ANAK-ANAK SURGA

1.9K 174 5
                                    

BA'DA MAGHRIB. Ini adalah hari pertama Kiya ikut menjadi pembimbing di yayasan milik Boim. Setelah resepsi pernikahan Layla kemarin mereka telah membicarakan perihal ini, Kiya pun setuju. Toh kegiatan tersebut di luar jam kerja Kiya.

Tadi sepulang bekerja Kiya segera mengendarai mobilnya menuju yayasan milik Boim yang tak jauh dari tempat kerjanya. Sesampainya di sana Kiya memilih tinggal di dalam mobil sejenak, ia melihat anak-anak dan para pembimbing sedang makan sore, ia tak ingin menganggu.

"Sebelumnya terimakasih ya," ujar Boim pada Kiya yang berjalan di sampingnya. Mereka baru saja keluar dari mushola hendak ke ruang kelas siswa. Waktu hafalan akan di mulai setiap ba'da maghrib sampai isya', setelah sholat isya' barulah mereka melanjutkan lagi hafalan sampai pukul delapan malam.

Boim tak hanya memfasilitasi tempat belajar untuk anak-anak jalanan itu, ia juga menyediakan tempat tidur untuk mereka. Bahkan Boim melarang mereka untuk kembali ke jalanan untuk mengais rezeki, mereka tak pantas melakukan itu semua, mereka harus belajar demi masadepan yang lebih baik. Dan Boim juga membiayai sekolah mereka.

"Justru aku yang berterimakasih karena sudah diajak berpartisipasi," jawab Kiya.

"Aku senang mendengarnya," komentar Boim.

"Oh iya, bagaimana metode menghafal yang biasa kalian ajarkan? Barangkali berbeda dengan caraku?" tanya Kiya.

"Emmm, kamu pegang siswa yang menghafal juz 30 dulu ya, kebetulan Darma yang memegang kelas itu sekarang sedang melanjutkan kuliah di Australia. Nah, biasanya setiap malam mereka menghafal satu surat, tapi kalau dirasa suratnya panjang bisa dihafal selama dua atau tiga malam. Oh ya, dan jangan lupa, setiap akan mulai hafalan baru kamu review lagi hafalan mereka di hari sebelumnya," jelas Boim.
"Ok," jawab Kiya singkat.

Tak lama kemudian sampailah mereka berdua di depan sebuah pintu bercat cokelat yang salah satu sisinya terbuka. Boim membuka sisi yang lain hingga pintu terbuka lebar, di dalam tampak anak-anak sedang memegang juzama sembari menggumamkan sesuatu, ada yang sembari memejamkan mata, ada pula yang menghitung jari dan ada juga yang sembari mengetuk-ngetuk jari telunjuk di dagunya. Kiya sempat menghitu, ternyata mereka ada sepuluh anak, empat orang anak laki-laki dan enam orang anak perempuan.

"Assalamu'alaykum," salam Boim.

"Wa'alaykumsalam," jawab anak-anak bersamaan, Kiya juga ikut menjawab.

"Adik-adik manis, gimana? Sudah hafal?" tanya Boim ramah.

"Suuuuudaaaaaaa Kaaaak Booooiiiim," jawab mereka kompak.

Kiya tersenyum melihat mereka, anak-anak itu begitu manis dan lucu. Entahlah, Kiya seperti melihat pancaran cahaya dari wajah mereka. Mungkin cahaya dari surga, mereka adalah calon penghuni surga.

"Malam ini kita kedatangan kakak baru karena Kak Darma harus kuliah jauh," ujar Boim. Sontak anak-anak itu mengalihkan pandangan mereka pada Kiya. Kiya melambaikan tangan dan tersenyum, mereka pun ikut tersenyum.

"Namanya Kak Kiya. Kalian malam ini menghafalnya sama Kak Kiya ya. Dan selebihnya nanti kalian kenalan sendiri ya,"

"Okeeee Kaaaak Booooiiiim," sahut mereka bersamaan.

"Ya sudah kakak tinggal ya, Assalamu'alaykum," ujar Boim.

"Wa'alaykumsalam," jawab anak-anak dan Kiya bersamaan.

Setelah itu Boim melangkah pergi, sebelum pergi Boim menatap Kiya sebentar kemudian tersenyum, Kiya pun membalas senyuman itu kemudian tertunduk. Ada hal aneh menelusup ke dalam hati gadis itu tatkala ia melihat senyum Boim. Ia takut kesalahannya di masalalu akan terulang kembali. Kesalahan yang tak pernah ingin ia lakukan kembali, ia tak bisa menjaga hatinya.

Kiya buru-buru menepis hal itu, ia kembali memusatkan konsentrasinya pada anak-anak yang sedang duduk di hadapannya. Kiya mulai memperkenalkan diri, ia juga meminta anak-anak itu memperkenalkan diri mereka masing-masing. Setelah itu barulah Kiya memulai hafalan.

"Adik-adik, kemarin sampai surah apa hafalannya?" tanya Kiya.

"Surah Al-Fil, Kak Kiya," jawab seorang anak bernama Yahya.

"Ok kalau begitu kita baca Surah Al-Fil-nya bersama-sama ya,"

Mereka pun bersamaan melantunkan ayat demi ayat Surah Al-Fil dengan lantang dan sangat lancar. Tiba-tiba, entah mengapa buliran bening mengalir dari kelopak mata Kiya. Kiya tak menyangka, anak-anak sekecil itu bisa selancar itu melafalkan ayat-ayat suci Al Qur'an, hukum tajwidnya pun hampir sempurna meski terkadang panjang-pendek-nya kurang tepat. Bisa diperkirakan usia mereka baru enam dan tujuh tahun.

"Masya Allah kalian pintar sekali, nak," komentar Kiya sembari mengusap air mata dengan punggung tangannya. Kiya merasa malu, dulu saat seusia mereka Kiya bahkan sangat malas jika diminta hafalan Qur'an oleh uminya, lebih sering Kiya bersembunyi di bawah meja jika umi sudah menyuruhnya untuk hafalan.

"Karena kalian sudah hafal Surah Al-Fil sekarang kita lanjut surah berikutnya, yaitu Surah Al-Humazah, ayo dibuka!" ujar Kiya.

Anak-anak itu pun membuka juzama mereka, surah yang mereka cari pun sudah di dapat. Mereka melihat dan memahami sejekan. Setelah itu mereka menutup kembali. Kiya membacakan satu ayat pertama, mereka pun mengikuti Kiya. Kiya mebacakan hingga ayak ke tiga, anak-anak itu pun juga mengikutinya.

"Nah, tiga ayat dulu ya. Sekarang kalian hafalkan, Kak Kiya beri waktu lima menit. Setelah itu kita murojaah,"

"Siiiiaaaap Kaaaak Kiiiiyaaaa," jawab mereka bersamaan. Kiya pun tersenyum.

Lima menit berlalu, kini mereka siap untuk murojaah. Satu per satu mereka maju ke depan, dengan penuh semangat dan percaya diri. Kiya menjadi semakin kagum pada mereka. Kiya jadi semakin yakin bahwa mereka adalah anak-anak surga. Allah pasti menjanjikan surga untuk para penghafal Qur'an. Allah telah memberikan empat janji untuk penghafal Qur'an. Mereka akan disejajarkan dengan para Nabi, mereka telah dianggap sebagai keluarga Allah yang ada di bumi, mereka akan mendapat derajat yang lebih tinggi di surga dan keistimewaan itu tak hanya untuk dirinya tapi juga untuk keluarganya.

"Wailul likulli humazatil lumazah. Allazii jama'a maalaw wa 'addadah. Yahsabu anna maalahuuu akhladah," seorang anak bernama Sabiya dengan suara cadelnya melafalkan tiga ayat Surah Al-Humazah dengan lancar, anak berusia lima tahun, ia memang paling muda diantara teman-temannya.

"Masya Allah, Sabiya pintar sekali, nak," komentar Kiya.

"Iya kak, Biya ingin Biya dan kedua orangtua Biya masuk surga. Biya dari kecil tidak pernah bertemu orangtua Biya, kata teman-teman Biya dibuang di dekat tempat sampah dan Biya dirawat sama Bang Boy yang jahat Biya disuruh minta-minta duit di jalan, Alhamdulillah Kak Boim tolong Biya," jelas Biya dengan polos. Hati Kiya bagai tergerus mendengar cerita Biya, air matanya kembali mengalir tanpa bisa dicegah.

Tiba-tiba terdengar kumandang adzan isya', buru-buru mereka menutup juzama dan segera menuju mushola untuk melaksanakan sholat isya' berjamaah bersama teman-teman dan pembimbing dari kelas lain. Barulah nanti seusai sholat mereka akan melanjutkan hafalan. Sekali lagi, Kiya dibuat kagum dengan anak-anak itu, bahkan mereka terlihat bersemangat sekali ketika hendak melaksanakan sholat wajib. Seperti meraka mendapat panggilan istimewa yang tak boleh dilewatkan. Panggilan romantis dari-Nya, Sang pemilik jiwa.

Senin, 02 Oktober 2017

Assalamu'alaykum. Sebelumnya terimakasih untuk teman-teman yang sudah mampir dan membaca work ini. Saya harap tidak lupa meninggalkan vote dan komen. Hehehe

Dank je!


Pengulangan, salah satu cara agar menghafal Qur'an lebih mudah

Goresan Tinta Lauhul Mahfudz [Complete]Where stories live. Discover now