DRICK membenturkan kepalanya ke tembok berkali-kali sambil meraung-raung. Beberapa orang yang berlalu-lalang tampak menyaksikan Drick dengan tatapan aneh. Drick benar-benar merasa bersalah atas apa yang menimpa istrinya, seharusnya ia tak membiarkan istrinya pergi tadi malam.
Sudah lebih dari lima jam, Hafsah belum juga sadarkan diri. Menurut dokter yang menangani Hafsah di Sint Lucas Andreas Amsterdam, luka Hafsah cukup parah, terlebih luka pada perut dan dadanya, Hafsah kehilangan banyak darah.Semalam Drick langsung mendapat kabar dari pihak rumah sakit, identitas Hafsah membuktikan bahwa ia adalah istri dari Drick William Jasim, salah satu dokter umum di rumah sakit. Begitu mendapat kabar, Drick segera menitipkan Aisyah pada keluarga Karel dan langsung pergi ke rumah sakit.
Seorang dokter wanita baru saja keluar dari ruangan tempat Hafsah dirawat. Hafsah sudah dipindahkan ke ruang rawat. Dokter itu menghampiri Drick yang menangis tergugu di dekat pintu ruang rawat.
“Tabahkan hatimu Dokter Drick. Berdoalah pada Tuhan.”
“Dokter Anke? Ba... bagaimana keadaan istriku?”
“Sejauh ini keadaannya masih kritis.”
“A... apa aku boleh masuk?”
“Tentu saja, silahkan. Mungkin jika anda berada di dalam dan memberinya dukungan padanya ia akan segera sadar dari komanya.”
Tanpa berpikir panjang Drick pun bergegas masuk. Betapa lemas tubuhnya saat menyaksikan istrinya terkulai lemah di atas ranjang dengan berbagai peralatan medis menempel pada tubuhnya.
Air mata Drick meleleh, ia sangat menyesal atas apa yang menimpa Hafsah. Berulang kali ia mengumpat menyalahkan dirinya sendiri, andai tadi malam ia tak meminta dimasakkan sup ercis, andai semalam ia mencegah Hafsah untuk pergi ke minimarket sendirian.
“Maafkan aku, sayang,” bisik Drick tepat di telinga kanan Hafsah.
Drick membacakan Surah Al-Mulk, surah yang paling Hafsah sukai. Biasanya sebelum tidur Hafsah selalu meminta Drick untuk membacakan Surah Al-Mulk untuknya. Menurut sebuah hadist, jika setiap malam dibiasakan membaca surah tersebut maka Insyaa Allah akan terhindar dari siksa kubur dan siksa neraka.
Saat sampai pada ayat ke empat belas yang bunyinya, “Alaa ya’lamu man kholaq, wa huwallathiiful-khobiir”, perlahan Hafsah membuka namanya dan ia memanggil nama Drick dengan suara yang begitu lemah, bahkan hampir tak terdengar.
Drick menghentikan bacaannya, ia menghapus air matanya lalu ia memegang kening Hafsah. Hafsah mengerjap beberapa kali mencoba mengatur cahaya yang masuk melalui retina matanya. Hafsah mencoba tersenyum, namun dengan begitu lemahnya.
“Hafsah, kau sudah sadarkan diri sayang? Kupanggilkan dokter ya.”
Hafsah menggeleng dengan lemah, ia mencoba kembali tersenyum. “Un-tuk a-pa? Ka-u-kan dok-ter, saaa-yaaang.”
“Tapi aku kan buk....”
“Cu-kup ka-u baaa-giii-ku.”
Air mata Drick kembali meleleh. Ia benar-benar tak sanggum melihat istrinya menanggung sakit. Jika bisa, ia ingin Allah memindahkan rasa sakit yang diderita istrinya padanya. Melihat kondisi istrinya seperti itu, lebih menyakitkan daripada rasa sakit hati yang ditanggungnya selama ini karena telah memendam perasaan cinta pada wanita lain selain istrinya. Demi Allah Drick tak akan memaafkan dirinya sendiri jika ia harus kehilangan Hafsah, istrinya.
“Ka-u ba-wa pon-sel sa-yang?”
“Ya. Kenapa memangnya?”
“Ke-lu-ar-kan. A-ku ing-ngin ber-pe-pe-san.”
Drick pun mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya.
YOU ARE READING
Goresan Tinta Lauhul Mahfudz [Complete]
SpiritualHighest rank: #7 in spiritual (05-10-2017) #5 in spiritual (06-10-2017) #4 in spiritual (10-10-2017) #2 in spiritual (29-12-2017) #1 in spiritual (06-01-2018) #4 in spiritual (19-04-2018) #3 in spiritual (20-04-2018) *Sequel dari LOVESTRUCK OF THE R...