Bab 11

54 11 0
                                    

Author's note:

Maaf, tidak sempat mengedit.

Maaf, kalau bahasanya kacau balau.

Happy reading!

***

Keesokan harinya.

Suasana di kelas Siska tetap sama seperti biasanya. Keriuhan di pagi hari dan suasana seru setiap saat. Namun mereka menyadari satu hal yang kurang. Bangku paling belakang di deretan tengah hari ini kosong. Meskipun mereka baru menerima keadaan pemilik bangku itu beberapa hari yang lalu, mereka tidak bisa menampik jika mereka merasa kehilangan juga. Yang membuat siswa di kelas itu resah adalah gadis yang biasanya duduk di bangku itu tidak meninggalkan keterangan apapun. Padahal sehari sebelumnya mereka masih melihat Siska.

***

Esok harinya lagi.

Siska kembali tidak hadir. Ketidakhadirannya kali ini cukup meresahkan teman sekelasnya karena tidak mungkin Siska meninggalkan kelas dua hari tanpa keterangan. Saat jam istirahat tiba, seorang gadis manis yang biasa bersama Siska datang ke kelas.

"Apakah Siska ada di sini?" tanya Hanna di ambang pintu. Gadis itu terlihat ngos-ngosan seperti baru saja berlari.

Seluruh siswa di kelas Siska saling pandang dan menggeleng bergantian.

"Kami tidak tahu. Sudah dua hari ini Siska masuk tanpa keterangan."

"Kami mulai mengkhawatirkannya."

Hanna menepuk keningnya, "Oh, tidak. Ini buruk. Kalian sudah melapor pada guru piket?"

Lagi-lagi jawaban gelengan di terima Hanna.

"Baiklah. Jangan beritahu guru satu pun terlebih dahulu. Aku akan bertanya lebih dulu pada Aoyama."

"Aku ikut!" tiga siswa perempuan yang pernah memberikan undangan ulang tahun pada Siska berseru. Ketiganya menghampiri Hanna.

Hanna merasa sepertinya ia juga membutuhkan tenaga lain mengiyakan keinginan ketiga gadis itu. Setelah ketiganya sepakat, mereka beranjak dari kelas Siska menuju ruang OSIS.

Ketika sampai di ruang OSIS, keempat gadis itu hanya menemukan Aoyama yang sedang duduk di kursi kerjanya. Beruntung sekali. Itu artinya pembicaraan mereka tidak akan diketahui banyak orang.

"Aoyama-kun, kamu sudah bertemu Siska dua hari ini?" Hanna langsung menyerobot ketua OSIS-nya dengan pertanyaan begitu ia sampai di depan meja kerja Aoyama.

Laki-laki itu menggeleng, "Sepertinya belum. Ada apa?"

Salah satu dari tiga gadis yang sekelas dengan Siska menyahut, "Sudah dua hari ini Siska tidak masuk."

"Kami mengkhawatirkannya," gadis lain yang berada di tengah menambahkan.

"Apakah Aoyama tahu di mana Siska?" tanya gadis berkacamata yang selalu berkata terakhir.

Aoyama terlihat berpikir. Memorinya kembali pada kejadian dua hari yang lalu. Ingatan menyakitkan menyerbu hatinya dan ia mengelak untuk mengingatnya.

"Apakah kalian sudah mengecek di rumahnya?" tanya Aoyama.

Keempat gadis itu menggeleng. Kemudian Hanna menambahkan, "Kami tidak tahu di mana rumah Siska."

Aoyama berdiri dari kursinya lalu berjalan menuju pintu, "Ayo, kita cek ke rumah Siska terlebih dahulu."

***

Keriuhan terjadi ketika Aoyama, Hanna, dan ketiga teman sekelas Siska datang ke rumah Siska. Kelima teman Siska itu disambut dengan tetes air mata dan rengekan Ibu Siska. Melihat reaksi wanita paruh baya itu, Aoyama merasakan firasat buruk.

Ai no HaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang