Bab 12

57 8 0
                                    

Adakah yang merindukanku?

(Readers: tidaaaakkk!!!)

Baiklah. Aku yang merindukan kalian (kecup satu-satu).

Lama banget nggak mengunjungi lapak wattpad ya saya? wkwkwk.... Maklum, sedang dilanda scriptsweet (alias skripsi) dan alhamdulillah sudah kelar.

Masih sibuk ngurus yudisium dkk sih, tapi nggak papalah kalau melepas rindu di sini.

Oh, iya. Akhirnya aku melanjutkan cerita ini karena pertanyaan temanku, "Kak, Ai no Haru-mu belum kamu lanjutkan, ta?"

Dan di situ saya merasa, "Oh, iya. Saya masih punya hutang."

Yaa, mohon dimaklumi ya. Saya terlalu fokus sama skripsi sampai lapak sendiri nggak diurus. Dan semoga saja yang meminta cerita ini dilanjut bisa membaca catatan saya. MUuaaaccchhhh....

Ok. Last word, happy reading all :-*

***

"Aoyama-kun."

Setelah suara lemah Siska, Aoyama mendengar suara bedebam dari pintu depan. Serta teriakan beberapa gadis yang memanggil namanya. Butuh setengah menit bagi Aoyama untuk mengetahui suara gadis-gadis itu. Keempat gadis itu akhirnya sampai di ambang pintu kamar Hikaru. Hanna dan ketiga teman sekelas Siska tiba dengan wajah terkejut. Entah terkejut karena melihat keadaan Siska atau karena melihat Aoyama yang hendak melayangkan pukulan pada laki-laki di depannya.

"Siska!" ketiga gadis teman sekelas Siska segera berhambur masuk, menghampiri Siska yang masih berada di atas tempat tidur. Lain halnya dengan Hanna yang justru mendekati kedua laki-laki yang masih diam di posisi masing-masing. Dari sorot matanya, ketara sekali kalau Hanna sedang marah. Gadis itu siap untuk memuntahkan emosinya.

"Apa yang kamu lakukan pada Siska?" tanya Hanna menatap nyalang pada Hikaru.

Aoyama segera menurunkan tangannya. Membiarkan Hanna membakar laki-laki di depannya dengan ucapan dan tatapan berbahaya.

Tetapi bukannya takut, Hikaru justru membuang muka sambil berdecih sombong. "Memangnya apa urusanmu? Toh, kalian tidak peduli dengan Siska, bukan?" Laki-laki itu bahkan tidak gentar mendapat tatapan berbahaya Hanna. "Aku hanya sedang mengobati rasa kesepian Hanna. Apakah aku salah?"

Hanna mengangkat salah satu sudut bibirnya, meremehkan. "Mengobati rasa kesepian?" Tanpa diduga, Hanna menendang bagian vital laki-laki itu hingga Hikaru terduduk kesakitan. "Kau yang kesepian. Maka nikmatilah kesepianmu."

Hanna menoleh ke arah tempat tidur, di mana ketiga gadis telah berhasil melepaskan Siska dari tali-tali yang mengikatnya. Sementara itu, Aoyama hanya melongo di tempat. Sang ketua OSIS yang tampan sedang dalam mode terkejut karena keberanian Hanna.

"Aoyama! Apakah kamu hanya akan berdiri di situ dan tidak akan membantu?" tegur Hanna menyadarkan keterkejutan Aoyama.

Aoyama menoleh ragu dan mendapati Hanna sedang menatapnya sengit. 'Ini berbahaya' dan mungkin akan lebih baik jika sang ketua OSIS segera membantu para gadis.

Aoyama mendekat dan mencoba membantu. Menyadari bahwa keempat gadis tak akan sanggup membopong Siska, Aoyama akhirnya turun tangan.

"Apakah kamu bisa berjalan?" tanya Aoyama pada Siska.

Gadis itu menggeleng lemah.

Belum sempat Aoyama mengutarakan maksudnya, laki-laki itu kembali dikejutkan dengan sikap ceplas-ceplos Hanna. "Gendong saja!" dengan entengnya, sahabat Siska itu berkata.

Ai no HaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang