The girl in the uniform

3.1K 202 10
                                    

Sekelompok pria melangkah keluar dari mobil, mengancingi jas mereka ketika mereka berjalan memasuki gedung sekolah. Mereka berdiri di depan pintu sebuah ruang kelas, mulut terkunci rapat. Para murid keluar, melirik ke arah mereka namun bersikap biasa seakan normal saja ada empat bodyguard bertubuh kekar di depan pintu.

"Astaga?!" Seorang gadis berambut hitam panjang keluar dan mengerang kesal ketika dia melihat mereka.

"Nona," para pria itu membungkuk ketika mereka melihatnya. "Tuan memerintahkan kami untuk menjemput anda."

"Apa maksud kalian ngejemput aku? Aku bisa ya pulang ke rumah sendiri."

"Kemarin... terjadi sesuatu, Nona."

"Bodo amat," ucap gadis itu kesal. "Aku mau pergi ke sekolah supaya aku punya temen, tau? Ini baru 3 bulan dan seberapa sering kalian nongol di pintu? Kalian tau kalo tampang dan badan gede kalian bikin takut semua orang? Hampir gak ada lagi orang yang mau ngomong sama aku. Aku cuma pengen jadi cewe 17 tahun yang normal, ga boleh?"

Gadis itu tahu, tidak ada gunanya marah pada pengawalnya, tapi dia harus melampiaskan kekesalannya. Tidak mudah menjadi puteri tunggal dari salah seorang politikus yang sukses, terutama kalau kalian remaja. Saat dia masih kecil, dia tidak keberatan harus melakukan home-schooling, tidak kenal siapapun kecuali para nanny dan bodyguard. Tidak mengenal ibunya, yang meninggal ketika melahirkan dirinya, tidak membuat segala sesuatunya menjadi lebih mudah, dia menjadi keras kepala seperti ayahnya.

"Aku mau ke toilet," ucapnya pada para penjaganya, dia menaikan alis ketika melihat mereka ragu. "Apa lagi? Aku bahkan ga boleh ke toilet?"

"Uhh, Nona... kami belajar selama beberapa tahun belakangan kalau anda dan toilet adalah kombinasi yang buruk."

"Oh, ayolah, jangan bilang kalian masih trauma sama insiden jendela waktu aku umur 9? Astaga, aku bahkan belum pergi jauh waktu kalian nangkep aku dan lagian, apa menurut kalian aku masih bisa muat di jendela sekarang? Kalau kalian belum ngeh, aku kayaknya udah tumbuh makin gede deh selama 6 tahun ini."

Bodyguard bertubuh pendek terkekeh sebelum kepalanya di pukul oleh yang paling tua, "Maaf," gumamnya.

"Yaudah, pulang aja. Tapi kalau aku ngompol, kalian harus jelasin ke Papah kenapa mobilnya bau pesing."

"Tidak, tidak apa, Nona. Anda boleh ke toilet."

Mereka berubah arah dan berbelok kiri di pojokan menuju toilet.

"Ya ampun, ga boleh." Omel gadis itu ketika salah seorang bodyguard mencoba masuk untuk memeriksa toilet. "Ini toilet cewe. Liat? Gambar yang pakai rok? Aku ga liat ada dari kalian yang pakai rok."

Pria itu melirik atasannya, tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Awas kalau berani masuk," ucap gadis itu dengan nada tegas. "Aku ga yakin ada pembunuh ngumpet di toilet cewe. Tunggu aja di sini."

Yang paling tua mengangguk. Mereka berdiri dan menunggu, menjadi semakin dan semakin gelisah setelah beberapa menit berlalu.

"Dia lama juga, ya?" Ucap pria itu sambil mengecek jam tangannya.

"Gue ga mau masuk ke sana, kadang Nona sama nyereminnya sama Tuan."

"Lebih serem malahan," komentar yang lain.

"Oh ayolah, tunggu sebentar lagi aja, mungkin dia ada 'urusan besar' yang harus dilakuin, lagian dia sendiri kan yang bilang, dia belum tentu muat di jendela."

Mereka menatap satu sama lain, mengutuk "Sial!" sebelum mereka masuk kedalam toilet dan melihatnya kosong dengan jendela terbuka.

"Astaga," yang paling pendek menggelengkan kepalanya tidak percaya, "Gue ga percaya kita ketipu sama trik itu lagi."

"Dia pinter banget kalo masalah kabur-kaburan ya..." ucap pria lainnya.

"Lo pikir ini waktunya kagum sama kemampuan dia untuk kabur?! Lo pengen Tuan motong gaji kita... LAGI?! Istri gue bakal minta cerai kalo itu sampai kejadian lain!" Dia memukul kepala pria tadi, "Cepet cari dia, bego!"

"Lo juga ketipu kan, bego," pria yang berkumis memaki pelan dan mengusap kepalanya.

Gadis itu tidak terlihat di manapun ketika mereka kembali ke kendaraan mereka.

"Menurut kalian dia kabur ke mana?"

"Kalau gue bisa baca pikiran, gue bakal main lotre dan ongkang-ongkang kaki di villa pantai pribadi gue dan bukannya kerja bareng kalian bego," omel yang paling tua.

"Coba bikin deduksi atau apa kek kalo lo emang pinter."

"Gue bukan Sherlock dan kalaupun gue Sherlock, lo masih jauh dari John Watson."

"Lo bener-bener harus berhenti nonton film series."

"Diem. Kita berpencar, tetep komunikasi satu sama lain."

Ke empat pria itu berpencar, dua orang mencari di sekitar sekolah dan dua lainnya mendatangi tempat shopping terdekat. Keduanya mendesah ketika melihat betapa penuhnya jalanan.

"Gimana caranya kita bisa temuin dia?"

"Ga tau. Tapi mendingan kita cari sebelum terjadi sesuatu sama dia."

Kedua pria itu kembali berkumpul dengan dua pria lainnya dan mereka mulai menyusuri jalan-jalan. Perlahan matahari mulai terbenam dan mereka memanggil bantuan. Mereka sama sekali tidak tahu gadis yang mereka cari sedang sibuk di sisi lain jalan itu. Gadis itu mungkin punya 3 sabuk hitam ilmu beladiri tapi dia tidak punya pengalaman di dunia nyata, ayahnya atau nanny-nya atau bodyguardnya selalu ada untuk melindunginya.

Sang gadis sibuk meminta maaf setelah menjatuhkan sup mie ketika menabrak seorang pria. Pria itu memerhatikannya, mengenali seragam yang ia kenakan. Dia tahu gadis itu memiliki banyak uang karena hanya anak-anak orang kaya yang bisa masuk ke sekolah itu. Target mudah, pikir pria itu. Dia tahu anak seperti ini sangatlah naif, mereka bisa dibodohi dengan mudah karena mereka tidak pernah melihat dunia yang sesungguhnya.

Dia tersenyum pada si gadis muda, bertanya dengan sopan apakah gadis itu bisa ikut dengannya untuk membeli sup baru. Sup itu untuk ibunya yang sudah tua dan ibunya akan kecewa kalau dia tidak bisa mendapatkan sup itu. Si gadis mengangguk, tidak terpikir untuk memberikan uangnya saja pada pria itu. Gadis itu mengikutinya dengan patuh. Sang pria tersenyum lebar, memikirkan tentang uang yang akan segera ia dapatkan, tidak sadar bahwa seorang gadis lain ikut mendengerkan percakapan mereka. Pada awalnya gadis lain itu tidak tertarik, berpikir tidak ada orang yang sebodoh itu untuk setuju pada permintaan si pria.

Gadis lain itu bahkan memukul keningnya sendiri ketika si gadis berseragam sekolah setuju untuk ikut dengan sang pria dan memaki bagaimana bisa ada orang sebodoh itu. Dia mulai percaya bahwa anak-anak orang kaya benar-benar sama bodohnya dengan yang ada di reality show. Meskipun begitu dia mengikuti mereka dan ketika si pria mencoba membawa gadis itu masuk ke dalam gang sepi, dia berteriak.

"WOY!"

Sang pria menoleh ke arahnya hanya untuk mendapatkan sebuah tendangan di wajah, dia menarik si gadis berseragam dan berkata "LARI!"

Dia terus menarik gadis itu sampai cukup yakin bahwa pria tadi tidak akan menangkap mereka. Dia berbalik, ingin mengatakan pada gadis itu bahwa dia sudah aman, benar-benar tidak menyangka rasa sakit di perutnya dan suara melengking dari gadis itu yang berteriak "PENCULIK!"

V for VendettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang