Time

1.8K 187 37
                                    

Tujuh tahun kemudian

Viny mematikan alarmnya yang mulai berdering. Dia sudah berusaha untuk memejamkan mata tapi otaknya tidak mau berhenti bekerja dan akhirnya ia tidak tidur sepanjang malam.

Hari H.

Sebaiknya aku tidak terlambat.

Dia bangun dari ranjang,  mandi dengan air dingin. Dia menatap wajahnya di pantulan cermin, rambutnya masih basah.

Kantung mata ini harus disamarkan, pikirnya.

Dia mengeringkan rambutnya, mengeluarkan sepatunya dan menyemirnya sekali lagi.

Viny berdiri di depan cermin besar, memperhatikan bayangannya sendiri sembari mengancingkan kemeja putihnya.

Sudah tujuh tahun.

Rasanya seperti baru kemarin, semua yang telah terjadi, bertemu denganmu, mencintaimu. Semuanya terjadi begitu saja dan lihatlah dimana kita berdiri sekarang.

Viny memakai sepatunya sebelum mengenakan tuxedo-nya. Dia kembali menatap cermin, merapihkan rambutnya. Kemarin dia memotong rambutnya untuk dirapihkan, hanya untuk hari ini. Dia mengangguk pada pantulan dirinya, merasa puas dengan apa yang dilihatnya lalu melangkah keluar.

Semua orang masih sibuk membuat persiapan terakhir, mendekor ruangan dengan bunga, menata kursi-kursi. Viny menoleh saat seseorang memanggil namanya dan membungkuk ketika melihat sang pendeta.

"Kamu sudah siap?" Tanya pendeta yang sudah beruban itu padanya.

"Sudah, Bapa," Viny membungkuk hormat.

Pria itu menepuk pundak Viny sebelum pergi untuk mengecek altar.

Viny kembali membungkuk dan melihat para tamu sudah mulai berdatangan. Dua puluh menit kemudian semuanya siap.

Gadis yang mengenakan tuxedo hitam itu melihat saat Shani muncul dibalut gaun pengantin berwarna putih, tangannya meggamit lengan Ayahnya, melangkah dengan anggunnya menuju altar. Pada saat dia melihat wajah gadis itu begitu tudungnya dibuka, sudut-sudut bibir Viny melengkungkan senyuman.

Cantik. Apa aku sudah pernah mengatakan betapa cantiknya kamu?

Viny berdiri di sana dan mendengarkan sumpah pernikahan Shani, "Terima kasih sudah mencintaiku tanpa syarat, sudah menerima diriku seutuhnya. Aku akan menghormatimu, aku akan menjadi pasanganmu di saat baik maupun buruk, pada saat sehat ataupun sakit, dan di saat senang maupun sedih."

Semua orang bersorak saat kedua mempelai berciuman.

Seperti yang kamu katakan bahwa kamu tidak ingin ada pesta sesudah pernikahan dan ingin mengadakannya sesudah bulan madu, awalnya semua menentang. Tapi kamu adalah Tuan Putri kami, kamu tahu kami akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia.

Viny mengemudikan kendaraannya dan sampai di tempat yang dituju setelah langit menjadi gelap. Dia memarkirkan mobilnya dan mengeluarkan koper. Sambil menatap bintang-bintang malam di balkon, dia mengingat pada satu hari itu di rumah sakit tujuh tahun yang lalu.

"Vin..."

"Hmm?" Viny bergumam.

Shani memeluk lengannya di ranjang rumah sakit.

"Bintang..."

"Apa?"

Shani melepaskan diri dari dekapan Viny, merubah posisi tidurnya menjadi tengkurap dengan dagunya bertumpu pada kedua tangan, "Bulan madu kita. Kalo kita nikah, aku mau bulan madu kita di tempat yang bisa ngeliat banyak bintang."

Viny tertawa pelan, "Kamu udah mikirin itu?"

"Iyalah," gadis itu mencebik, "Emang kamu engga?"

"Imutnya," ucap Viny dan mengecup bibir Shani, "Sekarang yang penting kita harus beranjak dewasa dulu."

"Kamu ngga romantis ihh."

"Emang, makanya aku mau minta maaf nih kamu kejebak sama orang mesum seumur hidup nantinya," Viny menjulurkan lidah, menahan Shani di ranjang lalu mengelitik pinggangnya.

"Udah ihhhh, Vinyyyyy," Shani tertawa kegelian.

Viny berhenti mengelitiknya, ia menunduk untuk mencium gadis itu lalu berbisik, "Nanti saat hari itu tiba, aku pasti bakal bawa kamu kemanapun kamu mau."

Shani mengalungkan lengannya di leher Viny, memeluknya erat, "Aku harap hasil lab-nya cepet keluar, supaya aku bisa bilang sama dunia kalo aku cinta kamu."

Viny menatap langit dari beranda.

Kamu lihat itu? Bagaimana bintang-bintang bersinar dengan terangnya? Mereka pasti senang melihat pengantin yang cantik hari ini.

Dia mengeluarkan dompetnya dari saku celana; meraih secarik kertas dari dalamnya. Dia mengingat setiap kata yang tertulis di kertas itu, dia membacanya berkali-kali, dia menatapnya cukup lama dan berharap kata-kata tersebut akan berubah.

Setetes air mata jatuh membasahi kertas tersebut diikuti oleh tetesan lainnya. Viny mencoba menghentikan tangisannya namun tubuhnya seakan mati. Tujuh tahun, selama tujuh tahun terakhir Viny selalu menatap secarik kertas itu. Penglihatannya meremang dan tintanya sudah luntur karena air matanya. Tangannya gemetar dan kertas itu terjatuh.

Tinta yang kabur membuat tulisannya sulit untuk dibaca namun masih tetap bisa terbaca. Di sana tertulis;

"Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dari lima percobaan Tes DNA, kemungkinan FARISH ALKATIRI sebagai Bapak kandung dari anak yang bernama RATU VINY FITRILYA adalah 99,9999%"

Viny luruh ke lantai, memeluk kedua lututnya sementara air matanya tak bisa ia hentikan.

Aku sudah mencoba menyayangimu dengan cara lain.

Mencoba untuk tidak memikirkanmu dalam dekapanku, mencoba untuk tidak mengidamkan terbangun di sisimu setiap harinya.

Setiap jam yang kujalani selama tujuh tahun ini, aku berusaha untuk berhenti mencintaimu. Aku berusaha untuk tidak cemburu saat laki-laki itu hadir dalam hidupmu.

Aku mengerti bahwa kamu perlu untuk melangkah maju, ikatan darah tidak bisa dirubah.

Maafkan aku karena masih mencintaimu seperti pada hari itu dimana kamu setuju untuk menikah denganku suatu saat nanti, pada hari itu dimana kita berbincang tentang mempunyai keluarga kecil kita sendiri, tentanh kaki-kaki cilik yang berlarian di rumah sederhana kita.

Aku janji tidak akan pergi dari sisimu. Dan meskipun rasanya sangat menyakitkan, aku mendoakan kebahagiaan untukmu.

Selamat berbahagia, adik kecil.


THE END

.............................................................

Kita telah sampai di ujung cerita dari V for Vendetta. Maaf kalo selama jalannya cerita masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam mengetik, dan juga untuk downgrade gaya bahasa yang terjadi di beberapa chapter terakhir. Semoga kalian masih mau mampir ke lapak saya yang lain ya. Bai bai~

V for VendettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang