Chapter 7.

7.1K 682 67
                                        

NoRen

.

.

.

Jeno Pov

Taeyong dan Winwin hyung pergi menemani Renjun, entah kenapa Renjun tiba-tiba pergi dan menangis saat menerima telepon.

Ada apa ini? Kenapa Winwin dan Taeyong juga ikut khawatir saat Renjun berbicara bahwa Injun hilang. Dan siapa sebenarnya Injun itu? Kenapa mereka sangat peduli.

Akhirnya, akupun memutuskan untuk pergi mengikuti Renjun dan kedua hyung satu grup ku itu. Mereka menuju kerumah itu lagi, rumah di mana eoma Renjun dan balita kecil bernama Injun itu tinggal.

Aku tau anak kecil itu, tapi aku tak tau siapa dia? Adik Renjunkah atau hanya anak saudarannya? Semua memenuhi otakku. Sehingga beberapa menit kemudian aku melihat Renjun keluar dari halaman rumah itu, mau kemana dia? Kenapa dia berlari seperti orang kalap seperti itu.

Langkah demi langkah ku ikuti Renjun yang berlari kesana kemari seperti mencari sesuatu, hingga saat tiba di sebuah jalan besar dan ramai. Aku melihat beberapa orang bergerumbul membicarakan sesuatu dan sepertinya Renjun mendengarkan pembicaraan mereka. Karena terbukti dengan wajah Renjun yang terlihat semakin gusar dan sekali lagi aku harus berlari mengikutinya. Mau kemana lagi dia?

Rumah Sakit?

Dua kata itu memenuhi pikiranku, untuk apa Renjun kerumah sakit?

"Maaf, anda siapa dari keluarga korban?" Terdengar seorang resepsionis yang menanyakan apa hubungan Renjun dengan korban. Korban? Siapa?

" Aku ibunya! Jadi, Cepat katakan dimana anakku yang tertabrak hiks.." Teriak Renjun kalap.

Deg
Deg
Deg

"ibu?... Anak? Omong kosong apa lagi ini?" Gumam Jeno bertanya-tanya.

Suara Renjun terdenngar cukup keras, hingga terdengar sampai ketempat Jeno yang bersembunyi di balik tembok.

Mendengarkan suara kalap Renjun, resepsionis itupun mengantarkan Renjun ke sebuah kamar mayat.

Siapa yang mati? Pikirku, dan berdiam diri di tempat persembunyianku. Sungguh apa aku berbakat menjadi seperti penguntit ini? Beberapa menit kemudian Renjun keluar, dia menangis. Terbukti dengan jejak air mata yang berada di sudut matanya, rasanya aku ingin merengkuhnya dan mencoba menenangkannya. Tapi, aku harus bersabar ini belum berakhir karena resepsionis itu kembali mengantar Renjun ke sebuah ruangan yang aku ketahui itu ada PICU (tempat dimana anak kecil atau remaja dari usia 1 bulan hingga 18 tahun mendapatan perawatan lebih maksimal, kalau ICU itu untuk orang dewasa ya.😘).

Beberapa saat aku terdiam, begitu juga dengan Renjun yang terlihat khawatir menunggu dokter di ruangan itu keluar. Dan entah kenapa aku juga merasakan cemas, cemas entah kenapa? Sebenarnya apa ini?

Renjun mempunyai anak? Atau telingaku yang salah mendengar? Tapi kalau benar, anak siapa? Apakah Renjun yang mengandungnya? Tapi bagaimana mungkin? Dia namja, walaupun harus ku akui dia memang cantik melebih yeoja-yeoja di luar sana.

Pertanyaan-pertannyaan itu seakan-akan memenuhi otakku, hingga rasanya membuat kepalaku ingin pecah.

"Renjunnie~" panggil Taeyong hyun, lalu memeluk Renjun. Membuatku kembali melihat kearah sosok yang ku cintai itu tengah di peluk oleh Taeyong hyung.

Bolehkah aku menggantikanmu Taeyong hyung? Tapi tidak, dosaku terlalu banyak pada Renjun. Ia pasti sangat membenciku, tapi aku tak bisa melepaskannya begitu saja. Ada sesuatu yang terus menarikku agar terus bersama Renjun, dan aku berharap sesuatu itu tak akan pernah hilang. Biarlah sesuatu itu menjadi pengingat di antara aku dan Renjun.

The Pain of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang