TWILIGHT : Meet With His Family!

513 52 4
                                    

Aku sedang mencuci truk kesayanganku, sesekali bergumam dan terkekeh. Terkekeh dan mengingat bagaimana ekspresi murid-murid disekolah ketika mengetahui jika aku dan Jimin berpacaran.

Aku masih bisa mengingat dengan jelas wajah Mark dan Jonghyun saat itu, dan juga wajah murka Chani.

Cowok itu. Bukankah ia sadar jika Hyora jelas-jelas menyukainya, oke, mulutku ini perlu diberi selotip.

Dari kejauhan aku mendengar deru mesin mobil Woobin, dan benar, derunya melemah ketika sudah di pekarangan rumah. "Dad?" Woobin keluar dan menunjukkan wajah letihnya.

Oh, aku benci wajah itu. Ku dekati dia dan memberinya pelukan semangat, tentu ia frustasi karena binatang yang membunuh Wayne belum tertangkap. "Kau oke?" dia menghela napas, kantung matanya bertambah hitam, great.

"Ya, kurasa. Masuklah ini sudah petang, aku takut binatang itu berkeliaran juga saat malam." aku tersenyum, "Oke."

Woobin masuk ke dalam rumah, dan aku kembali melanjutkan mencuci truk tuaku.

Brugh!

"Damn." aku mengumpat, ku tatap tajam Jimin yang berdiri diatas kap trukku, dia hanya cengengesan. Jangan lupakan Jimin yang hobi bergelantungan diatas pohon seperti monyet.

"Bisakkah kau bersikap lebih manusiawi? Aku punya tetangga!" dia malah tertawa lalu turun, ku remat kain lap mobil dengan gemas ketika melihat mobilnya yang terparkir dipekarangan samping rumah. Sejak kapan sebenarnya dia datang?

Ia lalu beralih pada penyok di bodi truk karena kecelakaan tempo hari dan membetulkannya dengan tekanan kekuatan dari tangannya, ya, dia kuat membalikan plat baja itu menjadi rata. "Terimakasih."

"Sama-sama." dia bersender, "Ada apa kau kemari? Tidak penting, lebih baik pergi sana."

"Aku hanya rindu." dia berucap begitu dengan santainya. "Mati saja sana."

"Kenapa kau galak?" aku mengabaikannya, dia vampire, tapi malah aku lebih penuntut dan suka marah-marah. Oh. "Kau menyakiti hatiku tau." aku memutar mataku, "Apa benar kau punya hati?"

Dia tertawa kecil membuatku tertawa, aku masih tidak percaya jika dia termasuk kategori makhluk astral. Dia terlalu sempurna, menurutku.

"Lupakan. Aku ingin mengatakan jika beberapa orang ingin bertemu denganmu," alisku menaik, "Siapa?"

"Keluargaku." aku terkejut, "K-kau serius?" dia tersenyum menyebalkan, "Ya. Apa pacar galakku ini takut?" aku menggelengkan kepala, "B-bagaimana jika mereka tidak menyukaiku? Bagaimana jika—"

"Ssh, mereka akan suka padamu." dia berucap yakin dan aku tersipu mendengarnya.

"Apa yang kau jaminkan?" dia berpikir sejenak, "Hm, diriku?"

Aku mendengus, "Konyol. Kapan aku bisa bertemu keluargamu?"

"Minggu ini. Aku akan menjemputmu! Peringatan, jangan pakai parfum secara berlebihan." dia mengecup dahiku, hanya kecupan, ia merambat hampir ke labiumku, jika saja ia tidak menghentikan gerakannya.

"Ada apa?" dia menggeleng, rautnya berubah jadi dingin dan tak berekspresi, "Tidak ada. Hanya ingin menghindari permusuhan, sampai jumpa hari minggu." dia lalu beralih ke mobilnya dan pergi.

Aku memandangnya seraya melambaikan tangan, ku dengar deru mesin yang lain. Oh, itu mobil pick up Kim Namgil. Apa yang dia lakukan? Apa dia merindukan truknya?

"Halo Yoongi, menikmati harimu, huh?" dia berucap riang, disana aku melihat Taehyung menyiapkan kursi roda pria tua itu. "Aku bawa ikan goreng, apa Ayahmu ada?"

TWILIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang