TWILIGHT : The Legend

642 57 0
                                    

Beberapa hari ini Yoongi agak menjaga jarak dengan Jimin, ia tidak menyapa atau mengobrol saat di kelas Biologi. Dan saat di kantin, ia bahkan melirik sekali saja ke meja keramat Park Bersaudara.

Ia meletakan tas punggungnya di kursi kantin, di mejanya sudah ada Jonghyun, Jisoo dan lainnya. Jonghyun terus-terusan mengajaknya bicara, "La Push sayang, La Push." rapal Jonghyun.

Dahi Yoongi berkerut, "Ada yang bisa beri tau apa itu artinya?"

"Pantai La Push, berada di Quileute River. Sore nanti kita akan ke sana!" jelas Hyora, "Yap. Dan aku akan berselancar seperti di internet." seru Chani.

"Kendengarannya keren!"

"Memang. Sore hari ombak disana sangat besar, kau mau ikut?"

"La Push sayang, La Push!" rapal Jonghyun lagi. Yoongi tertawa kecil, "Aku akan ikut jika kau berhenti mengatakan kalimat itu." Setelah Yoongi berucap, ia lalu mengambil nampannya dan menyusun makan siangnya.

Potongan timun, beberapa lembar selada, brokoli dan sebutir apel merah.

"Seni makanan?" Yoongi menahan napasnya, apel merahnya terjatuh tepat di ujung sepatu mengkilat Jimin, apel itu dengan ajaibnya memantul lagi dan dengan sigap Jimin menangkapnya. "Yoongi?"

Yoongi mengalihkan tatapannya dan berjalan ke meja lain untuk mengambil makan siangnya, ia mendesah, "Kau tau, sikapmu yang berubah-ubah seperti ini rasanya semacam cambukan buatku."

Jimin berdehem, "Maaf. Waktu itu aku sedang bingung dengan perasaanku" Yoongi bergumam, "Jadi apa kita bisa memulainya lagi dari awal?"

"Apa kau menerima resikonya? Aku tidak mau kau tiba-tiba datang dan berkata untuk tidak boleh jadi temanku" sarkas Yoongi. "Aku sudah memikirkannya dengan matang"

"Terserah."

"Tapi bagaimana jika aku adalah tokoh utama karakter jahat dalam film?" Yoongi menyipit, "Kau tidak. Mereka hanyalah topeng"

"Tapi bagaimana jika benar?"

"Kau sama sekali tidak, Park Jimin. Kau bukan penjahat atau sebagainya yang bisa membuat orang lain terluka. Apa kau mengerti?" Yoongi berucap agak keras, Jimin segera terdiam membuat Yoongi menarik napas, "Maaf. Aku tidak bermaksud membentakmu"

Yoongi terdiam sebentar dan menimang-nimang, "Bagaimana kalau kita jalan-jalan?" ia menatap Jimin yang terdiam, "M-maksudku bersenang-senanglah. Semuanya akan pergi ke pantai, ikutlah."

"Pantai mana?"

"La Push." jawab Yoongi cepat, ia menatap Jimin penuh harap. Jimin mendesah pelan, ia memalingkan wajahnya ke belakang dimana Jonghyun dan lainnya menatap interaksinya dengan Yoongi. "Aku tidak tau dimana itu"

Yoongi agak kecewa, "Mm, aku hanya ingin mengajakmu. Memangnya ada yang salah dengan pantai itu?" Jimin menggeleng, "Tidak. Hanya saja pantai itu terlalu ramai!"

Debur ombak pantai La Push terdengar jernih, pantai disini sungguh berbeda dengan pantai di Phoenix, disana matahari sangat menyengat kulitnya. Sangat berbeda.

Jika disana ia hanya memakai kaos tipis, celana pendek, kacamata hitam dan sepasang sandal, sekarang ia harus memakai jeans tebal, jaket parka dan bootsnya.

Sinar matahari tertupi oleh awan gelap diatas, bukan karena cuaca buruk, tapi memang sudah melekat dialam sini. "Belum lama lagi sekolah mengadakan prom, tapi aku belum dapat pasangan." Jisoo berucap kecil, terdengar jika moodnya sangat tidak baik.

Ia dan Jisoo duduk di van Mark dengan pintu terbuka, mereka tidak ikut berselancar seperti Chani dan lainnya, Yoongi menggigit permen jahenya, "Sebenarnya aku ingin Jonghyun menjadi pasanganku, tapi aku terlalu pesimis?" ucap Jisoo ragu.

TWILIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang