Di sore yang cerah sepulang dari pekerjaan nya, Kanaya memutuskan jalan kaki ke taman kota menikmati pemandangan yang membuat hatinya senang. Hari ini Kanaya memang tidak pulang dengan Abimana karena pria itu katanya ada urusan yang harus di selesaikan.
Langkah nya terus menyusuri jalan saat Kanaya ingin duduk di kursi taman pandangannya menatap sosok pria yang duduk santai sambil ngupil.
Kanaya memutar bola matanya dia kenal sekali siapa pria itu adalah suaminya Satria yang berada di dalam raga Abimana. Ternyata sifat Satria tidak berubah masih saja jorok kalau saja Abimana melihat hal ini apa pria itu akan shok terkena serangan jantung? Selama ini kan Abimana selalu menjaga penampilannya.
Kanaya mendekati Satria menyapa pria itu dengan sopan.
"Selamat sore pak!" Sapa Kanaya dengan memasang senyum termanisnya.
Satria menoleh pada sosok wanita yang selalu hadir dalam mimpinya tapi tidak dalam ingatannya, Satria masih memperhatikan Kanaya tanpa berkedip, wanita ini memiliki paras ayu tidak bosan untuk di pandang.
"Pak!" Sapa Kanaya lagi.
Satria tersadar dari lamunannya, ia menyunggingkan senyum nya.
"Hai, sedang apa kau disini?" Tanya Satria berdiri.
"Cuma jalan jalan pak." Jawab Kanaya.
"Bagaimana aku traktir es crem." tawar Satria.
Kanaya terlihat berfikir, mungkin ini kesempatan bagus agar suaminya Satria mengingat nya.
"Boleh pak." Kata Kanaya.
"Aku cuci tangan dulu." Kata Satria berbalik.
Walaupun Satria sering ngupil dia selalu cuci tangan setelahnya. Tapi tetap saja jorok. Sepertinya apa pun yang terjadi pada Satria mau dia lupa ingatan atau rohnya tertukar kebiasaan ngupil sudah mendarah daging.
Setelah mencuci tangannya Satria kembali menghampiri Kanaya, mereka bersamaan menyusuri taman kota, Satria juga membelikan es crem untuk Kanaya, mereka duduk di rerumputan menatap matahari yang terbenam dengan indahnya.
"Hari sudah gelap, sebaiknya saya pulang pak." Kata Kanaya.
"Jangan terlalu formal panggil Satria saja." Kata Satria.
Deg
"Kau mengingat namamu?" Tanya Kanaya senang.
Satria mengernyitkan keningnya." Namaku memang Satria tapi entah kenapa mereka memanggilku Abimana, andai aku ingat masa laluku tentu setidaknya aku tau jati diriku sebenarnya."
Setidaknya ada harapan Satria mengingat dirinya.
"Saya doakan semoga anda secepatnya mengingat masa lalu anda." Kata Kanaya hampir berbisik.
"Terima kasih, sebaiknya aku antar pulang." Kata Satria.
"Apa tidak merepotkan?"
"Tidak kok, malah aku senang." Kata Satria.
Kanaya merona ada secuil kebahagian di hatinya.
.
.
.
.
.
.Kanaya mengucapkan terima kasih pada Satria sampai di halaman rumahnya, pria itu sudah di tawari Kanaya untuk mampir dan lagi Satria menolak dengan berdalih ingin cepat pulang.
"Hati hati." Kata Kanaya.
"Hemm...selamat malam." Kata Satria.
Mobil Satria mulai melaju meninggalkan halaman rumah Kanaya.
Saat Kanaya ingin masuk ke dalam rumah, mobil Abimana baru sampai tiba di halaman, Kanaya menoleh menunggu Abiamana.
Kening Abimana mengernyit saat keluar dari dalam mobil, ia melangkah mendekati Kanaya.
"Kenapa baru pulang?" Tanya Abimana.
Kanaya tersenyum mengerakkan alisnya ke atas berulang kali.
"Ada apa sih?" Tanya Abimana curiga.
"Kau tau hari ini aku senang Satria mengingat namanya, hanya dia belum sepenuhnya ingat apa yang terjadi, ada harapan bukan semua kembali normal." Kata Kanaya.
"Hemm..., sudahlah jangan di bahas aku bawakan dua bungkus nasi goreng , kita makan bersama." Kata Abimana menyelonong masuk ke dalam rumah.
"Aku belum selesai bicara." Kata Kanaya kesal mengiringi langkah Abimana.
"Hari ini aku lelah, nanti saja bicaranya." Sahut Abimana.
"Memang kamu dari mana sih, urusan apa?" Tanya Kanaya mencekal tangan Abimana.
"Aku baru menyelidik tentang pamanku yang berkepala botak." Kata Abimana.
"Upin ipin?" Sahut Kanaya hampir ingin tertawa.
"Isstt..aku sedang tidak bercanda, aku serius, paman ku itu dalang di balik kecelakaan ku." Kata Abimana.
"Jahat sekali, pasti dia mengincar sesuatu." Kata Kanaya.
"Dia menginginkan kematianku." Kata Abimana.
"Hemm..Apa! jadi Satria ku dalam bahaya?" Kata Kanaya membulatkan matanya.
"Kau tenang saja, semua pasti akan ku tuntaskan." Kata Abimana melangkah masuk ke dapur.
"Semua semakin rumit." Gumam Kanaya menyusul Abimana.
Kanaya menatap Abimana yang sudah duduk di kursi menaruh nasi ke atas piring.
"Cepat makan, aku sangat lapar." Kata Abimana menyendok nasi lalu menyuapnya.
"Akhir akhir ini aku lihat kau suka makan nasi goreng." Kata Kanaya menggeser kursi duduk bersebrangan dengan Abimana.
Iya juga, sejak memakan nasi goreng buatan Kanaya Abimana jadi suka memakannya.
"Itu karena aku lapar saja." Sahut Abimana.
"Benarkah? atau kau ketagihan masakkan nasi goreng buatan ku." Kata Kanaya.
"Yang benar saja, jangan terlalu percaya diri."
Kanaya memayunkan bibirnya." Satria saja selalu memuji masakan ku." Kata Kanaya.
"Jangan sama kan aku dengan dia, aku berbeda." Sahut Abimana ketus.
"Siapa bilang juga kalian sama."
" Diam Kanaya aku ingin makan dengan tenang." Kata Abimana sedikit kesal.
Kanaya mengalah, mereka pun makan dalam diam tidak ada lagi yang buka suara.
Ada perasaan kesal dan marah di dalam hati Abimana saat Kanaya selalu membahas nama suaminya.
------------
Satria sudah sampai di kediamannya, ia melangkah gontai menaiki anak tangga, langkah nya terhenti saat mendengar suara berat pria tua memanggil nama Abimana.
Satria menoleh ke arah suara mendapati pria dengan kepala botak melangkah menghampirinya.
"Paman tadi mencarimu." Kata pria itu.
Satria sama sekali tidak mengenalnya, siapa pria ini, Satria hanya membalas dengan senyum kecutnya.
"Bagaimana kita ngopi dulu." Ajak pria kepala botak itu lagi.
"Maaf paman saya sedang tidak sehat ingin langsung istirahat." Tolak Satria melanjutkan langkahnya.
Josua mengepalkan tangannya, ia bersumpah misinya kali ini secepatnya tidak boleh gagal lagi.
"Kau akan habis." Gumamnya mengepalkan kedua tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Roh Suami Yang Tertukar
RomanceRomance Hal yang membingungkan dalam hidup Kanaya mengetahui dalam raga suaminya adalah roh pria lain. lalu dimana roh suaminya berada?