TWILIGHT : Este Amor Me Esta Matando

506 40 1
                                    

Kemarin aku resmi keluar dari rumah sakit, senangnya, tapi kakiku masih belum sembuh total, masih harus pakai crutch.

Tidak masalah sih, tapi 'kan malam ini akan ada prom disekolah. Jadi apa aku harus pakai? Memalukan sekali jika aku datang seperti ini, dan lebih memalukan lagi jika semua orang tau aku tidak bisa berdansa. Double memalukan.

"Aish memalukan." aku menggerutu. "Kau cantik, Yoongi!" seru Taeyeon. Ya, gadis itu dikamarku. Lebih tepatnya dia memaksaku didandaninya, dia bilang aku harus cantik diprom. Apa-apaan?

"Kenapa aku harus dirias? Aku laki-laki!" tolakku.

"Tapi kenapa kau cantik? Aku iri." aku mendesah, "Jika bukan Jimin yang bersamaku aku tidak akan menyentuh alat wanita seperti itu." dia terkikik, "Bahkan saat pernikahanmu dengan Jimin?"

Wajahku memerah, "Eh a-apa-apaan?"

"Sudah-sudah. Cepat turun! Jimin menunggumu." usir gadis itu.

Damn it, aku benar-benar malu sekali melihat penampilanku dicermin, kebetulan aku dipinjami jas Baekhyun, warna hitam dicampur riasan memalukan diwajahku. Memang, Taeyeon tidak tebal-tebal meriasku, tapi tetap saja aku itu laki-laki yang anti pada riasan wajah.

Terserahlah jika aku menjadi bahan olokkan disana, aku rela. Anggap saja aku pakai topeng, perlahan aku turun menuruni tangga. Dibawah sana aku melihat Jimin dan Ayahku, ah dia terlihat gagah sekali, aku malu.

Jimin memakai jas hitam klasik yang pas ditubuhnya yang tegap, dengan rambut hitamnya yang disisir kebelakang menampilkan dahi menawannya, ditambah mata tajamnya yang kebetulan sedang berwarna kuning keemasan. Dia tampan, perlahan aku tersenyum melihatnya.

Jimin kemudian bangkit dari duduknya ketika aku sampai pada anak tangga terakhir. "Kau cantik." pujinya yang berhasil membuatku tersipu. Aku menatapnya, "Hm."

Aku berjalan dan meraih tangannya, "Aku akan menjaganya, Tuan Min." aku menatap Ayahku meminta izin, dia masih memakai seragam polisinya, mungkin akan berpatroli nanti malam.

"Ya aku pernah mendengar kalimat itu sebelumnya." aku menyikutnya, "Ayah!" dia mengangkat tangan seolah menyerah dan tidak rela aku pergi dengan Jimin. "Baiklah semoga pesta kalian menyenangkan." ucapnya.

Aku tersenyum dan menggandeng Jimin keluar setelah pamit. Dimobilnya kami tidak banyak cakap, diam dan diam. Sejujurnya aku sedang gugup sekarang ini, dia sangat sangat sangat tampan, sungguh. "Ada apa?" tanyanya.

"Tidak ada."

"Oh." 'kan tidak ada yang menarik. Tidak lama, kami sampai disekolah yang sudah disulap sedemikian rupa seperti kastil-kastil tempat tinggal para Puteri difilm fantasi.

"Wah, r-ramai sekali." aku berucap. "Ya, satu sekolahan datang." aku berdegup dan menggigit bibirku sendiri. "Kau bisa turun?" aku mendesis, "Sepertinya butuh bantuan sedikit." dengan sigap Jimin turun dari mobil dan membukakan pintu untuk membantuku turun dari mobil.

"Tunggulah disini, aku akan memarkirkan mobil." aku duduk dibangku taman, seorang diri. Sekolah ramai sekali, aku pasti akan canggung. "Yoongi?" aku menoleh dan dahiku berkerut, "Taehyung?"

"Sedang apa kau disini?" tanyaku tak percaya, dia menghampiriku dan memelukku erat, rasanya sudah cukup lama aku tidak bertemu denganya. "Apa kau juga diundang?" dia menggeleng.

"Lalu?"

"Aku kemari untuk mengawasimu tau." dia tertawa dan aku memukul bahunya, "Sialan kau." dia berhenti tertawa dan memandangku dari atas kebawah, "Oh malangnya kakimu."

"Ah ini, sudah tidak apa-apa." dia mengangguk, "Jika terjadi apa-apa hubungi saja aku." aku tertawa kecil, "Baiklah, Tuan Jagoan."

"Aku serius." dia berucap begitu dengan sorot mata yang jenaka, Taehyung memang beda. "Damn Yoongi, kau indah sekali malam ini."

TWILIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang