Chapter 2

151 23 36
                                    


"Sayang sekali, ya."

"Aku benar-benar menyesal. Maafkan aku. Aku harus lebih banyak belajar lagi," ucap Soeun. Ia sedang berhadapan dengan partner-nya yang malam itu sama-sama mengintai Sungjae dengannya. Kerjasama mereka sudah sangat baik namun harus gagal di tahap terakhir.

"Tidak apa-apa." Lelaki itu mencoba menenangkan Soeun. Gadis ini memang hanya seorang amatiran, namun dia tampaknya sangat menikmati pekerjaannya hingga bisa sangat menyesal kehilangan momen tadi malam. Lelaki dengan kamera yang menggantung di lehernya itu melanjutkan, "Lagipula, kurasa bawaan Sungjae malam tadi bukanlah barang penting. Dia pasti tidak seceroboh itu."

Soeun menghela nafas, memikirkan kalimat yang ada benarnya itu. Ia juga merasa sedikit konyol berpikir bahwa paper bag yang dibawa Sungjae tadi malam adalah petunjuk besar baginya. Entah kenapa ia terlalu yakin, padahal tidak ada bukti khusus. Lelaki di hadapannya benar, seorang bintang seperti Sungjae tidak mungkin seceroboh itu.

Tapi, apa maksudnya mendatangi wedding organizer berkali-kali?

"Jadi, apakah kecurigaan kita tidak bisa dilanjutkan?" Soeun bertanya.

"Entahlah. Dia dengan santainya keluar masuk tempat itu seperti tidak sedang menyembunyikan apapun. Aku mulai ragu apakah dia benar-benar kesana, atau ke tempat lain yang berada dalam gedung yang sama. Sulit sekali mendapat informan di sana."

"Apa ahjusshi sudah mencoba masuk ke sana?"

"Penjagaan mereka sulit ditembus oleh orang yang tidak berkepentingan sepertiku. Mereka itu pelit sekali."

Pembicaraan itu berakhir setelah Soeun menghabiskan ramennya. Soeun pun memutuskan untuk pulang dan tidak membuntuti Sungjae yang akan seharian di lokasi syuting hari ini. Masih dengan rasa menyesalnya, ia melangkah gontai dari kedai ramen tempat pertemuannya dengan ahjusshi partner itu menuju Homme yang berada tidak terlalu jauh. Mereka sengaja tidak bicara di Homme, karena para sasaeng bisa saja sedang berada di sana dan mendengar pembicaraan 'rahasia' mereka.

Soeun sampai di kamarnya yang berada di lantai dua Homme. Kamar yang sepi karena Nana mungkin sedang sibuk melayani beberapa pelanggan di bawah bersama Ken. Saat ini masih pagi, namun Soeun kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas mata-matanya.

Ini gara-gara lelaki itu. Walaupun bukan bukti, tapi setidaknya, jika aku berhasil mendapat foto itu, aku bisa tahu dan mendapat kesimpulan lain. Namun dia memburamkan semuanya.

Soeun melangkah cepat ke mejanya lalu membuka laptop. Ia kemudian dengan sigap mengetik sesuatu di mesin pencariannya.

Lee Changsub.

Dia harus tahu siapa lelaki itu dan apa yang ia lakukan tadi malam. Bisa jadi dia memecahkan skandal lain dari pria ini. Tindakannya yang mencurigakan dan 'tiba-tiba menghilang' terang saja membuat Soeun penasaran. Meskipun baru saja berkecimpung di dunia ini, namun Soeun kini menjadi jauh lebih mudah curiga pada orang. Ia sekarang punya pemikiran 'semua bintang memiliki rahasia yang besar yang bisa diungkap' dan menjadikannya seakan haus akan kabar dan teka-teki.

Walaupun dunia hiburan yang sangat megah selama ini ada di hadapannya, namun ia benar-benar orang baru. Selama ini, tidak ada yang terlalu ia perhatikan. Idol, penyanyi, aktor, atau apapun itu, ia tidak berada dalam dunia mereka. Ia hanya sibuk dengan biji kopi, kertas saring, alat seduh, dan mesin kasir. Ia benar-benar buta dengan semua itu, berbeda dengan Kim Nana yang sedikit banyak tahu dengan perkembangan dunia entertainment.

Namun dengan selembar foto tidak sengaja yang diyakini Nana mengandung unsur skandal, Soeun dalam semalam menjadi Soeun yang sekarang.

Terlalu cepat dan drastis. Tapi, inilah yang ia lakukan.

HOMMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang