Mulut Cecil tidak bisa tertutup. Beberapa detik yang lalu bibir Josh mendarat di hidungnya. Ini pertama kalinya ada laki-laki selain ayahnya yang menciumnya. Meskipun dulu Cecil pernah berpacaran, tapi tidak ada laki-laki yang sampai pada tahap mencium. Wajah gadis itu terasa panas dan dia yakin warnanya pasti merah. Josh juga sejak tadi hanya diam di hadapannya. Setelah meminta maaf karena kelepasan, mereka berdua sekarang hanya saling menatap satu sama lain.
Tepatnya, Cecil kehilangan suara untuk berbicara.
Suasana hening itu buyar ketika mereka mendengar suara ketukan pintu. Mata mereka berdua berpindah ke arah pintu kamar Josh. Josh langsung menggeser posisi duduknya ketika melihat pintu kamarnya mendadak terbuka. Kepala seorang wanita paruh baya muncul dari celah itu. Mata wanita itu kini menatap Josh dan Cecil bergantian. Tatapannya kemudian berhenti di wajah Josh, seperti wanita itu meminta penjelasan atas situasi itu.
Josh berdeham. "Cecil, ini ibu tiriku," wanita itu tersenyum kemudian masuk ke dalam kamar Josh. "Dan ibu, ini Cecil."
"Hai," ibu tiri Josh tersenyum lebar padanya. "Ah, aku senang melihat Josh akhirnya membawa seorang gadis ke rumah. Sebelumnya Josh tidak pernah membawa gadis ke sini, tante sedikit khawatir-"
"Ibu," Josh mendengus.
Wanita itu tertawa pelan. Matanya menatap Cecil dengan lembut. "Kamu belum makan siang?"
"Belum, tante," Cecil tersenyum kikuk.
"Wah, kebetulan sekali, tante baru saja kembali dari restoran dan membawa pasta," wanita itu tersenyum lebar. "Tunggu di sini ya, tante akan membawakannya untukmu dan Josh."
Sebelum Cecil sempat menjawab, pintu kamar Josh kembali tertutup. Josh tersenyum kecil. "Maaf ya, ibu memang selalu begitu, ini salah satu sebab kenapa Luke suka bermain ke rumahku setahun belakangan," Josh tertawa pelan.
"Dia ibu tirimu?"
Josh mengangguk. "Awalnya aku belum bisa menerimanya dengan baik karena aku pikir ayahku meninggalkan ibu kandungku, tapi setelah aku berubah, aku mulai sadar kalau dia bukanlah wanita jahat," Josh mengedikkan bahunya. "Setelah aku berbicara dengannya, hubungan kami berdua berjalan lancar."
"Ah, itu bagus sekali," Cecil tersenyum lebar. "Meskipun dia ibu bukan ibu kandungmu, tapi dia terlihat hangat," mata Cecil menatap mata Josh. "Sepertimu."
Josh mengerjap kemudian tertawa. "Kamu menyebutku hangat?"
Cecil mengangguk. "Ya, kamu tidak pernah terlihat dingin, kamu selalu terlihat hangat."
"Begitu ya," gumam Josh pelan dengan seulas senyum tersungging di bibirnya. "Soal yang tadi-"
"Makanan datang!"
Pintu kamar Josh kembali terbuka. Ibu Josh masuk dengan membawa dua piring pasta. Dia meletakkannya di atas meja Josh kemudian mengerling pada Cecil sebelum kembali keluar dari kamar Josh. Mereka berdua berpindah ke meja kaca yang ada di sudut kamar Josh dan mulai makan makanan yang dibelikan oleh ibu Josh. Cecil memperhatikan Josh yang menggulung lembaran pasta di garpunya dan belum memasukannya ke dalam mulut.
"Aku hanya tidak ingin kamu salah paham soal yang tadi," gumam Josh ketika selesai mengunyah makanan di mulutnya. "Maksudku, aku memang ingin melakukannya, tapi tidak secepat ini."
Cecil berhenti mengunyah. "Secepat ini?"
"Aku tahu kejadian Luke denganmu itu belum lama terjadi," Josh tersenyum kecil. "Aku tidak ingin membuatmu merasa tidak nyaman."
Cecil meletakkan garpu yang dia pegang. "Joshua," Cecil menghela napas. "Aku sudah bilang kalau kejadian itu terjadi karena aku salah paham terhadap perasaanku dengan Luke."
KAMU SEDANG MEMBACA
Breathless (FIN)
Teen Fiction(2nd Book of Sense Trilogy) Cecillia Ginanita dianggap sebagai sosok yang memiliki segalanya. Dia adalah putri tunggal di keluarganya, cantik, sopan dan salah satu anggota cheers. Setidaknya itu yang orang-orang lihat dari luar. Tapi siapa yang per...