Chapter 15

166 13 4
                                        

Bagaikan pasangan romantis yang ada di film-film, Berduaan di dalam mobil, berpegangan tangan sepanjang perjalanan yang dihiasi oleh keindahan langit sore.

Awalnya aku merasa biasa saja, namun lama-lama entah kenapa tetapi aku mulai merasa aneh. Setiap aku melirik ke tangan kiriku, rasanya seperti ada adrenalin di dalam tubuhku.

Kurasa penyebab dari semua ini adalah hormon.  Berarti wajar mungkin, karena hormon pria selalu beranjak di saat yang cukup random.

Sialan sekarang keringatku mengucur di sekitar wajahku dan lenganku mulai berasa dingin. Jika hal ini tidak dihentikan maka (Y/N) akan kembali dengan tebakannya.

"Jungkook?" panggilnya dan kini aku mengumpat dalam batin.

"N-ne? "

"Apa kau sakit?" ia beralih menatapku dengan mata kosongnya.

"Ani"  bagus sekali Jeon Jungkook sekarang kau membuatnya khawatir, pria tangguh macam apa kau?

Dia terdiam lalu menundukkan kepalanya, kurasa dia sudah tidak penasaran lagi. Namun ternyata aksi yang selanjutnya ia lakukan membuatku terkejut.

"Apa kau tidak merasa nyaman denganku?" pelan-pelan ia lepas genggamannya dariku lalu menempatkannya dekat dengan pahanya seperti tangannya yang satu lagi "mian.."

Hawa dingin yang berasal dari ac mobil mulai menjalar di sekitar telapak kiriku. Gua hangat yang kami ciptakan tadi kini menjadi batuan es yang sangat licin dan dingin.

Hampa rasanya setelah ia melepaskan genggaman erat itu, namun lebih hampa lagi jika melihat mukanya sangat memelas disaat kami ingin bersenang-senang. Ia terus menggigit bibir bagian bawahnya jika ku perhatikan terus, aku semakin cemas.

EOTTOKKAE??? YAK PABOOOOO YAAAAAAAAAA??!!! AYAH DAN IBUMU PASTI AKAN MALU DENGAN PERBUATANMU JEON JUNGKOOK!

Kira-kira begitulah kalimat yang memutar-mutar di dalam kepalaku. Bagi seseorang yang dikenal cukup cuek dengan sekitar, baru ini aku merasa sangat khawatir akan suatu hal atau lebih detailnya lagi, perasaan.

"(Y/N)" kali ini giliranku yang memanggilnya.

Ia menoleh kearahku dengan wajah yang masih memelas "N--???!"

Baru saja ia ingin menjawab panggilanku namun sayang sekali aksi ku jauh lebih cepat daripada gerakan bibirnya. Aku mengangkat sedikit pedal gas agar mobil berjalan agak lambat lalu membungkukkan badanku kearahnya dan menangkap tangan itu kembali dengan tangan kiriku.

Ia terkejut ketika tanganku tiba memeluk ibu jarinya. Ujung jarinya seperti bimbang untuk harus melakukan apa selanjutnya.

Aku mendekatkan bibirku ke telinganya sembari melihat ke jalanan sedikit. Agar ia tidak terkejut lagi, aku memberikannya signal kepadanya bahwa kini posisiku sangat dekat dengannya dengan membisikkan namanya.

Ia mengangguk dan hampir saja bibirku terkena pipinya, karena jika hal itu terjadi, tamat sudah riwayat ku.

Jari-jariku memeluk punggung tangannya dengan sangat erat dan bibirku mulai mengucap beberapa kata yang kini membuatnya berguncang hebat.

"Kenapa kau melepaskannya? Apa tadi aku menyuruhmu untuk melepaskannya disaat sudah merasa nyaman?"

Aku menyadari bahwa telinganya mulai memerah. Seperti ada kupu-kupu di perutku, rasanya aku ingin tertawa melihat manisnya gadis ini namun aku berusaha menahannya.

"Jangan lepas, bunny" dengan tiga kata saja dapat membuat seluruh wajah gadis ini berwarna merah-merah samar. Diakhir kata aku hanya bisa menyeringai dengan puas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

unsee • p.jmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang