Trace of Diamond Dust (3)

339 62 1
                                    

.
.
.

"Permisi."

"WAAAHHHH!!!! SETAAANNN!!!"

Spontan, aku berteriak kaget karena tiba-tiba mendengar suara.

Aku menoleh ke arah belakangku perlahan dan melihat seorang pemuda yang tak kukenal.

Wujud orang tersebut terlihat tak biasa bagiku. Matanya bulat dan berwarna biru langit cerah—sama seperti rambutnya yang juga berwarna sama. Sedikit lebih tinggi dariku dan memandangkan tatapannya padaku.

Tunggu, ini perempuan atau laki-laki?

Kenapa wajahnya imut sekali?

Dia juga tidak terlalu tinggi, dan kulitnya putih bersih—beda sekali dengan kulit orang biasa. Seperti...

Salju

Aduh, aku jadi malu sendiri.

Berasa gagal jadi perempuan.

"Maafkan aku karena mengagetkanmu." ucapnya.

Astaga, suaranya... bagaikan suara harpa malaikat.

"A-Ah.. Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja, sungguh!"

Aku mencoba berdiri sendiri sambil menghadap sepenuhnya pada sang pemuda asing ini.

Anjing kecil tadi menggonggong riang sambil menuju sang pemuda—yang aku asumsikan sebagai tuannya—lalu mengelus kepalanya di kaki orang tersebut.

Pemuda bermata biru langit tersebut menggendongnya di dekapan sembari menoleh padaku. "Terima kasih sudah menjaganya, aku sedang dari tempat makanan dan membiarkan dia disini dulu."

Ah, ternyata anjing itu menunggunya.

Kuperhatikan ada yang sedikit sama dari mereka berdua.

Matanya.

Ah, apa yang kupikirkan. Bisa-bisanya aku memperhatikan orang yang tak kukenal.

"Nona, sebagai rasa terima kasihku maka terimalah ini."

Pemuda itu menyerahkan sebuah es krim coklat—yang mungkin saja baru dia beli tadi saat meninggalkan anjing kecilnya.

Aku menggeleng pelan sambil menolak halus. "Tidak perlu, aku jadi tidak enak. Apalagi ini es krimmu."

"Justru aku yang merasa tidak enak, karena kau sudah menjaga piaraanku. Maka, terimalah. Ini hanya sedikit simbol dari rasa terima kasihku."

Sang pemuda membujukku—yang tak kusadari malah membuat hatiku tak kuasa untuk menolaknya juga.

Tak tega, aku akhirnya menerima es krim coklat tersebut sebelum mencicipinya.

Wah, enak sekali!

"Es krim ini enak sekali! Aku menyukainya!"

Senyumku mengembang ketika mengatakannya. Aku sangat suka es krim coklatnya!

Pemuda bermata langit itu pun tersebut hanya tersenyum tipis, "Syukurlah kalau begitu."

Entah kenapa, rasanya pemuda itu memandangku dengan tatapan yang sedikit berbeda. Tapi aku tak tahu artinya.

Ah, mungkin hanya perasaanku saja yang parno.

"Sekali lagi aku ucapkan terima kasih, Nona. Kami permisi dulu, mau pulang." ujarnya sambil anjing kecil tadi menggonggong riang padaku, disambut oleh anggukan kecil dariku—dan menatap pergi mereka yang menjauh.

"Ah... Ternyata sudah ada tuannya ya. Kukira bisa aku pelihara." gumamku agak cemberut sambil menatap es krim yang kupegang. Eh, tapi sepertinya ada yang terlupakan.

Tapi apa, ya...

....

Oh iya, konpeitonya!
"Gawat, Satsuki-chan dan yang lainnya pasti menanti! Aku harus segera kembali!" ujarku pada diri sendiri sebelum berbalik arah dengan lari kecil untuk ke stand konpeito terdekat.

.
.
.

To Be Continued

Tsukichi No Neiro [KNB X READER] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang