"Jihoon!"
Itu suara Sohye. Kini Jihoon sedang berjalan menuju kantin untuk sekedar mengisi perutnya yang kelaparan setelah menghabiskan tiga mata kuliah dari pagi ini.
"Hoon, kemana aja sih kenapa seminggu ini gak masuk ngampus?"
Jihoon memasukan kertas yang tadi diberikan Lucas ke kantong celananya, mungkin ia harus sedikit berbohong kepada Sohye tentang keadaan yang sebenarnya.
"Gue ganti jadwal hye. Jadi cuman Senin sampe Rabu doang."
"Terus gimana? Ambil kelas sore kan?"
"Engga Hye, Senin Selasa empat mata kuliah padat rabu tiga mata kuliah."
Sohye mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.
"Cincin itu kenapa dipake lagi?"
Jihoon melirik jari manisnya, ada cincin perak yang menjadi tanda terikatnya ia dan Siyeon. Jihoon bingung antara harus mengakuinya atau tidak.
Tapi sesuai pesan dari Lucas, jangan sampai ada yang tahu kalau dirinya berhubungan dengan Siyeon.
"Sayang aja kalo gak dipake."
Jihoon memutar-mutar cincinnya, berfikir untuk membeli cincin baru dan menggelar pesta pernikahan yang baru saat situasi sudah terkendali.
"Mau makan siang bareng gak?"
Jihoon menggeleng, "ada janji sama anak-anak."
Setelahnya Jihoon pergi ke arah kantin untuk menemui genk antah berantahnya.
"Woy bos Jihoon lama banget anjir."
Sudah duduk Woojin, Hyungseob, Mark, dan Hyunmin di bangku kantin.
Jihoon bertujuan untuk meminta bantuan dari Woojin dan Hyungseob selaku anak jurusan Kriminologi dan IT.
"Jadi lo butuh bantuan apa?"
Lalu Jihoon menceritakannya dari A sampai Z dari nol sampai tak terhingga tentang kasus Siyeon.
"Lo masih peduli sama Siyeon? Kan dia ninggalin lo demi Lucas."
Jihoon mengangkat jari tangannya, memperlihatkan cincin yang sekarang ia pakai.
"Dia balik sama gue, dia gak bener-bener jadian sama Lucas."
"SYET MAN! Pasti bentuknya lebih wah udah di olah Lucas."
Dengan segera Jihoon menggeplak kepala Hyunmin, menandakan dia agak kesal dengan ucapan Hyunmin.
"Terus kondisi Siyeon sekarang gimana?"
"Dia ngerasa dirinya baik-baik aja, tapi dokter bilang dia masih ada beberapa hal yang dipendem sendiri. Kemungkinan masih trauma. Kakinya juga belum bener-bener sembuh."
"mau jenguk dong gue."
"Beresin dulu kasusnya bego, baru jenguk."
Di satu sisi Jihoon tenang ada teman yang mau membantunya, tapi di sisi lain di khawatir dengan apa yang sedang dilakukan Siyeon di sekolahnya.
Siyeon sedang menikmati makan siangnya, dengan perasaan aneh menyelimuti perasaannya.
Seperti ada beberapa pasang mata tertuju padanya, namun saat ia melihat sekeliling kantin tidak ada satupun yang melihat ke arahnya.
"Lo ngerasa ada yang liatin gue mulu gak sih?"
Semakin lama Siyeon merasa semakin risih, apalagi dia tidak tahu siapa yang melihatnya selama ini.
"Dua cewek dibelakang lo, budak cintanya Lucas. WOY TEMEN GUE UDAH PUTUS SAMA LUCAS LO GAK USAH LIAT-LIAT TEMEN GUE LAGI, ATAU MAU GUE COLOK MATA LO?"
Eunbin memang nekat, tapi kenekatannya itu kadang membawa berkah. Selain menjadi sebuah prestasi, kenekatan Eunbin juga menjadi sebuah senjata baginya.
"lo juga ngapain liatin temen gue, cantik? Iya emang. Tapi dia gak minat sama cowok buluk kaya lo."
Satu lagi anak kelas dua yang dapet semprot dari Eunbin, anak kelas dua dengan kacamata tebal dan gigi berbehel.
"LO JUGA HEY YANG PAKE JAKET ITEM, BUSET DAH INI UDAH SIANG MASIH AJA PAKE JAKET. MUKA LO GAK USAH DI SEREM SEREM DAN GAK USAG LIATIN TEMEN GUE KAYAK GITU."
Siyeon menoleh melihat ke arah orang keempat yang Eunbin maki, dan tiba tiba darah Siyeon berdesir lebih cepat lalu menimbulkan sakit di kepalanya juga beberapa tetes darah keluar dari hidungnya.
Mata itu, mata yang Siyeon ingat menjadi awal dari segala masa kelamnya.
"Yeon, Siyeon? Anjir Som telfonin kak Jihoon som ini Siyeon kenapa gini."
tbc
Kalo sebenernya aku oppa oppa gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Unplanned-park jihoon. [COMPLETED]
FanfictionTakdir mempersatukan mereka di sebuah rahasia terbesar. Sore itu, untuk pertama kalinya mereka bertemu dan untuk pertama kalinya juga mereka bersama. 20171007 #50 on short story