A-not-so-called-date

1.6K 197 21
                                    

Belum di proofread. ENJOY!

......................................................................

"Ayolah Pah, please. Aku pengen banget pergi belanja sama temenku."

"Tapi itu bahaya, Princess"

"Pah, please, masa aku gak boleh sih jadi remaja normal sehari aja?"

"Papah benar-benar berpikir ini bukan ide yang bagus."

"Pah, aku udah tujuh belas tahun dan aku belum pernah punya temen. Please, aku mohon."

Shani melihat ayahnya masih ragu dan tidak yakin, "Aku janji bakal bawa panic button sama GPS. Paman-paman bisa monitoring aku ada dimana."

"Kalian mau pergi kemana?"

"Belanja!" Shani tersenyum senang.

"Ga ada anak cowo?"

"Ga ada cowo. Aku janji!" Shani menyilang jantungnya, mencoba meyakinkan ayahnya untuk memperbolehkannya pergi belanja dengan Gracia. Shani hanya bisa membayangkan semua itu dari film-film yang pernah ditontonnya.

"Oke, boleh."

"YEY! Aku sayang Papah!"

"Sekarang kamu sayang lagi sama Papahmu ini, eh?"

"Aku selalu sayang sama Papah."

Farish tidak bisa menahan senyumnya, "Papah juga sayang kamu, Princess. Cuma kamu yang Papah punya. Papah ga akan bisa hidup kalau terjadi sesuatu sama kamu."

"Aku bakalan hati-hati besok, lagian apa gunanya aku punya tiga sabuk hitam kan?"

"Papah tidak meragukan kemampuan beladiri kamu, Papah meragukan penilaian kamu terhadap orang lain. Kamu tidak punya pengalaman, bisa saja kamu dimanfaatkan orang."

Shani hanya mengangguk dalam diam. Dia ingat hari dimana dia kabur, kalau tidak ada Viny disana, apa yang akan terjadi padanya?

Viny...

Tanpa sadar Shani mengusap pipinya. Dimana gadis itu? Apa kami bisa ketemu lagi?

"Kenapa pipi kamu?" Suara ayahnya membawanya kembali pada kenyataan.

"Eh? Pipi siapa? Aku? E-enggak, ga kenapa-kenapa kok."

"Oke, sekarang selesaikan makan kamu lalu kerjakan pr."

Farish memeluk puterinya dan berkata, "Besok hati-hati ya."

"Pah! Aku cuma mau pergi belanja, bukannya kencan atau semacamnya."

"Oh itu sih pasti. Tidak boleh ada cowo yang deketin puteri Papah selama 300.000 tahun kedepan."

"PAH! Aku nanti pasti udah tua dan keriputan."

"Papah masih akan melindungi kamu dengan tongkat jalan Papah kalau mereka mau coba-coba deketin kamu."

Mereka tertawa, "Goodnight, Princess."

"Goodnight, Papah."

Shani berbaring di kasurnya, menatap langit-langit setelah menyelesaikan pr-nya, memikirkan kata-kata papahnya bahwa 'Tidak boleh ada cowo yang deketin puteri Papah selama 300.000 tahun kedepan', tiba-tiba otaknya berpikir, "Berarti Papah ga ngelarang cewe ngedeketin aku kan," dan wajah Viny muncul entah darimana.

Matanya melebar menyadari apa yang baru saja dipikirkannya dan menggerak-gerakkan tangannya seakan sedang menghapus sesuatu. Aku mikir apa sih? Shani memaki dirinya sendiri sambil mengubur kepalanya di bawah bantal.

V for VendettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang