4

167 106 87
                                    


"Pagi Nata.." Nata menoleh saat laki-laki di koridor kampus menyapanya hangat.

Nata mengangguk sebagai jawaban lantas berlalu pergi dengan langkah yang lebar-lebar.

"Gila jutek parah lu Nat." Nevin berjalan bersisian dengan Nata, sesekali terkekeh saat setelah orang yang menyapa Nata mendengus kesal.

Di ujung koridor sapaan seperti itu terdengar kembali dari orang yang berbeda. Respon Nata hanya menoleh dan mengangguk. Air mukanya tidak akan berubah. Nata hanya akan menunjukkan wajah datarnya. Tidak ada senyum yang Nata sunggingkan. Kecuali pada orang tertentu.

Perlu diketahui. Nata irit sekali tersenyum. Bahkan pelit.

Nevin termasuk orang yang beruntung karena tidak perlu susah payah membuat Nata tersenyum. Karena di rumah Nata, gadis itu sering tersenyum pada kakaknya.

Nevin juga beruntung karena beberapa kali Nata tersenyum padanya. Bahkan saat pertemuan pertama mereka di pantai tempo hari.

"Jangan jutek-jutek sama cowok, cowok kalau udah sakit hati bahaya Nat. Mereka akan melakukan segala cara untuk memenuhi keinginannya." Yang diajak bicara justru hanya melirik sekilas.

Saat hendak memasuki kelas pertamanya hari ini. Nata mendapati Wildan tengah bersandar pada dinding di depan kelas Nata.

"Nat lu dicariin Bu Darma tuh."

"Thanks Wil."

"Yo."

Nata menuju ruang dekan tentu saja ditemani Nevin. Sejak kejadian di pantai itu Nevin seringkali membututi Nata kemanapun gadis itu pergi.

"Mau kemana?" Fafa bertanya saat berpapasan dengan Nata.

"Ruang dekan."

"Ngapain? Lu ga dapet masalahkan?" Fafa selalu penuh selidik.

Nata hanya mengangkat bahu.

"Mau gua temenin?" tawarnya.

"Gak."

Akhirnya Fafa berlalu dari hadapan Nata.

Nata memasuki ruang dekan kemudian menuju meja Bu Darma. Dosen mata kuliah Matematika Manajemen. Sekaligus Sekertaris program studi Manajemen.

"Anjir serem banget." Nevin terlonjak kaget saat ikut memasuki ruang dekan, "Gua ga ikut ke dalem deh."

"Ga ada juga yang nyuruh lu ikutkan?"

"Galak banget sih jadi pengen nyubit." Nevin hendak saja mencubit pipi Nata, tapi tak jadi saat Nata melolot ke arahnya.

"Buset, yang ini lebih serem."

"Sialan."

Nevin berlalu dan hilang dibalik pintu.

"Ibu manggil saya?"

"Iya Nata, ibu ingin bicara sebentar dengan kamu. Oke begini, nilai-nilai kamu di mata kuliah ibu cukup memuaskan, setelah melihat transkip nilai kamu sebelumnya, nilai-nilai mata kuliah lainpun tidak mengecewakan. Melihat dari keseharian kamu, etos kerja kamu sangat bagus. Ibu ingin kamu jadi asdos Ibu."

"Tapi saya baru semester empat bu."

"Gapapa Nata, ibu tahu kamu tidak akan mengecewakan dan dapat di percaya. Ibu tahu bagaimana potensi kamu. untuk semester ini kamu cukup ikut Ibu saat Ibu mengajar dan mengikuti seminar. Lagipula tahun ajaran baru akan segera dimulai. Jadi ibu mau kamu bersiap-siap saja. Bagaimana?"

Nata berpikir sejenak. Rasanya sangat tidak mungkin untuk menolak, bisa-bisa nilai mata kuliah Bu Darma-nya turun drastis. Dari A bisa saja jadi D.

LUCID DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang