Waktu Terasa Berjalan Mundur

1.3K 20 8
                                    

Mentari bersinar begitu bahagia, berbeda denganku yang masih sibuk berkutat dengan ransel dan beberapa map dalam genggamanku. Sambil meneguk segelas coklat panas, aku mulai menyempatkan diri untuk melihat jam pada layar telepon genggamku.

Aku bergegas memberhentikan taxi yang melintas di depan tempat tinggalku, masih sibuk dengan beberapa berkas, aku mencoba memastikan agar tak ada yang tertinggal satu pun untuk kubawa pada meeting penting hari ini.

Aku bekerja di sebuah majalah fashion besar di Indonesia, pagi ini aku harus bergegas ke bandara untuk ikut penerbangan menuju Kuala Lumpur, Malaysia. Disana aku dan beberapa perwakilan dari tempatku bekerja akan mempersentasikan tentang majalah kami untuk bisa bekerja sama dengan salah satu perusahaan di negeri tetangga tersebut.

Selama perjalanan aku hanya asik mempersiapkan diri untuk tampil sempurna saat persentasi nanti. Tak ada hal lain yang aku harapkan selain persentasi berjalan lancar dan mampu menarik perhatian pemilik perusahaan besar disana.

Hari itu pun tiba, aku sudah sangat siap dengan long dress berwarna moka, berbahan satin yang tetap memberikan kesan resmi namun santai untuk momen persentasi nanti.

Dengan penuh keyakinan aku berdiri dan mulai berbicara tentang banyak hal, tak lupa dengan senyum dan memandang setiap pasang mata yang hadir disana. Gugup hal yang sangat wajar, namun untuk melawan rasa gugup itu, aku hanya harus segera menyelesaikan tugasku.

Seorang lelaki dengan kulit hitam manisnya kemudian berdiri, sambil memperbaiki letak kaca matanya, ia memulai pertanyaannya dengan sedikit tersenyum ke arahku, dan kemudian mulai memberiku pertanyaan atas apa yang baru saja kusampaikan.

"Bagaimana perbandingan hasil yang dicapai oleh metode anda dengan metode yg dibangun peneliti lain? Apakah ada peningkatan performa?"

Aku terdiam, lelaki itu bukanlah lelaki yang baru saja kulihat hari ini. Lelaki itu adalah, lelaki yang sudah kulihat sejak 10 tahun yang lalu, saat dimana aku dan dia masih menggunakan seragam dengan dasi merah yang melingkar di leher kami.

Jangan buat aku jatuh hati lagi...

Rasa gugupku akhirnya terobati, aku masih asyik merapikan berkas dan notebook ku yang sudah dalam keadaan mati. Suara langkah mendekat ke arahku, nafasku seakan bergerak 2 kali lebih cepat dari biasanya, jantungku serasa berlari tanpa arah. Aku, gugup lagi.

"Hai Ra?"

Aku membuang nafasku panjang, mencoba mengumpulkan keberanian untuk bisa membalas tatapan dan sapaannya. Dan aku berharap, hanya hari ini kita bertemu, tidak untuk di lain hari.

Ia tersenyum, senyumnya masih sama seperti dia di masa itu. Seperti sosoknya yang masih kecil, dan hanya tau bagaimana membuatku merasa geram akan semua tingkah lakunya. Sosok seorang anak laki-laki kurus, tinggi, berkulit coklat dengan lesung pipinya yang tak berubah.

"Hallo Nan!"

Jadi, Inikah Kita Yang Sekarang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang