8. Isyarat (2) percakapan

19 4 0
                                    

"Maksud ibu?" tanyanya.

"Fatma" satu kata, satu nama yang terucap menghentikan semua aktifitasnya saat ini.

Muridnya itu hanya bisa mengernyitkan dahinya yang menyiratkan tanda tanya.

"Saya bukan psikolog yang bisa membaca semua bahasa tubuh, atau bahasa wajah, saya kan guru sejarah," muridnya itu masih dengan setia memandang gurunya dengan serius.
"Tapi, saya juga wanita, saya bisa tau gaya bahasa wanita, sesama wanita, tapi tidak semua, dan tidak selalu benar juga, ibu hanya tau sedikit" senyum manisnya mengembang menambah elok rupawan di wajahnya yang tak bisa di bilang muda.

"Lalu? Hubungannya dengan fatma?" dan akhirnya murid yang selalu memanggilnya ibu guru cantik pun bertanya.

"Tidak apa-apa, ibu hanya basa-basi" dan seketika bahunya yang bidang di lorotkannya ke sandaran kursi yang berada di belakangnya.

"Lahh, gimana sih bu, lalu saya disini ngapain? Oh,,, saya tau" sambil memicingkan matanya.

"Apa, jangan ke pd.an kamu" sinisnya.

"Hahahaha, kok jadi saya bu, ibu kali yang kepedean, la wong saya mau bilang kalau ibu mau syukuran kan, makanya nraktir saya disini, ckckck, emang mau saya bilang apa bu?" sambil memainkan ke dua alisnya.

"Ibu tampol pakek sepatu ibu mau,"

"Eizt, hak nya berapa centi bu" tanya polos.

"Berapa ya?" dan bodohnya guru itu meladeni pertanyaan unfaedah dari muridnya itu. "10 centi kayaknya, kenapa emang?"

"Gak papa, ibu mikirnya apa emang?" pertanyaan unfaedah pun berlanjut.

"Mau ibu tampol beneran?"

"Pakek apa coba?"

"Sepatu mau?"

"Ukurannya berapa sih bu?"

"37 kenapa?"

"Ih, nggak kenapa-napa, emang ibu mikirnya apa? Padahal yang ke.pd.an ibu, kok saya mulu yang di salahin"

"Kamu tuh makan apa sih, dari tadi ngganggu saya terus,"

"Lho, ibu yang ngganggu saya, mau pulang juga, di ajakin ngedate, siapa coba yang ganggu?"

"Back to topic"

"Emang topic nya apa bu?"

"Lha ini nih, manusia purba, masih hidup"

"Lho kok bawa-bawa manusia purba bu?"

"Iya, kamu tau kan manusia purba itu kayak gimana? Hidupnya berpindah-pindah, nggak tetap, pemikiran belum stabil, tapi kreatif, semua barang akan mereka gunakan, agar bisa surfive, sama kayak kamu, plin plan"

Dan muridnya pun mengernyitkan dahinya untuk kedua kalinya."Maksudnya?" tanyanya. Dan dia mulai serius kembali.

"Hati itu nggak bisa kamu samain dengan zaman itu, berpindah-pindah, dan kamu, jangan plin plan, kalau memang dia yaudah dia aja, nggak usah yang lain,"

"Hati saya nggak berpindah, tetap ditempatnya" jailnya pun mulai.

"Beneran, saya lepas sepatu saya"

"E e e e, iya iya, saya ngerti, hati sya dari dulu memang masih ditempatnya bu, tapi saat saya melihat dia ada dihadapan saya hati saya baru bergerak, bergerak ke hati yang lain, untuk mendapatkan tempatnya, sayang, sepertinya hati saya bukan kuncinya, dia masih tertutup, dia masih enggan, dia masih jauh, dan tentang berkomitmen, saya berkomitmen, dan tentang plin plan, jangan salahkan hati saya, bukankah seorang pria itu selalu berpikir dengan logikanya? Dibanding dengan perasaannya? Tapi, jika kita para pria sudah menggunakan perasaan kita, kalian para wanita bakalan terpukau akan hal besar itu" dengan lancar dia mengatakan semua hal yang baru di dalam dirinya.

Galaxy (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang