Chapter 3.

7.4K 669 36
                                    

NoRen

.

.

.

.

".. Jun... Renjun, kau mendengarkanku?" Tanya Jeno, saat ia melihat Renjun yang malah terdiam.

"N-ne aku mau tidur." Ucap Renjun mencoba mengalihkan pokusnya, kenapa kejadian itu kembali merayap ke pikirannya.

Sebelum Renjun mencapai kasur empuknya, sebuah tangan menariknya hingga kini ia berhadapan dengan Jeno yang menatapnya tajam.

"Kau dari mana?"

"Sudahlah Jeno, ini bukan hal yang penting." Gumam Renjun, mengelak.

"Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu hah!" Bentak Jeno.

"Lalu apa urusanmu, Lee Jeno! Kau bukan siapa-siapaku! Jadi berhenti mencampuri urusanku." Teriak Renjun, lalu menghempaskan tangan Jeno yang menggenggam tangannya.

Kini Jeno yang terdiam, benar memang siapa ia di sini. Dia bukan siapa-siapa Renjun.

Dengan setengah hati Jeno kembali tidur di kasurnya, menatap Renjun yang kini tengah berbenah diri untuk tidur.

Namun, tiba-tiba ponsel Renjun berbunyi. Membuat Renjun kembali membuka matanya, dan mengangkat panggilan itu.

Jeno tak mendengar apapun, yang ia lihat hanya wajah Renjun yang memucat lalu mengambil jaketnya di lemari dan berlari kearah luar. Mau kemana lagi dia? - pikir Jeno.

.

Renjun berjalan terburu-buru, tadi ia mendapat telepon dari ibunya bahwa Injun rewel dan tak bisa tidur.

Maka dari itu dia cepat-cepat pergi, dan di luar dorm sudah ada supir yang menjemputnya. Jeno tak bisa mengikutinya, ini sudah malam dan tak mungkin ia menggunakan mobil yang ada di garasi dorm. Tapi kenapa tidak - pikir Jeno.

Dengan segera ia membuka pintu garasi dan mengambil kunci mobil yang berada di laci ruang tengah. Dengan terburu-buru ia mengikuti mobil yang membawa Renjun pergi.

Dan tepat beberapa menit kemudian mobil yang membawa Renjun berhenti di sebuah rumah kecil nan sederhana, tapi mempunyai halaman luas dengan taman yang indah di depannya.

'Rumah siapa ini? Dan kenapa Renjun pergi kerumah ini' - pikir Jeno.

Renjun di sana tepat di depan pintu, dengan seorang yeoja paruhbaya yang Jeno kenal itu adalah ibu Renjun. Menggendong seorang bayi namja yang terus menangis dan sepertinya meminta Renjun untuk menggendongnya. Dan yang menjadi pertanyaanku, bayi siapa itu. Renjun tak punya adik dia anak tunggal, atau mungkin itu anak Renjun.

'Tidak mungkin, kau ngaur Jeno Lee. Bagaimana mungkin seorang namja hamil'.- pikir Jeno, lalu meninggalkan Renjun yang sudah aman bersama keluarganya.

Tanpa kau ketahui, kemustahilan itu bisa menjadi kenyataan kalau yang maha kuasa menunjukkan kuasannya.

.

"Eomaa.. Injun." Panggil Renjun saat melihat anaknya menangis nyaring di pelukkan Mrs. Huang. Bayi mungil itu terus memberontak minta di lepaskan dengan tangan yang lain menggapai-gapai padanya.

Mrs.Huang pun menyerahkan Injun pada Renjun, yang di sambut dengan suka rela oleh Renjun. Tangisan Injun pun berangsur-angsur berhenti.

"Injun sepertinya masih ingin bersamamu Renjunie~ jadi menginaplah, besok pagi saat Injun tidur kau bisa pergi bekerja." Gumam Mrs. Huang, memberikan syarat pada Renjun. Dengan patuh Renjun menganggul dan berjalan membawa sang bayi dalam rumah.

The Pain of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang