*warning : prolog panjang*
"Jika seseorang datang padamu dan memberi sesuatu yang tak pernah terlintas di benakmu, meskipun kau tidak tahu apa yang bisa kau perbuat dengan itu, tapi beranikanlah dirimu menghadapi hal baru. Terima. Dan coba banting stir. Ada banyak jalan menuju tujuan yang sama, kau hanya harus melihat ke sekelilingmu dan berjalan-jalan sedikit."
Itulah sekelebat kalimat yang bisa disimpulkan Soeun dari wanita paruh baya yang duduk di belakang meja berisi bermacam benda yang kelihatan sakral. Wanita itu berpakaian layaknya cenayang di masa lalu. Mungkin memang hampir tidak mungkin menemukan pekerjaan semacam itu di masa ini, dimana bahkan sebuah benda bernama ponsel bisa membawamu keliling dunia dan meramalkan masa depan. Namun wanita ini terlalu sering disebut namanya hingga telinga Soeun penuh dan akhirnya kakinya melangkah ke tempat ini, melangkah agak jauh dari Homme.
Homme adalah sebuah coffee shop kecil di pinggir kota Seoul dimana Soeun bekerja, yang ia dirikan bersama Kim Nana, sahabat kecilnya. Namun bergelut dengan kopi, gula, susu, beserta saudara-saudaranya sejak ia masih ingusan hingga menginjak usia dewasa ini membuatnya sedikit lelah. Ia pikir begitu. Ketertarikannya pada kopi mulai memudar. Semangatnya menjalankan Homme perlahan tergerus waktu. Kadang sempat terpikir olehnya, apakah Homme sudah membuatnya jauh dari apapun? Di usia ini, ia bahkan belum pernah berkencan, hanya sibuk di belakang counter menerima pesanan. Ia juga tidak tahu apakah ia mulai merasa tidak ikhlas memanggang biji kopi setiap hari di dapur café itu. Tidak ada lagi rasa bahagia saat menyeduh, tidak ada lagi kebanggaan saat orang-orang memuji kopi buatannya.
Ia merasa ada sesuatu yang kosong, di hatinya yang terdalam.
Karena cerita-cerita mengenai cenayang itu selalu mampir di Homme setiap pagi dan malam hari bersama para pelanggan, Soeun akhirnya memutuskan pergi menemuinya. Meskipun ia tidak terlalu percaya takhayul, namun setidaknya ia bisa minta konsultasi dari seorang yang lebih tua darinya. Minimal, ia bisa mendengar nasehat dari wanita yang mungkin seumuran dengan mendiang ibunya. Masalahnya hanya satu: ia merasa hampa.
Namun, apa yang cenayang ini bicarakan malah membuatnya bingung. Seseorang akan datang kepadanya dan memberikan sesuatu? Yang benar saja. Di zaman ini, tidak ada satupun orang yang dengan mudahnya menerima pemberian orang asing. Bisa saja itu obat terlarang, bom, atau barang haram lain. Ini saat yang wajar untuk berpikir negatif. Lalu, apa yang ia maksud dengan banting stir? Apa maksudnya, ia harus mencoba hidup yang lain? Hidup seperti apa yang bisa ia temukan saat dirinya saja merasa begitu hampa saat ini. Kemudian apa artinya 'berjalan-jalan sedikit'? Soeun merasa kalimat itu tidak semudah mengucapkannya.
Soeun bingung. Akan lebih mudah baginya jika cenayang itu mengatakan bahwa ia harus segera menikah. Ia bisa saja melakukan kencan buta dan menikah secepatnya. Lagipula, tidak akan ada drama pertentangan orang tua terhadap calon suaminya. Paling-paling, Kim Nana menahannya karena memikirkan masa depan Homme. Tapi faktanya, cenayang itu sama sekali tidak menyuruhnya menikah. Padahal ia berharap setidaknya wanita itu meramal soal jodohnya. Apakah ia tampan, atau ia pintar, atau apakah ia terkenal? Nihil.
Soeun membersihkan meja pelanggan yang baru saja keluar. Sisa kopi dan waffel masih bisa dibersihkan dengan mudah jika langsung dilakukan tanpa menunggunya berfermentasi dan melekat sempurna di meja. Jam dinding coklat di atas pintu masuk menujukkan pukul sebelas malam. Nana sudah membereskan dapur, dan mereka bersiap menutup Homme.
Namun Soeun menyadari masih ada seorang wanita berambut pendek di salah satu meja di sudut coffee shop tengah sibuk duduk bermenung memandangi barang bawaannya yang tidak sedikit : sebuah tas yang kelihatan berat, serta kotak putih yang entah isinya apa, yang diletakkan di atas meja dan menggeser posisi cangkir kopi. Hipotesisnya, wanita itu baru saja meninggalkan pekerjaannya. Kotak putih itu biasanya digunakan orang-orang untuk mengepak barang-barang di kantor, tandanya ia tidak bekerja lagi disana. Dipecat? Bisa jadi. Dan kini ia sedang galau di coffee shop yang hampir tutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMME
FanfictionKau tahu bagaimana aku menemukan Lee Changsub? Ia berjalan sendirian di kegelapan, menuju arah yang tidak pasti, dan merusak skandal besar yang hampir berhasil kuungkap. Aku berpikir untuk balas dendam padanya dengan membuka hal rahasia yang aku yak...