BFF

2.4K 182 32
                                    

Masih kosong?

.............................................................

"Halo?"

Karena tidak ada jawaban Farish mengulang ucapannya, "Halo?"

"Wah, Shan, kayaknya kamu bener-bener sakit deh. Suara kamu kayak Bapak-Bapak umur 50 tahun."

"Itu karena saya memang Bapak-Bapak umur 50 tahun. Ini Farish, Papahnya Shani."

"Oh astaga, saya bener-bener minta maaf, Om. Saya Gracia, Shania Gracia. Saya BFF-nya Shani di sekolah."

Farish menaikan alisnya, "BFF?"

"Best friend forever, Om. Saya sahabatnya di sekolah."

Pria itu menggelengkan kepala, kidz zaman naw, sulit sekali untuk bisa mengerti bahasa mereka.

"Om Farish, boleh saya bicara dengan Shani?"

"Dia baru saja tertidur."

"Siapa, Pah?" Shani bergerak mengulet.

"BFF kamu."

"Iyuh Papah, tolong jangan pake kata itu lagi. Aneh jadinya kalo Papah yang ngucapin," Shani mendudukan dirinya sendiri bersandar pada kepala ranjang.

"Jangan terlalu lama. Kamu perlu istirahat," ucap Farish sebelum dia memberikan ponsel Shani kembali pada pemiliknya.

"Iya, Pah. Jangan khawatir."

"Rest well, Princess. Goodnight."

"Goodnight Papah."

Shani menunggu sampai ayahnya keluar kamar.

"Hey."

"Astaga, Shan, hampir aja aku kena serangan jantung. Aku gak ngira kalo Papah kamu yang bakal ngejawab telpon kamu."

"Biasanya enggak kok, mungkin dia khawatir deringnya bakal ngebangunin aku."

"Ah iya.. gimana keadaan kamu?"

"Rasanya kayak mau mati."

"Duh... inget apa yang aku bilang?"

"Oke, oke. Salahku." Tapi setiap detiknya bernilai dan kalau diberi kesempatan merubah momen itu aku tidak akan mau merubahnya. Berciuman dan bercumbu dengan Viny terasa begitu menakjubkan, pikir Shani.

Mereka membicarakan sekolah, Shani harus menutup panggilan karena dia sangat lelah. Sebelum tertidur, dia menyempatkan diri mengirim pesan pada Viny, "Aku gak enak badan. Aku mau tidur, kamu pasti masih kerja. Kita ngobrol lagi besok."

Dia tertidur begitu saja dan membaca jawaban Viny keesokan paginya tepat setelah bangun tidur, "Kontraknya bagus. Aku bakal super sibuk sampe Minggu, aku harus bikin 5-7 desain. Semoga kamu udah mendingan besok. Maaf ya kamu sampe sakit, aku yakin pasti ketularan aku. I just hope it's worth it ;)" Shani terkekeh melihat emoticon di akhir pesan.

Dia sudah merasa lebih baik dan hal pertama yang ia sadari adalah bahwa dirinya lapar. Dia berjalan ke ruang makan dan melihat Papahnya sedang sarapan seorang diri.

"Pah! Kok makan duluan?" Shani mencebik.

"Maaf. Papah kira kamu masih tidur dan Papah pikir kamu sarapan di kamar."

"Enggaaaak, aku bosen banget. Boleh aku makan di sini?"

"Yakin kuat?"

"Ayolah Pah, aku udah mendingan kok."

"Baiklah, minum obatmu setelahnya."

"Oke," Shani membuat tanda oke dengan imutnya, membuat ayahnya tertawa.

V for VendettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang