Chapter 22

5.5K 302 16
                                    

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto.

Pairing : Sasusaku
Warning : Typo(s), OOC, Gaje, dll.
Rated : T+M
Genre : Romance, Friendship, Hurt/comfort.

Happy Reading ...

Sakura menatap sendu layar handphonenya. Jemari tangannya mengepal erat. Sasuke kembali mengabaikannya. Ia berkali-kali menghubungi pria itu. Namun tetap saja, pria itu tak mengangkat teleponnya. Ia menghela, apa sesuatu yang buruk terjadi pada prianya Sehingga Sasuke tak mengangkat sekaligus merespon ratusan chatt yang di kirimnya? beberapa menit lagi ia akan berangkat kembali ke Suna. Dan mungkin tak akan kembali lagi ke Konoha. Ia akan berpisah dengan sesuatu yang ada di Konoha dan Sasuke adalah salah satunya.

Apa pria itu benar-benar mencintainya? Pikiran itu kembali menghantuinya dengan telak. Ia mengalihkan tatapannya pada cincin yang melingkar di jarinya. Sebuah senyum kecut terulas di bibirnya yang sedikit pucat. Apa cincin ini hanya penghias dari cinta palsu Sasuke? Apakah Sasuke kini kembali lagi dengan Hotaru dan melupakannya? Batinnya kini kembali teriris.

"Saki, keluar. Sudah saatnya kita pergi."

Suara berat yang datar di balik pintu kamarnya membuat lamunan wanita beriris emerald itu tersentak. Ia lagi-lagi menghela, ia tatap pantulan wajahnya di cermin yang ada di hadapannya. Lucu, sangat-sangat lucu. Sebuah wajah yang dulu begitu ceria kini tampak suram dengan kedua kantung matanya yang sedikit menghitam. Bibirnya pun terasa kering karena tak di masuki apapun. Wajahnya pun tak lebih mirip seperti orang yang berpenyakit. Ya, ia sakit. Sakit hati lebih tepatnya.

"Jangan menguji kesabaran Touchan Sakura, cepat buka pintu ini atau aku akan mendobraknya!"

Suara dari ayahnya kembali terdengar, setetes air mata kembali keluar dari mata emerald indahnya. Ia sudah menangis seharian kemarin. Namun air mata miliknya seolah tak kunjung ada habisnya. Selalu saja keluar jika ada kesempatan.

Ia memejamkan matanya sejenak,menghalau air matanya yang lain untuk tidak merembes keluar dari pertahananya. Kemudian ia berdiri dan membuka pintu kamarnya. Ia bisa melihat ayahnya yang hendak medobrak pintu, serta ibu dan kakaknya yang menanti dirinya.

"Ku kira kau sudah tergelepar tak bernyawa di pojokan, imouto. Tapi syukurlah, kau masih bernafas." Sasori menghela nafas lega, ketakutan yang sempat menghantuinya tidaklah terjadi.

"Jaga bicaramu Sasori!" Tegur Mebuki.

Sasori hanya menyegir seraya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, pria berwajah imut itu menatap bersalah adiknya yang juga menatapnya, datar.

"Angkat koper Sakura Sasori, kita berangkat sekarang." Perintah Kiashi, ayah dua anak itu berjalan mendahului yang lainnya.

Sasori mengangguk, ia melewati adiknya yang berdiri mematung bagaikan patung, "Bertahanlah sebentar lagi, semua akan baik-baik saja." Ucapnya berbisik saat tepat di samping adiknya.

.
.
.

Sasuke berlari sekuat tenaga. Pria itu mengabaikan orang-orang yang di tabraknya. Sesekali ia menengok kebelakang, melihat sekitar 15 orang bertubuh kekar yang mengejar dirinya.

"Sial!!" Umpatnya geram saat melihat semua orang itu masih mengejar dirinya.

Nafas Sasuke mulai tersengal, namun ia mengabaikannya. Seragam sekolahnya terlihat awut-awutan. Kancing teratas dan keduanya tak terpasang. Dasi seragamnya tampak menggantung asal. Kemejanya pun tak dimasukkan dengan benar. Tapi Sasuke mengabaikannya. Yang di fokuskan saat ini adalah ia bisa terlepas dari para bodigard dan menemui Sakura lalu mencegah wanita musim seminya itu untuk pergi.

The Season 2 {Selesai} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang