Trace of Diamond Dust (4)

387 54 8
                                    

.

.

.

(Third POV)

Terkepal erat sambil menahan gemetar di tangan kanannya, seorang pemuda sedang duduk di bangku taman yang agak sepi. Bersama dengan anjing kecilnya yang menatap khawatir sang tuan, malah hanya mendapatkan lemparan senyuman tipis dari yang bersangkutan.

"Aku tidak apa-apa, Nigou. Tapi, rasanya tanganku kesemutan..."

Matanya beralih pada tangan kanannya—yang ia buka perlahan lengan baju panjang hingga sikut tangan.

Terdapat sebuah tanda simbol berbentuk butiran molekul salju—snowflake—di pergelangan nadi tangannya yang putih bak kapas. Simbol itu memancarkan sedikit sinar berwarna keputihan, tapi samar-samar.

Pemuda tersebut memincingkan mata biru langitnya. Dia mulai merasa yakin, bahwa gadis yang ditemuinya berhubungan akan simbol di tangan.

"Gadis itu... Dialah orangnya."

.

.

.

.

.

Sudah 10 menit berlalu saat (Name) pergi. Dan ketiga sepupunya itu sedikit maklum, apalagi pasti dia jalan-jalan kemana-mana.

"Kau yakin kalau dia takkan kabur?"

Celetuk dari Nijimura kepada kedua gadis yang tengah diam memainkan ponsel mereka sendiri.

"Sudah biasa. Lagipula disini ramai, makanya kami bisa lepaskan dia sesaat." Riko menjawab pertanyaan sang pemuda bertubuh tinggi tersebut.

Nijimura menghela napas,"Kalian ternyata santai sekali ya..."

Gadis berambut merah jambu tersebut menjawab, "Tidak juga kok. Malahan kami masih waspada akan sekitar."

Lirikan mata lentiknya mengarah kepada sang pemuda sambil berujar lagi.

"Sekarang kita harus hati-hati, bisa saja ayakashi liar itu datang kapan saja."

Peringatan Momoi tersebut membuat Nijimura terdiam dan mengangguk mantap.

"Ya, kau benar. Kita tidak bisa membiarkan hal ini terjadi begitu saja. (Name) tidak boleh disentuh oleh kekuatan jahat yang mulai berkeliaran di sekitar sini."

Setelah itu, tak berapa lama kemudian (Name) datang membawa pesanan jajanan yang dititipi, sebelum mereka berempat kembali berjalan dari taman kota untuk pulang.

.

.

.

(First POV)

"Kalau begitu aku pulang duluan ya."

Aku menutup pintu setelah permisi pamit karena menemani piket salah satu temanku yang kesulitan mengerjakannya.

Setelah itu, baru aku berjalan menelurusi koridor gedung kampus salah satu universitas. Sambil menolehkan kepala, aku tahu bahwa senja akan terlihat—mengingat sudah pukul setengah tiga siang menjelang sore.

Kulihat pemandangan dari luar jendela koridor. Sepertinya cuaca akan hujan sebentar lagi.

"Ah, aku harus cepat kembali. Mereka pasti akan mengkhawatirkanku—Hm?"

Tsukichi No Neiro [KNB X READER] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang