3. Nge-babu

1.3K 117 9
                                    


"NANDA, makanannya habisin!" pekik Hanum mama Nanda yang melihat piring anaknya sudah kosong hanya dalam waktu lima menit.

"Yahhh, udah aku buang gimana dong?" sungut Nanda sambil berjalan menghampiri mamanya yang sedang berada di dapur seraya membawa piring kotor untuk dicuci.

"APA?! kamu tu--" ucap Hanum terpotong. "Iya mah, udah aku buang." Hanum bersiap untuk melanjutkan ucapannya lagi. "Kamu tuh ya, udah dimasaki-" lagi-lagi ucapan Hanum terpotong karna anaknya.

"Iya mah udah aku buang. Buang ke PERUT maksudnya!" setelah berhasil menjahili mamanya sendiri, Nanda tertawa terbahak-bahak melihat mamanya yang sudah memasang muka kesal ingin marah. Ia pun berlari menuju kamarnya sambil menutup telinga.

"AWAS KAMU YAHHH.. MAMAH CEKEK BARU TAU RASA!"

••••

"Nih, kerjain PR gue!"

"Yaelah Gam, inikan pelajaran anak IPA, anak IPS mana tau?" ucap Nanda, sambil menatap jengkel buku Sagam yang sedang di pegangnya.

"Pokoknya gue enggak mau tau lo harus ngerjain PR kimia gue!" perintah Sagam.

Pasalnya selaku anak IPS. Nanda tidak diajarkan pelajaran kimia. Ia mendengus kesal mendengar perintah yang dilontarkan Sagam yang semakin membuatnya naik darah.

"Gam kalau cara lo kaya gini, ibarat lo dikasih tali, tapi lo malah milih buat jatoh ke jurang! Sama aja Gam, lo nyuruh gue pasti jawabannya salah. Apalagi gue kaga bisa sama pelajaran biologi yang nyambungnya ke Kimia," balas Nanda, sambil menyeruput es teh manis yang hanya tinggal sisa es batunya saja, setelah itu ia langsung membuangnya ke tong sampah di sebelahnya.

Nanda teringat kembali dengan kejadian beberapa menit yang lalu sebelum dirinya bertemu Sagam, bila saja ia tidak datang ke sekolah melewati kantin untuk masuk kelas. Pasti dirinya tidak akan ditahan disini, dan dijadikan babu dadakan oleh Sagam.

Tadi, ketika ia sedang bersenandung ria menuju kelas, melewati kantin. tubuhnya tertarik dan ketika ia melihat siapa orang yang menariknya itu, ia mendelik kesal. Ya? karna orang itu adalah Sagam. Yang memintanya untuk mengerjakan tugas Kimia sebagai permintaan pertamanya setelah kejadian perjanjian itu. Ia meminta agar selama sebulan Nanda harus mengerjakan PR nya. Ini tak adil ! Ia ditraktir Sari hanya seminggu dan dirinya melaksanakan perjanjian itu berminggu-minggu. Ia merutuki kebodohannya karna mencetuskan ide gila tersebut, satu permintaan saja sudah berat apalagi nanti dua permintaan Sagam yang lainnya.

"Kerjain, NANDA!" balas Sagam dengan penuh penekanan dan perintah.

"Ya ampun Sagam, nggak ada yang gue ngerti?!" ucap Nanda sambil membolak-balikan buku Sagam untuk mencari contoh soal. Tapi nihil tidak ada satupun contoh maupun catatan dibukunya, dan yang lebih
Menjengkelkan lagi Sagam terus menatapnya dengan tatapan menyelidik.

"Apa lihat-lihat!" Sagam segera memalingkan wajahnya dengan kesal.

"Gini deh, lo laper gak? Atau lo belum sarapan? Gue beliin deh?" tawar Nanda sambil menutup buku yang sedari tadi dipegangnya, dan memberinya ke Sagam. Sagam mengintrupsi dengan gerakan matanya agar buku tersebut di letakkan di atas meja, dan berselang setelah itu ia menatap Nanda bingung.

"Mau nggak!" tawar Nanda sekali lagi dan Sagam menjawabnya dengan gelengan kepala sambil memalingkan pandangannya kearah ponsel yang digenggamnya kemudian jarinya menari diatas benda pipih tersebut, entah apa yang dilakukannya.

"Yaudah gue mau--" ucap Nanda berjeda, seakan ingat ia menepuk keningnya keras yang menimbulkan bunyi yang begitu nyaring, Sagam melirik kearahnya dengan tatapan tanya. "GUE LUPA PIKET !" sambil melirik jam yang hampir menunjukkan pukul tujuh Nanda segera pergi menuju kelasnya.

"TUGAS GUE GIMANA?" teriak Sagam setelah Nanda sudah hilang ditelan oleh tikungan.

"NANAN GAM," balas Nanda takkalah sama teriaknya, Sagam tak habis pikir dengan segala tingkah konyol  cewek itu. Tidak disangka ia menyunggingkan senyum kecil, seakan tersadar yang dilakukannya senyum tersebut perlahan memudar.

'

"Akhirnya." Nanda menghembuskan napas lega, setelah sudah jauh dari Sagam.

Setelah 15 menit ditahan oleh Sagam. Ia melangkahkan kakinya menuju kelas kebanggaannya, IPS 1.
Dimasukinya kelas tersebut dan melihat keadaan kelas yang begitu berantakan, kursi bukan lagi ditempatnya, sampah berserakan dimana-mana dan yang lebih parah meja disusun menjadi panggung dengan kursi yang menjajar layaknya kursi untuk penonton.

"Ya, ampun terkejut Nanda," ucap Nanda dengan logat bicara khasnya. Sambil menaruh tasnya di atas meja.

"Nge-babu time." Ucap Nanda bermonolog. Pasalnya ia disini sendiri, tidak ada teman ataupun orang yang dijadwalkan satu piket bersamanya padahal 15 menit lagi bel masuk.

Terdengar suara sepatu beradu dengan kerasnya lantai, ia semakin mendekat dari arah belakang dan berhenti tepat di depan pintu, yang membuat siluet cahaya matahari yang masuk kedalam kelas tertutup oleh bayangan besar. Nanda terkesiap dan menyiapkan diri untuk menengok kearah belakang.

Dann...

"Aaaaaaa...." Nanda melihat orang itu teriak sambil menutup wajahnya, ia mengerenyit bingung, Seharusnyakan gue yang teriak? batinnya.

"Lo kenapa sih Sin, kan seharusnya gue yang teriak?" ucap Nanda, yang membuat Sinta~teman piketnya Nanda, mengintip disela-sela jarinya memastikan bahwa orang di depannya adalah manusia.

"Et.. dah gue manusia kali, nih liat kaki gue napak!" ucap Nanda memutar bola matanya malas, sambil menghentakkan kakinya.

"Iya-iya sorry, gue kira lo mahkluk penunggu disini! Lagian sih rambut lo pake nutupin setengah muka segala, kan serem." balas Sinta kemudian mengambil sapu dan pengki diikuti Nanda mengekor dibelakangnya.

"Ya ampun, ini kelas apa kapal pecah," ucap seseorang dari arah pintu begitu pun orang yang dibelakangnya menunjukkan reaksi yang sama, secara perlahan kelas mulai ramai.

Kemudian mereka kerja bakti bersama tanpa diminta. Beginilah solidaritas anak IPS, mereka bertanggung jawab atas perbuatan mereka sendiri dan itu...

Hanya di IPS. Maybe.

••••

Vote? Support
Typo? Komen
See u

IPS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang