mereka belum bisa memastikan darah siapa yang tertinggal, entah korban atau si pembunuh.
Para warga itu berdesakan untuk masuk melewati garis polisi, tentu saja itu membuat anggota polisi marah. Andre--polisi yang bergelar kapten dalam timnya di departemen kriminal, penculikan dan pembunuhan--terlihat paling marah diantara yang lainnya. Dia memang orang yang bertempramen tinggi.
"Kalian ini kampungan sekali, hanya ditemukan bercak darah saja hebohnya minta ampun, bagaimana kalau si pembunuh yang ditemukan? Kalian tahu tidak, tindakan kalian ini bisa merusak bukti yang ditinggalakan pelaku. Dan kalian ini benar-benar mengganggu, bisa saja kami menahan kalian atas terganggunya proses olah TKP. Mengerti tidak?" bentakan keras dari Andre membuat para warga diam seribu bahasa.
Anggota polisi lainnya hanya diam, mereka sudah mengerti dengan sifat tempramental kaptennya. Sang kapten tidak akan benar-benar marah jika semuanya belum kelewat batas. Tapi apa yang sudah dilakukan para warga memang sudah kelewat batas, sampai-sampai merusak garis polisi.
Setelah diam cukup lama, salah satu warga berkata, "Kami hanya penasaran, karena ini kasus pembunuhan pertama kali di desa kami. Kami memang kampungan, karena desa kami adalah desa yang damai, tidak pernah ada tindak kejahatan yang berat apalagi pembunuhan. Makanya kami tidak tahu-menahu soal itu."
Andre yang masih belum tenang, membuat Tony mengajukan diri untuk bicara dengan warga.
"Bapak-bapak, ibu-ibu, maafkan sikap kapten kami, tapi memang benar apa yang dikatakannya. Kalian bisa mendapat masalah dengan tingkah kalian yang tidak mematuhi polisi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Short Stories
Historia CortaKetika sesuatu yang sedang berkelana di dalam otak kita, mencari setiap detail kata, yang akan tersusun menjadi sebuah cerita. Sesuatu itu adalah imajinasi.