BAB 8 Merana jilid 1

153 3 4
                                    


Windy POV
Aku mendapatkan empat tiket untuk meliahat sirkus, dua dari tiket itu diminta oleh kakaku karena dia ingin mengajak pacarnya melihat sirkus. Kini ditanganku tersisa dua tiket, jika biasanya aku bisa nonton bersama kia kali ini tak bisa. Karen dia sedang berbulan madu dengan suaminya, kemungkinan pulang hari selasa..
“ dek kakak berangkat, nnti kalau bunda nyariin bilang aja kakak liat sirkus” pamit abangku
“ hemmbb..” jawabku malas
“ tiket u itu pergunakan, jangan di anggurin. Kasian amat yang jomnlo akut” aku tak menggubris omongan abangku dan melanjutan menonton tv ku
Karena tak tau harus berangkat dengan siapa akhirnya aku bilang ke bunda
“ bun liat sirkus yuk” ucapku dalam sambungan telphone
“ maaf sayang bunda akan pergi ke kondangan sama ayahmu, lain kali saja ya” ah kecewanyaa...

“ yaudh deh bun, selamat bersenang senang” aku hendak menutup telphoneku tpi bunda meneriakiku
“eh kalau tak ada yang menemani, mau bunda suruh anak temen bunda untuk menemanimu kesana?” tawarnya
“ ih bunda apaan si, gak mau aku” tolakku dan menutup sambungan kami
Karena kesal aku memotret dua tiket itu dan memajangnya di status WA ku dg caption, “tiket pertunjukan sirkus untuk malam ini cukup 75 dapat dua tiket” aku sebenarnya tak rela mau menjual tiket itu. Tapi mau gimana lagi kalau tidak seperti ini ya bisa kebuang sia sia dua tiket ini. Tak butuh waktu lama sudah ada beberapa temanku yang menawar. Tapi aku tetap merasa tak rela. Karena takut tak bisa tidur karena kepikiran tiket yang terjual, aku membatalkan niatku tuk menjual tiket itu. Dan ak putuskan untuk tetap berangkat melihat sirkus meskipun sendiri.
15.00..
“Ah zakia.... gua kangen sama loe, seandainya loe masih disini gua bakalan ke acara sirkus sama loe.” Setelah puas meratapi nasib dan berucap ribuan penyesalan gua pergi ke kamar mandi dan segera bersiap untuk pergi keacara sirkus. Tepat pukul 17.00 aku berangkat menuju keluar perumahan dan menunggu taksi yang lewat. Saat berjalan lebih dari 50m tiba tiba sebuah motor melaju kencang dan karena kaget akupun kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Pengemudi itu ternyata sadar akan ulahnya, dia menghentikan motornya dan berbalik menghampiriku. Seorang pria memakai sarungtangan hitam dan slayer tengkorak warna hitam itu mendekatiku dan mengulurkan tangannya
“ maaf itu salah saya karena naik motor dengan kecepatan tinggi dipertigaan seperti ini” aku tak asing dengan suaranya. Dia melepas sebelah sarungtangannya dan mengajakku bersalaman
“ mario” ucapnya, aku kini jadi kepikiran mario... laki laki yang sempat dekat dengan zakia saat smk dulu
“ windy” jawabku dan membalas jabat tangan darinya. Dia membuka slayer yang menutupi sebagian wajahnya dan yang tadinya hanya memperlihatkan matanya saja, kini aku bisa menatap keseluruhan wajahnya. Dan benar saja ternyata lelaki itu memanglah mario yang dulu sempat diceritakan oleh zakia
“ mario bramana rohis?” tanyaku memastikan
“ iya.?? Apa kita pernah kenal sebelumnya?” tanyanya heran
“ aku windy, sahabat dari zakia” ekspresinya langsung berubah kesal saat mendengar nama zakia. Dia tampak kesal
“ oh iya kamu baru dari mana?” tanyaku lagi
“ oh aku dari rumah zakia, mengantarkan sesuatu” jawabnya
“ oh iya aku mau melihat sirkus, kamu mau ikut?” tawarku padanya
“ boleh deh, aku juga sedang membutuhkan sebuah hiburan”
Kami lekas menuju ke tempat dimana sirkus itu diadakan. Dia melajukan motornya tak secepat tadi dan begitu hati hati hingga membuatku tak merasa takut saat berada di boncengannya. Setelah perjalanan sekitar 30 menit, kami sampai di lokasi. Kami punya waktu satujaman untuk menikmati pasar malam sebelum menikmati acara puncak, yaitu pertunjukan sirkus.
“ cari minum yuk” ajakku
“ disana ada yang jual es puter” teriakku hiteris, karena sudah lama aku tak merasakan jajanan itu
“ kamu ini masih saja sama seperti dulu ya zakia”
“ kamu panggil aku apa?” tanyaku karena kalau tidak salah tadi dia memanggilku zakia
“ ah bolot kau, lupakan saja. Ayuk sana beli... nanti kalau sudah dipenuhi antrian pembeli aku gak mau anter.” Jawabnya. Sadar akan kebenaran dari ucapannya aku segera berlari mengambil antrian untuk mendapatkan semangkuk penuh es puter itu. Dan setelah menunggu antrian yang lumayan agak lama aku berhasil mendapatkan es puter itu
“ loh Cuma satu aja?” tanya nya. Sangking senengnya aku sampai lupa tidak memesankan es untuknya
“ maaf aku lupa hehehehe. Yaudah ini buat kamu, aku antri lagi saja” saat hendak berbalik arah dia menahan pergerakanku dengan menahan tanganku
“ gak liat ya? Antrian sebanyak itu mau nunggu sampai acara sirkus bubar hah?”
“ tapi.....”
“ ssssttt... tak apa aku sudah minum sebotol air putih saat menunggumu antri tadi” karena dia berkata demikian aku mengurungkan niatku tuk kembali antri. Karena tetap merasa tak enak akupun menawarinya es puter itu. Dan kita memakannya bersama seperti sepasang kekasih...
Tunggu??? Aku bilang apa tadi? Otakku sudah mulai kacau. Ok kita kembali ke sirkus
“ emb lima belas menit lagi sirkus dimulai, ayuk kita mncari tempat duduk untuk mlihat pertunjukannya” ajaknya dan menggandengku menuju tenda sirkus
“ tolong tiketnya?” pinta penjaga pintu masuk itu
“ hah tiket? Apa sirkus ini harus ada tiket?”
“ udah tenang, aku ada tiketnya” aku mengkorek korek tas ku dan memberikan dua lembar tiket sirkus itu kepada sang penjaga pintunya
“selamat menikmati pertunjukan kami” ucap penjaga pintu itu. Kami melangkah masuk kedalam tenda aku dan aidan mengambil tempat duduk nomor lima dari depan agar bisa melihat dengan jelas pertunjukan mereka.

Maaf ya telat updatenya😢
Aku gak sempat publish.
Tapi semoga ini dapat mengobati rindu kalian dengan kelanjutan novel ini😘

Kupinang Sahabatku Dengan syairkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang