Chapter 9

153 21 23
                                    

Asap teh mengepul menuju hidung Ken yang luar biasa mancung. Aromanya menyusup halus ke indra penciumannya dan menenangkan hatinya sedikit. Ia tidak tahu perasaan apa yang membawanya pada Homme setelah belasan hari minggat tanpa memberi kabar pada Soeun yang ditinggal sendirian. Dan seperti dugaannya, Homme sudah tutup selama ia dan Nana pergi.

Hari ini, dua hari setelah ia memunculkan diri di hadapan Soeun sore itu, ia kembali ke sini. Ke sebuah toko kopi kecil yang masih tutup dan dikelilingi oleh kaca-kaca. Meskipun belum sampai sebulan ia pergi, ia benar-benar merindukan tempat ini. Tempat dimana ia mencium aroma kopi yang menyenangkan setiap hari, tempat dimana ia menjadi manusia paling tampan, tempat dimana ia setiap hari bekerja bersama sepasang sahabat yang membuatnya merasa tengah menonton sebuah drama persahabatan. Setidaknya begitu sebelum sesuatu terjadi pada mereka berdua.

Dan detik ini, salah seorang dari mereka benar-benar tidak diketahui keberadaannya, sementara seorang lagi mungkin tengah mengantri untuk mendapat tanda tangan Lee Changsub.

Udara di luar semakin dingin karena musim dingin sudah datang. Ia tidak tahu akan melakukan apa di sini selain menyeduh teh dan memandangi interior Homme yang masih sama seperti biasanya. Pertemuannya dengan Soeun dua hari lalu tidak memberinya sinyal yang cukup soal kemana nasib Homme akan digiring.

"Awalnya aku juga terkejut ketika Nana memutuskan untuk pergi malam itu juga, padahal kami sangat lelah hari itu. Aku berusaha menahan Nana sampai kau datang, siapa tahu kalian bisa bicara dan Nana berubah pikiran. Namun kau tidak kunjung datang. Sebelum Nana pergi, ia menyuruhku untuk pulang juga. Ia bahkan mengatakan jika aku menemukan pekerjaan lain yang lebih menjanjikan, ambil saja, karena ia tidak bisa memastikan nasib Homme kedepannya."

"...."

"Pada saat aku mendengar hal itu, aku juga ikut merasa marah padamu, Soeun-ah. Aku berpikir, hanya karena dirimu seorang, masa depan Nana, masa depanku, dan masa depan Homme rusak sekaligus. Karena itu, ketika Nana menyuruhku untuk tidak menghubunginya ataupun memberitahumu dimana ia sekarang, aku juga melakukan hal yang sama. Aku memutuskan kontak denganmu, karena aku merasa bahwa aku pantas untuk merasa marah seperti Nana."

"Jadi, apa kau tahu dimana Nana sekarang?"

"Tidak. Aku sama sekali tidak tahu."

Soeun menunduk dalam, tidak tahu harus berkata apa lagi selain mengucap maaf. Meskipun Ken terus mengatakan bahwa ia menerima maafnya, Soeun tidak luput dari rasa bersalah. Kini ia bingung harus melakukan apa, begitu juga dengan Ken.

"Pada akhirnya aku kembali ke sini, karena setelah hari itu aku sadar bahwa semuanya tidak seharusnya begini. Semua ini tidak sepenuhnya salahmu, tapi tidak bisa juga menyalahkan yang lain. Aku sesungguhnya tidak terlalu mengerti apa yang sebenarnya aku tidak tahu darimu sehingga kau berlari sejauh ini: menjadi paparazzi, mengejar skandal, dan semua yang tidak pernah kau ceritakan padaku. Tapi aku yakin bahwa kejadian ini terjadi karena kau dan Nana sama-sama berada di posisi yang tidak nyaman.

"Nana pergi dan beristirahat, jadi aku juga memutuskan untuk istirahat sebentar. Aku tahu aku hanya seorang pekerja disini dan tidak punya hak untuk mengatur apapun. Namun aku tidak ingin hal ini terjadi lebih lama lagi. Aku kembali karena aku berharap kalian sudah membaik, dan kita bisa bekerja seperti biasanya."

"Bagaimana semuanya akan membaik jika aku sampai sekarang tidak bisa menemukan Nana?"

"Aku yakin kau pasti sudah mencarinya kemana-mana, dan dia sudah berusaha untuk menghindar darimu dengan sangat baik. Mungkin dia tidak menginginkanmu mencarinya, melainkan dia ingin kau sadar."

"Aku sudah berhenti. Aku tidak lagi mencari skandal, tidak lagi berlarian mengejar kasus atau hal semacamnya. Aku benar-benar sudah berhenti."

HOMMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang