Dua bulan setelah 'insiden' jual beli kamera.
"Selamat datang!"
Kim Nana bersuara dari balik pintu kaca yang loncengnya berbunyi karena seseorang membukanya dari luar. Itu pelanggan. Seorang gadis usia SMA dengan rok selutut dan rambut yang dikucir datang mendekat counter pesanan. Dengan ramah, Soeun bertanya apa yang akan dipesan oleh gadis ini.
"Selamat datang. Boleh saya menulis pesanannya Nona?"
"Aku memesan Homme Special Coffee untuk dibawa pulang."
Soeun memasang wajah menyesal. "Maaf sekali, Nona. Menu itu hanya tersedia di hari Sabtu dan Minggu. Apakah kau ingin memesan yang lain?"
"Ah, benarkah? Aku tidak tahu bahwa menu itu terbatas. Sayang sekali, padahal kopinya enak."
Nana, dengan celemek coklatnya, menghampiri gadis SMA itu. "Benarkah? Terima kasih. Senang sekali menu kami disukai orang-orang." Nana melirik Soeun yang tersenyum, namun hanya sekedarnya.
Gadis SMA itu menjawab dengan antusias. "Ya. Saat itu aku membelinya untuk diberikan pada pacarku. Dia bilang enak dan dia suka, padahal favoritnya adalah Americano.
Soeun sejujurnya senang mendengarnya. Homme Special Coffee adalah menu andalan yang ia buat sendiri. Ia berlatih meraciknya dari sang ayah yang semasa hidupnya juga mengabdi pada kopi. Namun, apa harus gadis ini membicarakan soal pacarnya di hadapan Soeun dan Nana yang sama-sama tidak pernah mencicipi apa itu pacaran? Oke, karena ini masih pagi jadi Soeun tidak ingin membesarkan masalah itu.
Nana dengan antusias menjadi lawan bicara gadis ini, sementara Soeun menyiapkan pesanannya yang berubah menjadi pancake. Sementara Soeun bekerja, Nana sibuk menyapa pelanggan lain yang datang. Terdengar beberapa langkah kaki memasuki Homme. Suasana hening pagi hari yang sejuk tiba-tiba menjadi sedikit ribut karena mereka yang masuk: tiga orang gadis SMA dengan masker dan kacamata, sibuk berbisik tentang sesuatu yang mereka anggap rahasia, namun tanpa mereka sadari pembicaraan mereka bisa didengar oleh Barista Soeun. Toh, Coffe Shop ini cukup kecil untuk mendengar pembicaraan dari satu sudut ke sudut lain. Menyadari siapa yang datang, Soeun bergegas menyiapkan pancake-nya. Membungkusnya, dan tak lupa menempel stiker kecil Homme di atas kotaknya sebagai bagian dari promosi, kemudian memberikannya pada si pemesan. Soeun kemudian menyiapkan tiga cangkir untuk diisi Vanilla Latte, pesanan rutin ketiga gadis SMA bermasker itu tanpa harus disebut.
Ya. Mereka adalah pelanggan tetap Homme. Bolos sekolah dan berkeliaran di kota pagi-pagi dengan atribut yang menutupi wajah mereka, apalagi kalau bukan sasaeng. Fans gila yang bersiap membuntuti idola mereka seharian meski ia berangkat dari tempat matahari terbit hingga tempat matahari terbenam. Pesanan mereka bahkan sama dengan favorit idola mereka. Soeun tahu sekali itu, karena ia juga membuntuti orang yang sama.
Bukan sasaeng, tapi ini adalah pekerjaan baru Soeun.
Di malam saat ia membongkar kotak pemberian Jung, ia tahu mengapa Jung mengatakan bahwa itu adalah kotak yang berisi hadiah dan petunjuk baginya. Ia menemukan sebuah kartu nama. Kartu nama seorang manager di perusahaan bernama Dispetch. Perusahaan yang mengungkap segala skandal selebriti Korea dan menggemparkan semua kalangan.
Belajar menggunakan kamera canggih barunya, Soeun secara tak sengaja menemukan sepasang artis yang berkencan di sudut foto hasil jepretannya saat mencoba mengoperasikan kamera itu. Kebetulan yang sangat langka dan hampir mustahil, namun itu benar terjadi. Soeun dengan kepolosannya mencoba memberikannya pada orang yang ada di kartu nama, kemudian dengan mudahnya ia menjadi bagian dari perusahaan 'mata-mata' itu. Fotonya kemudian menjadi bukti skandal percintaan selebriti yang akhirnya terungkap ke publik. Bagai polisi yang memecahkan sebuah kasus, Soeun kemudian 'candu' dan mencoba mendalami bidang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMME
أدب الهواةKau tahu bagaimana aku menemukan Lee Changsub? Ia berjalan sendirian di kegelapan, menuju arah yang tidak pasti, dan merusak skandal besar yang hampir berhasil kuungkap. Aku berpikir untuk balas dendam padanya dengan membuka hal rahasia yang aku yak...