Josh mengajak Luke untuk berbicara dengannya setelah dia selesai berbicara dengan Cecil. Ella menawarkan diri untuk ikut bersama dengan mereka. Hal itu tentu saja disambut Josh dengan senang hati. Dia percaya kalau Ella ikut bersama mereka, mungkin mereka tidak akan saling bertengkar. Setidaknya, Ella akan menghentikan mereka. Josh mengajak mereka menuju ke belakang sekolah dan Josh berhenti bergerak dan berbalik.
Ella berdeham pelan. "Aku tidak akan berbicara," ucapnya duluan.
Josh mengangguk. Matanya menemukan mata Luke. "Cecil baru saja berbicara denganku."
"Aku dan Ella melihat Cecil mendekat ke arahmu setelah kami pergi, kami tahu," Luke meletakkan sebelah tangannya di dalam saku. Sebelah lengannya diremas oleh Ella. "Apa dia menjelaskan semuanya?"
Josh mengangguk lagi. "Sejujurnya aku tidak tahu apa yang harus aku bicarakan denganmu. Tapi kupikir, kita harus berbicara."
"Kamu benar," Luke berdeham. "Sebenarnya sejak awal ini salahku karena aku tidak menceritakan bahwa Cecil menyatakan perasaannya padaku sewaktu SMP."
Josh tersenyum tipis. "Aku tebak kamu tidak akan melakukan itu karena kamu tahu aku menyukainya."
Luke mengangguk. "Kamu tidak pernah menyukai satu gadis pun sewaktu kita SMP, bahkan ketika aku berganti-ganti pasangan. Tapi tiba-tiba kamu bilang kalau kamu menyukainya," Luke menggeleng. "Aku tidak bisa melakukan itu, Josh. Kupikir setelah aku menolaknya semuanya akan selesai."
"Rasanya aku ingin menonjokmu sekarang," Josh terkekeh pelan. "Jadi kamu mengasihaniku?"
"Apa kamu perlu dikasihani?" Luke mengernyit. "Kurasa tidak."
"Sial, Luke," Josh menggeleng. Matanya kemudian melirik ke arah Ella. "Aku merasa ini tidak adil. Tentu saja karena kamu selalu mendapatkan yang terbaik."
Ella tersenyum. Luke menggeleng. "Kamu akan mendapatkan yang terbaik juga."
"Oh," Josh tersenyum kecil. "Kuharap semuanya semudah itu, Luke. Tapi aku tidak bisa semudah itu berpindah hati."
"Kamu bisa melupakannya, tidak sekarang, mungkin suatu hari nanti," Luke membalas dengan yakin.
Josh mengangguk. Saat ini dia tidak punya pilihan kecuali menerima kenyataan itu. Perasaannya pada Cecil masih sama. Bahkan setelah gadis itu menyakitinya barusan. Josh mengakui kalau dia memang merasa sakit hati karena kejadian barusan. Tapi perasaannya pada Cecil masih tetap di sana. Josh tidak tahu apakah ini yang mereka sebut cinta atau obsesi. Josh takut ini adalah yang kedua.
Tapi Josh akan berusaha melupakannya. Hal yang Josh sesali adalah dia tidak bisa membenci Cecil. Tadi dia hampir ingin mengatakan pada gadis itu kalau dia tidak membencinya. Tapi laki-laki bodoh mana yang seperti Josh? Tangan Josh terkepal. Dulu dia merasa kalau dia tidak pantas untuk Cecil karena dirinya di masa lalu. Tapi sekarang, Cecil juga merasa begitu. Hal yang terpenting adalah gadis itu tidak merasakan apapun padanya.
Dan kenyataan bahwa Josh harus menyerah. Hal itu akan terasa sulit karena mereka sekelas tahun ini. Hal itu akan bertambah sulit karena Cecil juga termasuk anggota team cheers. Josh menelan ludah. Tapi dia pasti akan berhasil melupakan gadis itu. Dia memiliki teman-temannya di sampingnya. Josh menatap Ella yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan khawatir.
"Aku ingin tahu apakah ada gadis lain yang mirip denganmu," Josh menggeleng pelan sambil tersenyum. "Luke hanya terlalu beruntung untuk mendapatkanmu."
Ella tersenyum kecil, senyum itu perlahan pudar. "Cecil bukan orang jahat, Josh."
Kalimat itu membuat tubuh Josh menegang. Luke menengok ke arah Ella. "Kitten, jangan membicarakan ini-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathless (FIN)
Teen Fiction(2nd Book of Sense Trilogy) Cecillia Ginanita dianggap sebagai sosok yang memiliki segalanya. Dia adalah putri tunggal di keluarganya, cantik, sopan dan salah satu anggota cheers. Setidaknya itu yang orang-orang lihat dari luar. Tapi siapa yang per...