Cecil menatap dirinya sekali lagi di depan cermin sebelum keluar dari ruang ganti. Hari ini adalah hari pertandingan semi final basket. Juga menjadi hari debut Cecil menjadi cheerleader menggantikan Clara. Cecil tidak pernah melihat Clara lagi sejak insiden pertandingan sebelumnya. Hari ini gadis itu bahkan tidak datang ke ruang ganti mereka untuk memberikan semangat atau sekedar memberi mereka saran.
Cecil menepuk pipinya satu kali untuk menghilangkan rasa gugupnya. Dia bisa melakukan ini. Dia sudah melakukan ini sejak dia SMP. Hari ini mereka akan tampil dengan formasi baru dimana Cecil menggantikan posisi Clara di tengah. Meskipun Cecil terus mengatakan pada dirinya sendiri kalau dia baik-baik saja, dia tetap merasa gugup. Siapa yang tidak merasa gugup ketika dia ditunjuk menjadi cheerleader?
Ella menepuk pundaknya satu kali, sadar kalau Cecil tampak terlalu gugup. "Kamu bisa melakukan ini," Ella mengerling. "Semangat!"
Cecil mengangguk dengan senyuman lebar. Dua menit kemudian mereka semua keluar dari ruang ganti dan mulai berbaris di pinggir lapangan. Cecil sibuk menginstruksikan semua anggota timnya untuk melakukan yang terbaik. Dia juga memastikan semuanya berada di tempatnya masing-masing dan tidak salah melakukan gerakan pertama. Setelah selesai, Cecil baru berdiri di tempatny sendiri dan melihat ke sekeliling lapangan.
Dia melihat sosok Josh, Luke dan Hans sedang bersiap-siap di posisi mereka di lapangan. Cecil tersenyum sekilas ketika matanya dan mata Josh bertabrakan. Wasit pertandingan itu berjalan ke tengah lapangan dengan bola di tangannya. Dan ketika bola dilempar ke udara bersama dengan nyaring bunyi peluit terdengar, pertandingan dimulai. Suara tim cheers mulai terdengar mendominasi lapangan itu.
Mata Cecil memperhatikan tim cheers dari tim lawan yang tampaknya juga sedang berusaha keras untuk menandingi suara dan kekompakan mereka. Tapi Cecil terus bersorak bersama dengan anak satu timnya dengan sekuat tenaga. Matanya menangkap sosok Josh yang berlari dengan gesit di lapangan dan sering kali menjadi sosok yang merebut bola dari tangan lawan. Cecil semakin semangat bersorak ketika Josh memasukkan bola ke ring berkali-kali.
Dua babak pertandingan itu telah selesai. Cecil dan teman-temannya bersorak gembira seiring kemenangan tim basket sekolah mereka. Cecil tersenyum lebar dan kali ini melempar pom-pomnya ke sembarang arah. Dia berlari ke arah Josh yang sedang bersorak dengan teman-teman satu timnya. Tapi Cecil melompat dan memeluk leher Josh dari belakang. Hal itu mengagetkan Josh dan dia buru-buru menangkap tubuh Cecil sebelum gadis itu jatuh ke lapangan dan cedera.
"Cecil!" Josh membentaknya dengan kaget. "Itu berbahaya!"
"Selamat!" Cecil tersenyum lebar, sama sekali mengabaikan kemarahan Josh. "Kamu hebat sekali hari ini!"
Kemarahan di wajah Josh perlahan menghilang dan dia menurunkan Cecil dari punggungnya. Dia memutar tubuhnya dan memeluk Cecil. "Terima kasih," gumamnya sambil mencium puncak kepala Cecil. "Ini karena kamu menyemangatiku dengan semangat."
Cecil tersenyum dengan kedua pipi memanas. "Kamu bisa mendengarku?"
"Tentu saja," Josh tertawa pelan. "Suaramu paling terdengar dari anak lainnya. Kamu bahkan tidak tahu kalau beberapa anak tim lawan kita melirik ke arahmu karena kamu menyorakiku dengan semangat?" Josh mendengus. "Mereka juga tampaknya tertarik padamu karena kamu cantik sekali," Josh mengedikkan bahunya sambil melihat ke sekelilingnya tanpa melepas pelukannya dengan Cecil. "Well, sekarang mereka tahu kamu milik siapa. Mereka tidak akan berani mendekatimu."
Cecil tertawa kemudian menepuk kedua bahu Josh. "Lalu sampai kapan kamu akan memelukku?"
Senyum di wajah Josh perlahan pudar. "Sampai kamu mau menerimaku sebagai pacar, aku tidak akan melepasnya."
Mata Cecil membulat. "Josh-"
Suara sorakan dan siulan dari semua anak-anak yang ada di sekitar mereka mulai terdengar. Cecil memperhatikan sekitarnya dengan panik. Apa mereka semua mendengar apa yang Josh katakan barusan? Pipi Cecil memanas dan dia menggigit bibirnya. Josh tersenyum dengan wajah sedikit tegang. Apa dia masih ragu kalau Cecil tidak akan menerimanya? Cecil tersenyum lebar. "Baiklah," balas Cecil cukup keras yang bisa didengar oleh beberapa anak di sekitarnya. "Aku mau jadi pacarmu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Breathless (FIN)
Teen Fiction(2nd Book of Sense Trilogy) Cecillia Ginanita dianggap sebagai sosok yang memiliki segalanya. Dia adalah putri tunggal di keluarganya, cantik, sopan dan salah satu anggota cheers. Setidaknya itu yang orang-orang lihat dari luar. Tapi siapa yang per...