Author's note:
Akhirnya setelah lama mengangkrak tak berdaya, dilanjutkanlah cerita ini. Sudah lumayan banyak deskripsinya daripada "My Name is Fellisia". Ide cerita ini juga nggak jauh-jauh dari Jepang tapi di sini sedikit mengangkat tema pembully-an karena perbedaan agama atau tata busana.Semoga cerita ini bisa menghibur dan mendapat apresiasi dari kalian.
Terimakasih dan selamat membaca 😘😘😘
***
Kantin selalu ramai saat jam istirahat. Ada yang sekedar makan. Ada yang makan sambil berbincang dengan temannya. Ada yang makan sambil membaca buku. Bahkan ada pula yang tidak makan dan hanya nongkrong di kantin. semuanya duduk bersama sambil berbagi cerita.
Kepadatan di kantin ternyata membuat Siska kecewa. Ia ingin merasakan makan siang di kantin sekolah barunya tapi semua tempat duduk sudah penuh. Ketika hampir putus ada, Siska menemukan satu tempat duduk kosong di tengah kantin. ada lima gadis yang mengelilingi meja itu. Siska tersenyum tipis begitu menyadari kelima gadis itu adalah teman sekelasnya.
‘Mungkin aku bisa meminta izin mereka untuk bergabung.’
Sambil mengumpulkan keyakinan, Siska mendekati meja kelima teman sekelasnya lengkap dengan sebuah nampan makanan di tangannya. Dengan kikuk, Siska membuka suara, “Sumimasen.”
Kelima gadis yang sedang dalam pembicaraan seru itu menghentikan obrolan mereka. Kelima gadis itu menatap Siska bersamaan. Selama beberapa detik ekspresi kelima gadis itu bingung dan heran dengan kedatangan Siska. Kemudian salah satu dari mereka tersenyum lalu menyapa Siska.
“Siska-chan!”“Sumimasen, Harumi-chan,” Siska mengedarkan pandangannya untuk menghilangkan rasa gugup.
“Ada apa? Katakan saja,” gadis dengan jepit rambut kupu-kupu ungu itu tersenyum lebih ramah, mengabaikan keempat temannya yang memilih untuk mengalihkan pandangannya dari Siska.
“Apakah…aku boleh bergabung…makan di sini?” tanya Siska pada akhirnya.
“Tentu saja!”
“Harumi!” keempat teman Harumi memekik tidak setuju.
Tanpa mempedulikan ekspresi teman-temannya, Harumi menggeser tempat duduknya, memberi tempat untuk Siska, “Duduklah!”Saking senangnya, Siska membungkuk singkat untuk berterima kasih lalu segera duduk di sebelah Harumi.
Tetapi belum sampai lima detik Siska duduk, kini giliran Harumi yang berdiri. Menimbulkan tanda tanya besar di kening Siska. Menjawab keheranan Siska, Harumi berkata dengan suara keras, “Ayo, pergi teman-teman!”“Huh?”
Bias keheranan semakin jelas terlihat di wajah Siska. Gadis berhijab itu semakin panik ketika teman-teman Harumi satu per satu beranjak dari tempat duduknya sambil merapikan bekal mereka.
“Tunggu! Kenapa kalian pergi?” tanya Siska pada akhirnya karena tak kuasa menahan heran.
Harumi dan teman-temannya menghentikan langkah mereka tak jauh dari meja Siska. Harumi sedikit menoleh pada siswa baru itu sambil berkata dengan sinis, “Kamu pikir kami bersedia makan satu meja denganmu? Hanya dalam mimpimu!”
Setelah mengucapkan itu, Harumi dan kawan-kawan benar-benar pergi dari kantin. Keheningan tiba-tiba membuat Siska menyadari bahwa ia menjadi pusat perhatian sejak tadi. Ia bisa melihat wajah-wajah yang tersenyum meremehkannya. Menyadari hal itu, Siska menunduk melihat makan siangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ai no Haru
General Fiction[HIGHEST RANKING] #2 kategori Japan (lupa tanggalnya) #87 kategori Jepang (22 Agustus 2018) #273 kategori 17 (11 September 2018) Pernah mendengar yang namanya GEGAR BUDAYA? GEGAR BUDAYA adalah kondisi di mana seseorang dari suatu negara tinggal di n...