Chapter 1

488 48 26
                                        

"Matamu indah sekali."ucap jimin dengan matanya terbuka lebar karena kagumnya.

"Permisi apa?"tanya wanita tersebut dengan terkejut. Pipinya mulai memerah dan ia terlihat gugup sekali.

Beruntung sekali masih ada tempat untuknya di bangku tersebut, Jimin segera duduk di sebelah wanita itu. "Ah..aku duduk disini ya?"

Tidak ada respon.Wanita tersebut bahkan tak mau menoleh kearah Jimin. "Terlihat dari samping saja wanita ini sudah sangat indah, apalagi kalau seperti tadi..tatapan langsung"batin Jimin.

"Siapa namamu?"tanya Jimin.

Tak ada jawaban. Ia hanya menundukan kepalanya sambil meraba-raba kuasnya."apakah dia tuli juga?"tanya Jimin dalam hati.

"Aku tidak tuli..namaku (Y/N)"jawab wanita tersebut sambil memainkan kuasnya."Siapa namamu?" Tanya nya kembali.

"Eoh?! Ah..aku Park Jimin..panggil saja Jimin." Jawab Jimin sambil terkejut. Apakah ia baru sadar membaca pikirannya?

"Park Jimin.."gumam (Y/N).

"Ya?"jawab Jimin dengan lembut. Namun ia hanya menjawab dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

(Y/N) menggesekan kuasnya ke dalam palet cat air lalu membuat sebuah garis halus pada kanvasnya. Ia mengambil warna biru langit lalu mewarnai latar canvas tersebut. Pada canvas tersebut terdapat gambar bunga. Bewarna putih dan indah sekali, seperti matanya.

"Bunga apa itu?"tanya Jimin sambil menunjuk gambar yang sedang dikerjakan oleh (Y/N).

"Dandelion..apakah kau pernah melihatnya Jimin?

"Ya sering sekali"jawabnya sambil menyeringai. "Aku sering melihatnya di halaman rumahku..mungkin disini juga ada!"

"Orang bilang bunga itu adalah bunga pengabul harapan, apa itu benar?"tanya (Y/N) lagi sambil mewarnai kanvasnya.

"Ya."ucap Jimin singkat.

Tiba-tiba Jimin beranjak dari bangku dan pergi meninggalkan (Y/N). (Y/N) dapat merasakannya, aroma Jimin mulai pudar dari sekitarnya. Kini ia duduk sendiri lagi sambil melukis.

"Dia pergi.."








*10 menit kemudian*

"YAH (Y/N) !!!!" Teriak suara pria dari kejauhan.

(Y/N) terkejut lalu menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari asal suara. Ia menajamkan indra penciumannya , menghirup aroma yang ia kenal. "Jimin?"

Aroma Jimin semakin dekat dengannya hingga akhirnya mereka  duduk berdua kembali di bangku itu. (Y/N) dapat mendengar nafas berat Jimin yang sangat kelelahan. "Jimin, apakah kau tadi berlari?" Tanya (Y/N) yang penasaran.

Jimin terkekeh sedikit lalu menjawab "Iya, tadi aku pergi sebentar meninggalkan mu untuk mencari bunga ini." Jimin membuka kepalan tangannya, terdapat satu tangkai bunga Dandelion. "Aku mencarinya diantara rumput-rumput liar di taman, lalu aku segera memberikannya padamu.."

Jimin menggengam salah satu tanganmu lalu menyelipkan bunga itu di jari (Y/N). "Minta permohonan lalu tiup"pinta Jimin.

(Y/N) segera melaksanakan apa yang dikatakan oleh Jimin. Ia menutup matanya lalu minta permohonan..

"Ya Tuhan, Jika nanti waktunya kami untuk berpisah..pertemukan aku kembali dengan pria ini suatu hari nanti.."

(Y/N) membuka matanya lalu meniup bunga itu dengan lembut. Serpihan bunga-bunga kecil yang ringan terbawa angin dan menyebar.Bunga dandelion, terlihat sangat rapuh, namun sangat kuat, sangat indah, dan memiliki arti yang dalam. Kuat menentang angin, terbang tinggi dan menjelajah angkasa, dan akhirnya hingga di suatu tempat untuk tumbuh menjadi kehidupan baru.

"Habis.." gumam (Y/N) pelan, ia dapat merasakan bunga-bunga kecil tersebut terbang ke alam yang luas. (Y/N) meraba-raba bunga tersebut. "Tidak ada kelopak,batangnya lunak.."

"Jimin.."bisik (Y/N) namun tetap tidak menoleh kearah Jimin.

"Ya?"

"Aku ingin menjadi bunga ini.."

"Eoh?"

"Jimin..jika kau memiliki sebuah ladang yang tidak terurus dan banyak sekali tanaman liar, apa yang akan kau lakukan?" Jimin mengerutkan kening nya lalu meletakan jarinya di dagunya. "Akan ku bersihkan ladang itu."

"Kalau begitu,bukankah kau menemukan bunga ini di antara rumput-rumput liar itu?"

"Y-ya.."ucap Jimin sambil menaikan salah satu alisnya."apa yang ia pikirkan?"



"Dandelion
Jika kau melihat ladang penuh Dandelion
Kau bisa melihat itu sebagai ladang penuh dengan rumput liar ..
Atau kau dapat melihatnya sebagai ladang penuh harapan"

Mulut Jimin menganga mendengar perkataan tersebut walaupun sebenarnya ia tak mengerti apa yang (Y/N) maksud, matanya terbuka lebar seperti ia baru saja melihat sebuah pertunjukan istimewa. (Y/N) ternyata pintar sekali dalam merangkai kata.

"Jimin, aku ingin menjadi harapan banyak orang..namun sayang sekali, aku ini berbeda.." (Y/N) mengangkat kepalanya keatas menghadap ke langit yang biru, menatap angkasa yang tinggi nan luas walaupun tetap saja ia tak dapat melihat apa-apa. Irisnya yang silver, bulu matanya yang lentik memancarkan keindahan dibaliknya. "Dia memang berbeda"

"(Y/N) kau adalah harapanku.."ucap Jimin sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

(Y/N) terkejut mendengarnya, ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia akhirnya menoleh kearah Jimin, ia dapat merasakan sebuah perasaan yang penuh keyakinan, perasaan yang penuh dengan mimpi.

Iris mereka saling bertemu,silver dan coklat. Ibarat musim salju bertemu dengan musim gugur, saling berdampingan. "Terima kasih, Jimin" ucapnya pelan dan tersenyum kecil namun belum melepaskan pandangannya dari Jimin ,begitu pula Jimin matanya terkunci dengan (Y/N).
Jimin mengamati mata silver (Y/N) dengan sangat dalam, hingga rasanya ia ingin tenggelam didalamnya.

"Sunyi, tak bernyawa, namun hangat.."

unsee • p.jmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang