An enemy and a friend?

1.7K 192 5
                                    

"PAPAH!"

Shani berlari untuk memeluk seorang pria paruh baya dalam balutan jas, "Akhirnya Papah pulang."

Pria itu tertawa dan memutar Shani satu kali sebelum menurunkannya, "Papah juga kangen sama kamu, Princess. Dan papah lapar."

Mereka berjalan sambil bergandengan tangan ke ruang makan di mana makanan sudah tersaji di atas meja. Para pelayan membungkuk ketika pria itu dan Shani memasuki ruangan. Dua bodyguard dari pagi ini berdiri di samping pintu.

"Jadi, bagaimana sekolah kamu?"

"Sekolah asik-asik aja sampai mereka muncul!" Shani menunjuk para pria di samping pintu dengan garpunya, "Beneran deh Pah, Papah bakal ngancurin kehidupan remajaku kalo Papah terus ngirim mereka ke sekolah."

"Maaf, Princess. Tapi ada... sesuatu."

"Paaaaaapahhhhh," Shani menghentakan kakinya, tapi cepat-cepat berhenti ketika mengingat olokan dari seseorang tentang hentakan kakinya. "Aku cuma mau jadi remaja normal... yang punya temen."

"Papah yakin kamu akan segera punya teman."

"Ga akan terjadi kalo mereka tetep berkeliaran, maksudku udah cukup parah mereka ngikutin aku kemana-mana dari jauh tapi ngirim mereka untuk jemput aku di depan kelas, Pah? Dada mereka bahkan lebih gede dari temen-temen sekelasku! Itu tuh mengintimidasi banget!"

Farish Alkatiri Natio tertawa terbahak-bahak, puterinya benar-benar keturunannya, keras kepalanya, semua menurun dari dirinya. Dia bersyukur pada Tuhan gadis itu memiliki wajah ibunya, sangat cantik tapi dengan sedikit ekspresi dingin. Yang terakhir itu juga pasti menurun dariku, pikirnya.

"Papah, denger gak sih? PAPAH!"

"Oh, maaf, Princess. Iya Papah denger kok. Papah janji kalau bukan emergency Papah ga akan kirim mereka ke dalam sekolah lagi, oke?"

"Oke!" Shani membuat lambang 'Oke' dengan tangannya dan tersenyum.

"Sekarang, cerita sama Papah, apa ada sesuatu yang menarik terjadi hari ini?"

Pria paruh baya itu menoleh pada pengawal ketika salah satu dari mereka tiba-tiba terbatuk-batuk, "Kamu baik-baik saja?"

"B-B-Baik, Pak. Hanya tersedak," dia mengusap keringatnya.

Farish menaikan alisnya, "Kalian berdua terlihat gugup... apa terjadi sesuatu di sekolah?"

"It-It-Itu--- Pak---"

"Saya tidak tahu kalau kamu sedikit gagap."

"It-It-Itu... Nona... m-- c--cium."

"Cium?"

Mereka dapat merasakan jas mereka basah karena keringat sementara Shani terkikik dalam hati melihat mereka gugup. Para bodyguard itu sudah bekerja pada keluarga mereka sejak Shani masih kecil, dia sering mengerjai mereka tapi dia tidak akan melakukan apapun yang bisa membuat mereka berada dalam masalah. Dan sebuah ciuman dari orang asing berarti masalah besar, tapi dia masih ingin mengerjai para paman itu sedikit lagi.

"Begini, Pah... ada sesuatu yang menarik TERJADI hari ini."

Gadis itu semakin terkikik melihat kedua pamannya seperti kehilangan nyawa, memikirkan hal terburuk yang bisa terjadi pada mereka.

"Apa itu, Princess?" Farish berbalik menatap puterinya.

"Aku..."

Dapat terdengar gumaman orang komat-kamit membaca doa dari arah pintu.

"Aku ngeliat paman botak lupa naikin resleting celananya hari ini," Shani tersenyum lebar dan menutup mulutnya dengan kedua tangan, berusaha sekuat tenaga untuk tidak tertawa melihat kedua bodyguard itu mendapatkan nyawa mereka kembali.

V for VendettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang