EIGHT : RAIN

119 13 0
                                    

Rain

Kali pertama dari sekian tahun lamanya aku merasakan itu lagi. Merasakan objek bersama subjek yang sama-sama tak kusukai - Adara

❣❣

Author

Dara telah memantapkan dirinya atas dasar suara hati. Dara memutuskan untuk benar-benar mengembalikan topi itu langsung kepada si pemilik. Sepulang sekolah, Dara langsung bergegas menuju kelas Alfa namun baru setengah jalan ia bertemu dengan Alvin.

"Hei, Vin." Sapa Dara.

"Eh, hai, Ra. Eh, Ra, Lo ngga jadi balikin topinya si Alfa semalam?" Tanya Alvin.

"Emm, iya nih." Dara menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Tapi sekarang gue mau balikin kok. Btw Alfa nya dimana ya?" Tanya Dara.

"Oh bagus deh. Dia di UKS, Ra, Lo kesana aja."

Dara mengernyitkan dahinya. "UKS? Dia masih sakit?"

"Waah kalo soal itu sih Lo tanya aja langsung sama orangnya."

"Yaudah kalo gitu gue pergi dulu ya." Ucap Alvin kemudian dibalas anggukan oleh Dara.

Seturut dengan pernyataan Alvin bahwa Alfa sedang berada diruang UKS, Dara pun berjalan dengan langkah ragu menuju ruangan yang hampir keseluruhannya diisi oleh benda-benda berwarna putih itu.

Biasanya jika sedang ada kegiatan ekskul, UKS masih akan terus dibuka. Namun hari ini tidak ada kegiatan ekskul sama sekali dan pintu UKS masih terbuka, itu berarti masih ada orang disana. Dara menggerakkan tangannya ke arah pegangan pintu dengan gemetar.

Perlahan pintu itu mulai bergerak ke arah dalam, semakin memperlihatkan keadaan didalam ruangan.

Jantung Dara kian berdebar dua kali lipat ketika matanya bertemu dengan dua bola mata Alfa. Benar saja, laki-laki itu masih ada disana. Sebisa mungkin Dara menstabilkan dirinya.

"Dara?" Suara milik Bu Cici-ketua UKS membuat gadis itu sontak menoleh. "Kamu ngapain disini?"

"Oh-eeh-ini Bu mau balikin topinya Alfa," Ucap Dara sedikit nyengir.

"Oh gitu, yaudah ayo masuk," Ucap Bu Dara tersenyum.

Wajah cantik Bu Cici kala menghadapi Dara berubah sangar saat dihadapkan dengan Alfa. "Kamu ini! Disuruh makan obat aja susah! Apa jangan-jangan emang males belajar kamu ya?! Kamu ngibulin saya? Iya?!!" Bu Cici berkacak pinggang melototi Alfa.

Alfa menatap Bu Cici ngeri. "Eng--ga ko' Buk, saya beneran sakit. Suer dah!" Alfa membentuk huruf V dengan jarinya.

Bu Cici melengos sambil geleng-geleng kepala kemudian menatap Dara. "Kebetulan kamu disini, saya minta tolong sama kamu buat jagain anak ini, bujuk dia supaya minum obat. Saya lagi sibuk mengurus obat-obatan yang baru datang, bisa Dara?"

Dara tertegun.

Apa jadinya gue berdua disini sama nih orang? Malah sekolah udah sepi lagi, oh God!!-batinnya.

Dara dirundung bimbang dan takut. Bagaimana mungkin Dara menolak permintaan Bu Cici? Bisa-bisa Dara langsung dicap murid yang tidak sopan. Namun, bagaimana juga Dara bisa begitu saja menerima permintaan Bu Cici? Sama saja ia menjebloskan dirinya sendiri ke goa singa.

Suara dering ponsel Bu Cici yang tidak di silent membuyarkan lamunan Dara.

"Halo?"

"Oh iya-iya, Bu. Iya saya kesana sekarang." Bu Cici segera menekan tombol lock dan bergegas pergi keluar.

Mendung Jangan Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang