"Ayo Dila, cepet elah lama banget sih!"
Seorang gadis mencak-mencak sejak lima belas menit yang lalu karena menunggu sahabat nya yang belum selesai juga mematut wajahnya di hadapan cermin.
"Iya iya, ini udah," ujar gadis itu sembari menghampiri sahabatnya yang terlihat sudah kesal sejak tadi.
Adilla Nurul Bassamah, gadis yang dari tadi di omeli oleh temannya itu adalah seorang gadis cantik, dengan wajah ayu dan kulit kuning Langsat yang bisa membuat kaum Adam tergila-gila, apalagi kecerdasannya yang tidak bisa di ragukan lagi.
Adilla dan Obi -Sahabatnya- berjalan keluar Kobong untuk menuju kelasnya di lantai bawah.
Repot memang, Kobong mereka di lantai 4 sedangkan sekolah ada di lantai utama. Setiap hari harus bulak balik 4 lantai bukanlah sesuatu yang bisa di remehkan.
Tapi mereka tidak pernah mengeluh, sekalipun dalam sehari mereka bisa berpuluh-puluh kali bolak balik karena pusat kegiatan pesantren ada di lantai utama.
Inilah berkahnya jadi santri.
Adilla dan Obi beriringan menuju lantai utama, setelah berada di lantai utama, fokus mereka tiba-tiba beralih pada santriwati yang berbondong-bondong mendekati lapangan.
Obi yang punya gelar ms.kepo itu langsung menarik Adilla dan menjadi bagian dari orang-orang yang berkerumun itu.
"Obi, kebiasaan banget sih." Ujar Adillah kesal
"Gapapa Adilla, bentar aja. 5 menit gak lebih. Aku janji" ujarnya dengan wajah yang tak henti-hentinya melihat kearah lapang. Mencari tahu apa yang membuat santriwati disini berkerumun.
"Gila, pangeran darimana coba itu?" Ujar Obi dengan mata yang berbinar.
"Apaansih Obi, udah ayo ah nanti Ustadzah Rana udah masuk gimana?" Tanya Adilla.
"Gapapa Ustadzah Rana baik, 5 menit telat gak masalah," ujarnya
"Tapi menurutku ini masalah Obi, udah ah ayoo," Adilla mencoba menarik sahabatnya namun tak berhasil.
"Ih," Adilla melepas lengan Obi dengan bibir yang mengerucut kesal.
"Mending kamu liat deh Dil, itu tuh pangeran dari Syurga. Ganteng banget, kalo kamu liat juga kamu gak akan ngajak-ngajak aku ke kelas," ujarnya.
Adilla merasa jika rasa ingin tahunya bertambah ketika Obi dengan keukeuh tidak ingin keluar dari kerumunan itu.
Adilla mencoba lebih maju, mencari celah agar dirinya bisa melihat seseorang yang menjadi pusat perhatian saat itu.
Dan Adilla akhirnya melihatnya, laki-laki dengan paras yang tidak bisa di bilang biasa-biasa aja, apalagi dengan mobil dan pakaian yang fashionable.
Tapi yang jadi perhatian Adilla bukan itu, tapi mata indahnya. Adilla seperti kenal dengan sorot mata indah nan teduh itu tapi dimana?
"Ganteng kan?" Tanya Obi pada Adilla. Namun Adilla justru terlihat tidak mengalihkan pandangannya sama sekali atau hanya sekedar menjawab pertanyaan Obi.
Obi menyenggol lengan Adilla pelan "Heuh tadi aja ngajak pergi, sekarang melongo sampe gak denger apapun," ujar Obi.
"Hah?" Adilla melirik ke arah Obi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Indah dari-Mu (Proses Revisi)
SpiritualKita tak pernah tau siapa sesungguhnya si fulan yang Allah janjikan itu. Maka, pandai-pandailah menyimpan rasa, maka semesta akan menjagamu. Tak pernah ada yang salah dalam rasa, jika pun itu tak sesuai rencana, yakinlah di depan sana ada hal yang i...