Chapter Final

163 16 9
                                    


Untuk Ayah.

Ayah, bagaimana kabarmu? Apakah kau juga bertanya tentang kabarku?

Aku baik. Aku jauh lebih baik sekarang, Ayah. Banyak sekali hal yang kulalui beberapa waktu belakangan ini. Tapi kemudian kusadari, aku terlalu lelah berlari. Tepatnya, mencari pelarian. Pelarianku membawaku pada skandal, pada kasus, pada kehilangan, hingga pada Changsub.

Itu hubungan yang sangat jauh. Pelarianku, dan Changsub. Dua hal itu tak aku sadari. Yang aku sadari adalah dia mengembalikan perasaanku pada Homme, sesuatu yang hilang dariku dan mengawali semua ini.

Dia mengatakan bahwa dia mencari-cari Homme untuk memesan kopiku, Ayah. Dia bilang, setiap malam ia mencari Homme. Ah, aku terlalu bahagia mendengar itu. Aku awalnya tidak percaya, karena ia bisa saja berbohong karena ia tahu bahwa aku adalah penggemarnya yang mudah dibodohi. Tapi setelah aku mengingat lagi bahwa kopi ini pernah sampai padanya melalui penggemarnya yang lain, dan aku pernah memergokinya menoleh pada Homme suatu malam, aku yakin dia tidak berbohong. Ayah, aku senang saat mendengarnya mencari-cari kopiku dan memujinya, mengatakan bahwa ia merindukan rasa kopi ini. Ia bahkan bilang bahwa ia akan datang lagi besok. Ayah, aku terlalu senang hingga aku menangis.

Karena aku langsung mengingatmu saat itu.

Aku mengingat saat kau membuatkan kopi ini untukku, dan aku tak habisnya memuji kenikmatannya hingga aku bertekad untuk membuat seluruh dunia merasakan kopi yang pada akhirnya mampu kubuat sendiri ini. Aku ingat bagaimana kopi memberiku sebuah perasaan yang mengikat hatiku untuk terus bersamanya. Perasaan senang ketika membuatnya untuk orang yang disayang, perasaan senang ketika orang-orang ikut senang setelah mencicipinya, perasaan ketika orang-orang mengatakan bahwa ia akan kembali untuk kopi itu lagi, perasaan yang seperti itu.

Sepertinya, perasaanku sudah kembali, Ayah.

Nana kembali karena ia juga tidak tahan jauh dari Homme. Ia tidak tahan harus berhenti meracik kopi, berhenti mencium aromanya, dan berhenti bicara denganku. Ia datang dengan satu pertanyaan: apakah aku sudah siap, apakah hatiku sudah siap untuk kembali?

Aku menangis pada Nana malam ini, meminta maaf karena telah mengabaikannya dan mengabaikan Homme hanya demi pelarian. Meskipun aku masih belum sepenuhnya yakin, aku mengatakan padanya bahwa aku sudah selesai. Aku siap untuk kembali meracik kopi bersamanya dan menjalankan Homme, mimpi kami sejak kecil. Dengan mengatakannya, aku berdoa bahwa aku benar-benar seutuhnya kembali pada Homme, tempatku pulang.

Aku juga meminta maaf padamu Ayah, karena sempat mengkhianati kopi. Itu hal paling kau waspadai sejak dulu, dan kau selalu mengatakannya padaku. Aku bahkan tanpa sadar juga sudah mengecewakan banyak sekali orang, termasuk Changsub. Setelah mendengar bahwa ia akan kembali lagi ke sini, aku jadi sangat bersemangat. Nana sudah memaafkanku, begitu juga dengan Ken. Jadi, aku akan berusaha agar semua ini tidak terjadi lagi.

Ayah, bagaimana menurutmu?

Dan... bagaimana menurutmu jika nama Homme kujadikan nama fansite-ku?

Soeun terkikik membaca surat yang ia tulis sendiri di buku hariannya tadi malam. Ia masih sedikit malu membicarakan soal dirinya yang kini menjadi penggemar seorang idola kepada ayahnya, meskipun hanya sebatas surat yang tidak akan pernah sampai pada ayahnya.

Bagi Soeun, pagi ini terasa jauh lebih nyaman. Seperti suasana pagi hari yang cerah setelah sebelumnya diterpa badai di malam hari. Ia bisa tersenyum lega dan bersyukur bisa bangun dari tidurnya untuk menghabiskan hari ini. Semuanya terasa ringan dan ia siap untuk memulai segalanya seperti sedia kala.

HOMMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang