TWENTY TWO : ABOUT HEART

108 5 0
                                    

About Heart

Bukan hati namanya kalau tidak menyimpan benci, bukan juga kalau tidak menyimpan cinta, namun antara cinta dan benci, apa yang kurasakan kini? Hanya waktu, waktu yang akan menjelaskannya nanti - Adara✍

❣❣

Author

Dara duduk meringkuk di balkon kamarnya, menikmati angin sepoi-sepoi yang berlalu lalang. Dara terlarut dalam pikirannya. Pikiran yang kacau, khayal yang melayang entah kemana sementara tubuhnya masih disitu-situ saja. Angin malam terasa cukup menusuk, membuatnya sesekali mengusap-usap tangan dan kaki.

Apa mungkin?
Ada apa dengan perasaan ini?
Kenapa aku menjadi bahagia setelah mendengarnya?
Bukankah hatiku membenci perkataan itu?
Tapi kenapa?
Kenapa ujung bibirku selalu ingin tertarik keatas padahal sedikitpun aku tak memintanya.
Semua berubah, berevolusi menjadi aneh. Begitu saja.
Benar kata banyak orang, jangan terlalu membenci. Yang pada akhirnya perasaan itu akan membunuhmu sendiri.
Namun, benarkah sesuatu itu?
Sesuatu yang membuatku selalu ingin menepisnya.

Cinta pertamaku. Aku masih mengingatnya, begitu lekat.
Cinta yang belum pernah terbalas.
Belum. Karena kata 'tidak' adalah pantang. Karena aku masih mengharapkannya. Ya, walau sakit.

Biarkan aku, biarkan aku mengenal perlahan perasaanku sendiri.
Biarkan aku mengerti, apa itu jatuh cinta.
Hingga aku benar-benar yakin, bahwa semua telah mengalami....revolusi nyata....

"Enghh," Dara menegakkan badannya yang sudah terasa pegal lalu merentangkan kedua tangan. Bersamaan dengan itu ponsel Dara berdering sesaat, menandakan pesan masuk.

Dara segera meraih ponsel tersebut dan membuka fitur pesan.

Kak Amy

Ra, tadi gue nge'wa tapi nggak aktif. Besok kita ada rapat program kerja osis, Lo siapin program-program kerja Lo ya biar bisa dipresentasiin, Ok?

Dara tersenyum kecil lalu mulai mengetikkan balasan.

Sipp.. tq ya

Send.

Dara men-lock ponselnya, lalu segera masuk ke dalam kamar. Dara mencari-cari beberapa buku yang bisa diambil beberapa program kerja yang menarik. Kemudian ia mencari secarik kertas dan mulai menuliskannya disana. Dara mencoba mencari ide lain, beberapa dari pikirannya dan beberapa dicari dari internet.

***

Suara lonceng berdentang nyaring diseantero sekolah karena listrik padam. Jadilah beberapa siswa yang berada dekat di wilayah lonceng tersebut harus menutup telinganya serapat mungkin.

Amy sudah duduk menunggu Dara di depan kelas. Tak berapa lama, tampak Dara dan Farin berjalan bersamaan keluar kelas lalu menghampiri Amy.

"Udah lama, kak?" Tanya Dara.

Amy bangkit dari duduknya. "Belom. Yaudah yuk buruan ntar ngga dapat bangku lagi." Ucap Amy dengan mata yang menelusuri arah aula.

"Yaudah kalo gitu gue duluan ya." Ucap Farin pada mereka.

"Sip!" Dara mengacungkan jempolnya. "hati-hati Lo." Lanjutnya.

"Titi DJ, Rin."

"Yops!"

Farin kemudian berlalu dihadapan kedua insan itu. Setelah memastikan Farin benar-benar sudah pergi, Dara dan Amy memutuskan untuk bergegas menuju aula.

Mendung Jangan Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang