2 0

3.6K 523 12
                                    

Jihoon berjalan pelan ke arah gadis yang ia fikir itu adalah Siyeon.

Meski awalnya ragu pada akhirnya Jihoon pegang pundak cewek itu.



"PERGI! GUE GAK MAU IKUT KALIAN LAGI, PERGI!"





Bingo! Ini emang suara Siyeon. Suara yang selalu dikangenin Jihoon.





Tapi, Siyeon tiba-tiba aja duduk dan nangis. Kenceng banget.




"Siy? Siy ini gue Jihoon."






Siyeon akhirnya menoleh ke belakang.





Dan, guess what?




Penampilannya kali ini membuat hati Jihoon sakit.






Bagaimana tidak,





Siyeon menggunakam piyama lusuh, wajah tangan dan kaki  banyak yang lebam bahkan darah kering di beberapa tempat.





"K-kak Jihoon?"




Tangan Siyeon terangkat, meraba pipi Jihoon sambil menangis.




"Gak, lo bukan kak Jihoon. Pipi kak jihoon berisi gak kecil kayak gini."





Jihoon menarik tangan Siyeon dan mengenggamnya



"Ini gue Siy, Jihoon Krisnandi."




Bukan malah tersenyum, Siyeon malah menangis.


"Tolong gue kak, tolong gue."



Siyeon kayak yang nangis, tapi air matanya gak keluar. Jihoon narik tangan Siyeon buat berdiri, tapi Siyeon gak bisa berdiri. Kaki Siyeon bengkak, maka dari itu Jihoon langsung gendong Siyeon masuk ke mobilnya.





Kopi buat papa, papa pasti ngerti ko.








Perjalanan cukup jauh, dan mereka berdua tidak ada satupun yang berbicara. Canggung.







"Kak, ada air?"





Jihoon melirik ke jok belakang, ada sebotol air disana.




"Di jok belakang ada air."




Siyeon memutar tubuhnya, lalu tubuhnya bergetar dan tak lama tubuhnya jatuh dan tidak sadarkan diri.




Jihoon panik, untung rumahnya sudah terlihat.





Dengan buru-buru Jihoon menggendong Siyeon keluar dan mengetuk pintu dengan tidak sabar.





"Sabar nak, loh? Siyeon kenapa?"





Papa Jihoon yang membukakan pintu lalu kaget saat melihat anaknya membawa gadis yang dulu pernah dinikahinya.




"Jihoon gak tau pa, mama dimana?"





Mama Jihoon muncul tidak kalah kaget dengan Papa Jihoon. Dan langsung menyuruh Jihoon untuk membaringkan Siyeon di kasur kamar tamu.







"Tunggu diluar ya, mama yang urus Siyeon dulu."





Jihoon berdiri dan menatap pintu yang tertutup didepannya.




Ia tidak pernah menyangka akan bertemu Siyeon dengan keadaan yang seperti ini.






"Nak, tolong ambilkan baju tidur ganti, peralatan hecting dan asering."





Jihoon dengan cepat masuk ke ruangan kerja mamanya, jika mama membutuhkan hecting berarti ada luka terbuka yang harus dijahit, dan jika ada asering maka Siyeon dehidrasi.





Jihoon mengirimnya langsung ke kamar dan tetap menunggu mamanya keluar dan memberikan penjelasan. Mamanya perawat, Jihoon percaya mamanya bisa melakukan sesuatu untuk Siyeon.







"Nak, besok ada jadwal kuliah?"






Mama Jihoon keluar dan langsung bertanya kepada Jihoon.





"Ada ma, kenapa?"







"Kayaknya kaki Siyeon yang bengkak itu mengalami fraktur. Harus di rontgen soalnya mama gak bisa nge identifikasinya. Kalo kamu ada jadwal mama aja sama papa yang nganter Siyeon ke klinik."





"Engga ma, aku aja yang nganter. Aku mau tau, mau gimanapun aku sama Siyeon belum fix cerai."







Mama Jihoon tersenyum dan mengangguk. Lalu pergi meninggalkan Jihoon.







tbc




ah, doakan aku gak mood moodan lagi ia

Unplanned-park jihoon. [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang