BAB 7 HARI "H" PERNIKAHAN AIDAN

181 2 0
                                    


Ini sudah satu minggu setelah kejadian canggung yang terjadi saat aku dirumah Aidan kemarin, rasanya aku masihh susah menelan ludahku saat ingat kejadian itu. Dan hari ini adalah hari terngenes dalam hidupku kenapa? karena esok pagi adalah hari pernikahan Aidan dengan wanita itu. Aku dan keluargaku berangkat ke gedung pernikahan pagi pagi sekali, namun ada yang janggal aku merasa seperti salah kostum karena saat yang lain memakai pakaian yang tergolong santai hanya aku yang memakai gaun

“Kalian kok memakai pakaian seperti ini?” tanyaku bingung

“Iya kan kita nanti akan di dandani di sana nak” jawab bunda. Aku hanya ber oh ria

Sampai di gedung pernikahan, aku dan bunda naik ke lantai dua dan disana aku bertemu dengan seorang wanita yang sepertinya adalah perias

“Ayuk ini yang mau di dandani ikut saya” bunda menarik tanganku
Kami bertiga yaitu aku bunda dan ayah didandani dan dikenakan pakaian yang seragam, iya kluarga kami memanglah sudah dekat sekali makanya kami diperlakukan istimewa seperti ini. Kami sudah selesai berdandan tapi aku tak di izinka keluar katanya nanti akan dijemput jika sudah waktunya.
Aku sungguh bersyukur karena dengan begitu akan sedikit waktuku untuk melihat Aidan dan tak akan terlalu sakit karena dalam hati aku masih belum bisa mengikhlaskan Aidan menikah dengan wanita lain yang bahkan belum ku ketahui wajahnya. Aku menatap diriku dalam cermin itu

“Kamu harus kuat, ini pernikahan sahabatmu jangan sampai kau menangis dan pinsan saat acara puncak nanti” itu adalah kata kata yang kuucapkan pada diriku sendiri agar bisa ku ingat ingat.
Bunda dan ayahku menjemputku dari rungan itu dan membawaku menuruni tangga, aku awalnya biasa saja tapi saat melihat sosok Aidan yang lengkap dengan kemeja yang membuatnya begitu terlihat tampan tiba tiba saja airmataku menggenang.
Dengan sekuat tenaga aku menahan tangisuku, kami menuruni tangga itu dengan sangat perlahan. Sang pembawa cara menyebut namaku tapi aku tak mampu mendengarnya dengan jelas apa yang dia katakan karena telingaku seolah tersumbat dengan kapas tebal. Aku diantarkan menuju ke depan Aidan, aku mengulurkan tanganku kearahnya

“Sekali lagi selamat akan pernikahanmu, walau kau tak mengenalkan calonmu itu kepadaku dan walau aku juga tak mengenalnya tapi semoga kita akan tetap berteman” muka Aidan kini tersenyum dengan lebar

“Kamu ngomong apa Zakia? Wanita yang akan menikah denganku itu kamu. Ini adalah acara penikahan kita”

kata kata itu keluar darinya tubuhku serasa ada yang lepas dan menjadi begitu ringan airmata mengalir deras dari kedua mataku

“Coba lihat di sana”
tunjuk Aidan pada sebuah tulisan besar bertuliskan For Our Wedding Aidan Rahmadan Sudirman & Zakia Rahma Nandi Ningtyas Prassongko

“Jadi.....”

Gelap..... itulah yang aku rasakan saat ini. Aku mencoba membuka mataku yang sedikit berat ini, aku menatap sekeliling mataku mendapati sosok Aidan yang sedang memangkuku dan juga disekelilingnya ada banyak orang yang tidak lain adalah keluarga besar kami, iya kami aku dan Aidan.

“Sudah sadar kamu kecoak laut”
senyum jahil jelas tergambar pada wajahnya Aidan. Aku sungguh merasa malu

“Sudah sudah zakia kamu kuat nak? Kita lanjut acara hari ini ya.. kasian tamu tamu sudah menunggu” ucap bundaku pelan

“Kalo dia masih tidak enak badan gak papa bun di tunda aja”
“Apa? Gk, aku kuat kok”

Dengan bodohnya aku langsung bangun dan  berteriak demikian, sontak seisi ruangan tertawa dengan kencangnya dan pipiku serasa terbakar. Setelah aku sudah tidak merasa pusing lagi perias yang tadi mendandanikupun mulai mendandani aku dari awal lagi. Iya dari awal karena makeup ku sudah berantakan karena menangis dan rambutku juga sudah awut awutan wkwkwkwkwk.

Tak butuh waktu lama makeup sudah beres dan rambut juga sudah, perias itu berpamitan untuk melapor ke bawah. Beberapa menit kemudian seorang wanita membuka pintu tempatku diris. Dan ternyata wanita itu adalah bundaku, dan kmudian disusul dengan kakak lalu kemudian ayah. Mereka menatapku bahagia dan tersimpul senyum manis dari muka mereka

“Gak nyangka adik kecilku sebentar lagi akan menjadi seorang istri”

kakak memegang kedua pundakku dan menatapku senang. Jujur saja aku ingin menangis saat ini tapi aku kasian sama periasnya karena dia pasti akan mengulang kembali riasannya jika aku menangis saat ini.

“Bunda sama ayah bangga sama kamu nak karena kamu gak pernah berbuat hal macam macam bahkan hingga kamu menikah seperti sekarang”

bunda memelukku sesaat dan kemudian melepas pelukan itu.
Ayah mendekatkan dirinya dan mengulurkan lengannya

“Ayuk kita turun, Aidan pasti sudah menunggu di bawah sana”
Aku meraih lengan ayahku dan turun kelantai bawah melalui tangga yang sudah dihiasi dengan bunga dan lilin. Lagu beautyfull in whit by ... mengiringi langkah kakiku. Acara berjalan dengan lancar walau sempat ada drama pinsannya mempelai wanita dan itu adalah aku sendiri hehehe
Setelah acara pernikahan itu aku dan Aidan pulang ke apartement milik keluarga Aidan, awalnya aku mau pulang ke rumahku tapi kedua keluarga malah mengusir kami dan di suruh tinggal berdua di apartement. Saat sampai di apartement hal pertama yang aku lakukan adalah mandi tapi hal itu tak bisa aku lkukan gara gara gaun yang ribet menghambat langkahku

“Aidan aku mandi duluan yaa, badanku lengket semua nih” kataku

“Sapa cepat dia dapat” ucapnya sedikit mengejutkanku.

Tapi sedetik kemudian kami berlari menuju gagang pintu  kamar mandi dan sialnya baju ini berat sekali aku jadi kalah darinya. Dengan senyum kemenangan dia memasuki kamar mandi. Aku langsung saja ke meja rias dan melepaskan semua asessories yang melekat di diriku, kemudian dilanjutkan dengan menghapus makeup dan saat yang terakhir adalah melepas gaun ini tapi sialnya lagi aku tak bisa menjangkau resleting di gaun ini. Aidan yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung menghampiriku saat tau aku kesulitan melepas gaun itu.

“Kenapa tidak minta bantuan kalau memang butuh bantuan” ucapnya sabar dan berjalan mendekatiku

“Ya kan belum biasa lagipula seumur hidupku aku tidak pernah meminta seseorang membantuku untuk berganti pakaian kecuali bundaku” dia tersenyum aku bisa mendengarnya walau samar samar

“Tentu saja tidak pernah karna itu sepenuhnya HAK milikku ingat M I L I K K U” apa maksudnya itu dia mengeja kata milikku

“Punggung kamu indah” ucapnya saat perlahan menurunkan resleting itu.

Aku mersa seperti ada aliran listrik yang menjalar disekujur tubuhku saat ujung ujung jari Aidan menyentuh kulit di sekitar resleting itu. Dia menurunkannya sangat perlahan dan terkdang berhenti sejenak  lalu melanjutkannya lagi saat aku merasakan hembusan nafasnya mengenai leherku tiba tiba gelap iya gelap. Apartemen kami mati lampu, aku dengar suara decakan dari mulut Aidan

“Aku akan melihat sakelar di luar sana”

Dia berjalan menjauh dariku karena gaun sudah berasil terlepas dari tubuhku, dalam keadaan gelap gulita ditemani dengan cahaya ponsel aku memasuki kamar mandi. Dengan segera aku menyelesaikan mandiku dan aku keluar dari kamarmandi menggunakan kimono yang sudah di sediakan di almari. Aku mendudukan diriku di tepi kasur dan lalu tiba tiba lampu menyala, aku sedang mengoleskan body lotion di kakiku saat Aidan memasuki kamar kami.

“Apa yang kamu lakukan” ucapnya terkejut

“Aku sedang memakai body lotion. Kmu mau ?” Tawarku

Dia tersenyum tapi aku tak bisa mengartikan senyum aneh dari mukanya itu

“Jangan menggodaku, aku sedang lelah saat ini istriku” panggilan itu membuat tubuhku menegang
“Aku kan hanya memakai ini, lalu bagaimana bisa menggodamu Aidan?” tanyaku polos padanya

“Banyak hal yang tidak kamu ketahui tentang laki laki istriku”

“ Aidan berhenti memanggiku dengan ISTRIKU “ kesalku

“Kenapa? Bukankah kamu memang istriku saat ini?” dia tersenyum jahil

“Iya tapi panggilan itu membuatku meraskan perasaan aneh”
aku meletakkan body lotion itu di meja tidur kami dan merebahkan tubuhku di samping Aidan

“Aku ingin kamu membiasakan diri dengan panggilan itu mlai hari ini karena aku akan lebih sering  memanggilmu seperti itu” dia tersenyum lembut padaku.

Iya aku bisa melihatnya dengan jelas karena saat ini kami sedang memiringkan tubuh kami agar bisa saling menatap

“Sudah ah tidur yuk aku sudah sangat lelah malam ini” ucapku
“Kamu mau tidur dengan seperti itu?” pertanyaan itu menbuatku bingung

“Maksudnya? Aku gak faham Aidan” aku mengecutkan bibirku

“Mendekatlah, aku ingin tidur sembari memelukmu”

“Aidan mesum ihhh” kesalku

“Sama istri sendiri ma halal kalo sama istri orang baru tidak boleh” tawanya memecah keheningan malam itu

“Zakia?”

“Hemmbbb..”

“Kamu sudah tidur?”

“Ishhh bagaimana mungkin aku bisa tidur Aidan jika kamu mengoceh terus daritadi” kesalku

“Kamu gak tau betapa bahagianya aku saat mengambil keputusan untuk menikahimu” ucapan itu berhasil membungkam mulutku
“Aku.. aku juga senang saat mengetahui wanita yang kau nikahi adalah diriku” kurasakan pipiku memanas saat ini

“ I love you Zakia” ucapnya sembari mencium puncak kepalaku

“ Love you too” aku mencium pipinya sekilas dan langsung membelakangi nya karena aku merasa malu.

Itu adalah ciuman pertama yang ku berikan kepada seorang lelaki selain ayah dan kakaku.

“ Ih kenapa Cuma pipi, bibirnya kapan istriku?”

Isshh aku benci d panggil seperti itu karena aliran listrik menjalar dalam diriku tiap kali Aidan mengucapkannya. Tangan Aidan menyetuh pundakku dan membuat ku menatapnya kembali

“ Kamu pernah berciuman?” pertanyaan apa ini, aku hanya diam menatapnya

“ Kamu pernah berciuman di bibir sebelumnya?”

“ Apasi Aidan? Kamu pikir aku perampuan seperti apa yang hingga berani berciuman dengan lelaki yang bukan suaminya”

karena kesal aku bangkit dan duduk di kasur, saat ancang ancang mau pergi Aidan menarik tanganku dan memelukku dari belakang

“Kamu tau? Aku sangat menginginkan tubuhmu malam ini tapi aku tak mau mebuatmu semakin lelah karena besok kita masih harus bersiap siap untuk berbulan madu ke lombok selama seminggu”

Aku hanya diam karena posisi kami yang begitu dekat dan ulah Aidan yang sesekali meletakkan bibir lembutnya di pundakku dan sesekali di leherku. Setelah itu kami tidur dan kesesokan paginya kami bangun lebih pagi untuk olahraga sejenak, selesai berolahraga di pagi buta aku dan Aidan kembali ke apartemen, dan terjadilah kejadian aneh itu.
Entah bagaimana Aidan mengecup bibirku dan melumatnya kadang menggigitinya kecil. Aku sebenarnya ingin muntah saat ia melakukan itu tapi aku tak bisa berbuat apa apa karen aku takut menyinggung perasaan Aidan jika aku menolak untuk melakukannya. Hari sudah semakin terang aku dan idan mempersiapkan diri untuk berangkat ke lombok untuk berbulan madu.

“Bunda, ayah, kakak aku berangkat yaa” pamitku pada keluargaku kemudian bergantian

“ Ma, pah aku berangkat” pamitku pada kedua mertuaku.

Tak lama dari itu pesawat kami meluncur menuju ke lombok tak butuh waktu terlalu lama hanya sekitar 7 jam kami sudah mendrat di bandara di lombok, saat di bandara ternyata pihak travel yang disewa oleh keluarga kami sudah menunggu dan menyambut kami. Setelah itu kami menuju ke hotel tempat dimana kami akan menginap dan menaruh barang barang kami disana sebelum dilanjutkan dengan jalan jalan sore di sekitar hotel yang masih asri dan indah itu.

“Huft capeknya...” ucapku sembari menghempaskan tubuh d kasur.

Aku memalingkan tubuhku dan mengamati Aidan yang mengemasi koper koper kami. Dia tampak telaten memasukkan baju baju ke lemari yang ada di Hotel kami.

“ Aidan..” panggilku
“Hembb...” jawabnya masih fokus memasukkan pakaian dari koper kami

“Kamu tau enggak?”

“ Gak taulah, kamu kan gak ngasih tau” jawabnya cerewet

“ Makanya dengerin dulu, kamu kebiasaan kalau aku ngomong pasti d potong.” Kesalku

“ Ya sudah ngomong gih. Aku dengerin” jawabnya mengalah

“ Sampai saat ini aku tuh mikir, ini mimpi? Atau kenyataan ? jika ini mimpi kenapa rasanya begitu nyata. Tapi jika ini kenyataan, kenapa rasanya aku sedang bermimpi. Mimpi yang indah tepatnya.” Aidan tak menjawab dia hanya tersenyum.

Aku bisa melihat senyuman dari bibirnya, dia kembali memasukkan baju itu dan merapikan koper kami.

“ Aku ngantuk, aku tidur duluan ya?” pamitku

“ Iya kamu tidur saja dulu, nanti setelah mandi aku susul kamu”
“ Susul kemana?” tanyaku

“ Tidur, istriku” katanya lembut dan masih dengan senyuman yang menenangkan

Sesaat setelahnya aku rasa kini aku sudah tertidur. Aku tak lagi bisa mendengar suara Aidan itu artinya aku benar benar telah terlelap.
Setelah merasa badanku lebih enakan, aku bangun dari tidurku. Saat pertama kali membuka mata sosok Aidan yang tengah tertidur disampingku lah yang  ku lihat. Aku mengamati wajah tenang Aidan yang tengah terlelap saat ini.

Aku melihat jam yang ada di meja, waktu menunjukkan 15.00. aku bangkit dari tempat tidur dan bergegas untuk mandi. Selesai mandi dan masih menggunakan baju handukku aku berjalan menuju kasur dimana Aidan masih terlelap

“ Aidan..” aku mengguncangkan tubuhnya

“Hembb..?” dia memalingkan tubuhnya dan membelakangi tubuhku

“Katanya mau jalan jalan sore? Sudah jam empat sekarang”

“ Embbb..” dia tak juga bangun dari tidurnya

“Aidannnn ihhh bangun napa sudah jam empat. Dasar kebo.” Bukannya bangun dia malah menengkurapkan tubuhnya dan membenamkan mukanya ke kasur itu

“ Aidan kalau kamu gk bangun ku seret kamu” ancamku.

Dia tak juga bangun karena kesal aku menjatuhkan tubuhku tepat d atas punggungnnya

“ Rasakan ini” kataku dan menggelitikinya

“ Zakia geli wkwkwkwk. Ampun.. sudah hentikan” pintanya karena masih kesal aku teruskan menggelitikinya. Hingga di menggeliat tak karuan sangking gelinya

“ Ampun kia ampuunn. Iya iya aku bangun wkwkw” cicitnya.
Aku menghentikan gelitikan itu, lalu bangkit dari tempat tidur itu. Tapi saat aku baru saja beranjak bebrapa senti dari ranjang, Aidan menarik tanganku kuat hingga aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh menimpa tubuhnya. Aku sangat terkejut kini posisi kami sangat dekat dan bahkan aku bisa mengamati dengan jelas kedua bola matanya.

“ Ka.. kamu ka kamu mau ngapain?” tanyaku gugup

Dia tak menjawapku dan malah membalikkan posisi kami, hingga kini aku berada di bawahnya. Aku sungguh takut apakah dia akan memintanya saat ini? Aku masih belum siap. Pipiku sungguh terasa panas, keringat dingin mengalir keluar dari pori poriku.

“ A a a aidan?” panggilku takut

“ wkwkwkwkk muka kamu lucu sekali Zakia, aku tak tahan melihat muka takutmu yang menggemaskan itu wkwkwkwkw” dia tertawa terbahak bahak

Aku sungguh kesal dengan lelucon yang dia lakukan tadi. Aku mendrong tubuhnya kesal, bagaimana dia bisa tertawa seperti itu. Sementara aku begitu ketakutan karena ulahnya

“Apaan sih gk lucu, sudah sana mandi. Dalam lima menit kalau kamu belum siap aku akan tinggalin kamu dan jalan sama bule bule di sini” kataku kesal

“Janganlah marah, becanda jee” ucapnya merayuku

“ Bodo amat. Sudah sana ihhh, aku mau ganti baju”

“ Ih ngambekan. Udah nikah kok sama saja sih kamu? Aku ini suamimu lohhh” katanya sembari mengikuti pergerakanku

“ Sudah sana mandi” jawabku kesal

“ Iya aku mandi, tapi jangan marah lagi yaa”

Setengah jam berikutnya aku dan aidan sudah selesai bersiap siap untuk jalan jalan. Aku masih diam saja karena aku masih kesal dengan apa yang dia lakukan tadi.

“ Kia sayang, kamu masih marah ya” dia merangkulku

“ Ck apasii udah ayuk jalan, aku lapar” jawabku kesal

Setelah cukup lama kami sampai di sebuah rumahmakan kami saat pertama memasuki rumah makan itu di sambut oleh seorang pelayan dan diberikan sebuah daftar ruangan.

“ Ini untuk apa mbak?” tanyaku

“ Mbak silahkan memilih mau meja yang seperti apa. Ini adalah fto ftonya untuk memudahkan kalian memilih”

Setelah mendengar penjelasan dari pelayang itu aku mengamati fasilitas yang disediakan di rumah makan ini. Aku membuka satu persatu foto itu, lalu mataku terhenti pada sebuah fto.

“Meja ini bagaimana menurutmu?” tanyaku pada aidan

Aku menawarkan meja panjang dengan empat kursi, dan di bagian lantainya adalah aliran air yang mirip dengan sungai. Desain ruangannya juga terasa alami dan begitu natural, yang menambah indah lagi adalah meja makan itu berada di out dor jadi kita bisa menikmati senja sembari memakan makanan yang disediakan

“Iya aku juga suka, tapi apa nggak papa kamu basah basahan?” tanya idan khawatir
“Nggak apa apa kan kamu tau sendiri aku suka main air” jawabku senang. Untuk sesaat aku bisa melupakan kekesalanku dengan aidan

Aku dan aidan diantarkan oleh pelayang itu menuju lantai atas, dimana lokasi meja itu berada. Saat sampai aku begitu merasa senang karena tak seperti bayanganku, yang ku pikir ruangannya akan sempit ternyata salah. Ruangan begitu luas dan ada beberapa pasang meja lain disana, suasana alam yang begitu sejuk dan matahari yang mulai meredup dan beberapa lilin yang menghiasi meja itu membuat suasana menjadi tambah romantis.

“ Aidan..” panggilku

“ Apa?” tanyannya

“ Kamu nggak mau mengabadikan moment ini?” tanyaku padanya
“ Loh kamu nggak baca?”
“ Baca apa?” tanyaku heran
“ Dalam buku menu meja tadi jika kita memilih meja ini kita juga mendapat fasilitas ftografer untuk mengabadikan apa yang kita lakukan selama berda dalam ruangan ini” jelasnya padaku
“ Yang bener? Wah enak donk ? unik ya konsep yang ditawarkan oleh rumah makan ini”
“ Iya tapi ya itu..”
“ Apa?” tanyaku
“ Cukup menguras kantong” ucapnya sedikit berbisik.
Dan sukses memicu tawa kami berdua, tak lama makanan pembukanya diantar kemeja kami. Kami menikmati makanan itu dan sesekali bercanda. Beberapa menit berikutnya pelayang mengantarkan menu utama dan menatanya di meja kami. Kami makan dengan tenang dan dalam hitungan menit semua menu yang kami pesan lenyap dari meja dan berpindah ke dalam perut kami.
“ Permisi..?” ucap salah seorang pelayan
“ Iya mbak?” tanyaku ramah
“ Silahkan tuliskan alamat anda, kami akan mengantar hasil cetak fto fto dan juga vidio dari kegiatan anda dan istri anda selama berada di rumah makan ini.”
“ Oh tentu, sini” aidan meminta buku dan bulpoin milik pelayan itu.
Selesai menuliskan alamat pelayan itu meninggalakan meja kami. Setelah berfoto menggunakan ponsel, Aidan mengajakku keluar dari rumahmakan itu.
“ sekarang kita mau kemana?” tanyaku
“ Nanti kamu juga tau” dia menggandeng tanganku dan menuntunku menaiki mobil yang akan kami gunakan selama di sini

Kupinang Sahabatku Dengan syairkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang